Pages
Setelah membaca Steelheart yang
bikin takjub sekaligus berat, saya memang nggak langsung pindah ke buku kedua
The Reckoner Trilogi : Firefight dan beruntung punya banyak waktu luang dalam
masa WFH ini sampai akhirnya berhasil menamatkan Firefight. Buku setebal 500an
halaman ini memang nggak gampang buat dituntaskan, berbeda dengan buku fiksi
dystopia lainnya The Reckoner Trilogy butuh otak cerdas buat mencerna.
Sinopsis
Firefight dibuka dengan cerita
David setelah berhasil membunuh high epic Steelheart, otomatis dia menjadi
semacam selebritis sekaligus pahlawan di Newcago namun, setelahnya banyak epic
lain yang datang untuk membantai The Reckoners. Untuk menghentikannya, Profesor
membuat rencana membunuh high epic yang memerintahkan epic lain datang ke
Newcago. High epic itu bernama Regalia dan mempunyai kekuatan untuk
memanipulasi air bahkan, mampu untuk menenggelamkan kota Manhattan yang
setelahnya disebut Babilar.
Resensi
Kalau ada yang pernah baca buku terus merasa puas, maka saya sarankan untuk baca Firefight ini. Seri kedua dari The Reckoners Trilogy beneran nggak bisa ditebak, setiap masuk bab baru bakal disuguhi jalinan cerita yang nggak terbayangkan. Parahnya Brandon Sanderson, masukin berbagai sub plot ke dalam Firefight. Jadi saat baca plot utama membunuh Regalia, kita masih disuguhkan berbagai sub plot
seperti:
1.Plot membunuh epic Obliteration,
Newton dan epic lain yang menjaga Babilar.
2.Plot rahasia kota Babilar,
3.Plot hubungan professor dengan
Regalia,
4.Plot kisah cinta David dan
Megan,
5.Plot kelemahan semua epic
sampai rahasia Calamity.
Bayangkan semua itu dimasukan ke
dalam satu buku! Bukan tanpa sebab sih, kenapa banyak banget sub plot yang
dimasukan ke dalam Firefight. Brandon Sanderson sepertinya, nggak mau The
Reckoners Trilogy ini jadi seperti buku dystopia lainnya yang beranak pinak,
cukup trilogy saja. Imbasnya dalam satu buku harus banyak informasi yang
dimasukan, semua informasi ini dijadikan sub plot dalam plot utama. Memang Firefight
jadi nggak membosankan tapi, saya capek bacanya bahkan, sampai harus istirahat
beberapa hari.
Beruntung semua sub plot ini
nyambung ke plot utama bahkan, jadi benang merah atas semua yang terjadi di
dunia The Reckoners. Saya nggak habis pikir gimana caranya, Brandon Sanderson
bisa bikin sub plot di dalam plot utama yang ujungnya nyambung. Belum lagi, mikirin gimana tokoh utama si
David bisa nemuin kelemahan setiap epic yang dilawan, sumpah Firefight ini
cerdas banget.
Kalau masih kurang sama plotnya
yang melimpah, Brandon Sanderson juga masih kasih plot twist di ending. Yang
semula dikira mau membunuh Regalia ternyata, malah membuat epic baru yang ada
saya melongo bacanya. Otak udah nggak bisa mikir ini cerita mau kemana,
jangankan mikirin alur cerita. Mau nebak kelemahan semua epic yang dilawan
David aja susah, ujungnya pas epic itu mati saya harus kembali buka halaman di
belakang biar ngeh kapan si David tahu kelemahan epic itu.
Overall Firefight ini beneran
100% ngandelin kekuatan plotingan jadi, jangan heran pada kata-kata puitis,
kegemaran readers lokal, malahan nggak ada quote yang bisa diambil dari
Firefight dan roman antara David sama Megan pun nggak kerasa romantisnya karena
memang cuma sub plot saja. Buat kamu-kamu yang biasa baca buku lokal best
seller yang isinya, plot cerita remeh temeh cuma modal kata-kata puitis sama
setingan borju pasti mampus otak meleduk baca Firefight.
Mahluk-mahluk ini mau naik gunung apa ke luar negeri sih? |
Berikut tampilan bloatware di Redmi 7A yang sudah bersih dari iklan, biasanya iklan selalu muncul pada ketiga bloatware ini yakni, shortcut home screen, music player dan Mi video player. |