Pages
Sayup-sayup terdengar si Pemalas berbicara "punya anak lelaki mah males, ribet! Mending punya anak perempuan." Pemalas yang nggak pernah upgrade diri dan seumur hidup bekerja di lingkungan yang nggak bisa dipecat ini, membuktikan kalau mindsetnya sudah jongkok habis dengan menginginkan anak perempuan. Tunggu, saya bukan anti feminisme, ada alasan kenapa si Pemalas ini lebih menginginkan anak perempuan dari pada anak lelaki.
Kenapa Anak Perempuan
Anak perempuan lebih mudah diurus ketimbang anak lelaki. Si Pemalas ini, mikirnya kalau anak perempuan nanti tinggal dininkahkan saja, beda dengan anak lelaki yang harus didik supaya mandiri dan pintar cari duit. Anak perempuan nggak bawa beban, kalau menikah sudah dilepas ke suaminya. Berbeda dengan anak lelaki yang membawa masuk istri dan harus dinafkahi.
Jadi, sampai sini sudah jelas bukan kenapa, si Pemalas ini lebih suka punya anak perempuan. Mindset kampungan dan jongkoknya cuma pengen rebahan dan santey kek di pantai emang sudah bobrok. Sampai punya anak saja, otaknya mikir kalau perempuan lebih mudah, tinggal dinikahkan saja.
Gagal Jadi Orang Tua
Si Pemalas ini memang sampah yang gagal jadi orang tua, bayangkan punya anak lelaki empat orang dan tiga diantaranya pengangguran. Memang dasar pemalas, bukannya bertindak keras, malah diam saja. Si Pemalas ini gagal total dalam mendidik anak lelakinya, menjadi pribadi bertanggung jawab dan bekerja keras.
Dengan kondisi tiga anak lelaki pengangguran, si Pemalas malah adem ayem saja. Setiap hari kerjanya cuma hilir mudik ke tetangga buat ngobrol nggak jelas. Nggak ada beban sedikit pun, kalau hampir semua anak lelakinya gagal.
Parahnya, si Pemalas malah menyesal punya anak lelaki lalu, berkoar-koar mending punya anak perempuan karena, lebih mudah diurus dan nggak ada beban, tinggal dinikahkan saja kemudian lepas tangan.
Entah apa yang ada di otak si Pemalas ini, bukannya memperbaiki keadaan malah berpura-pura nggak ada masalah sama, seperti pekerjaannya dahulu ketika zaman orba. Pura-pura nggak ada masalah, sampai akhirnya krisis moneter. Bahkan, saat krisis moneter pun si Pemalas ini santai saja karena, nggak mungkin dipecat. Saat semua orang pontang-panting menghadapi situasi ekonomi tak menentu, si Pemalas santai pulang sore setiap hari.
Bangsat memang, mahluk ini..................
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment