Pages
Akhirnya seri terbaru Pokemon game untuk Nintendo Switch keluar juga empat bulan lalu dan nggak pake mikir saya pun langsung preoder setelah melihat semua trailer gamenya. Namun, setelah empat bulan main dan storynya tamat, saya justru merasa menyesal telah membeli Pokemon Sword and Shield. Kenapa bisa begitu? Karena buat saya Pokemon Sword and Shield adalah seri Pokemon terburuk bahkan lebih garing dari Pokemon X and Y.
Grafis Memukau
Secara grafis Pokemon Sword and Shield nggak perlu diragukan lagi, kualitas grafis Switch memang nggak ada duanya. Semua tampilan pokemon yang biasanya keliatan cell shading di Switch kelihatan realistis banget, termasuk background kota dan wild area. Saya jamin mata kalian nggak bakal bisa berkedip liat grafis Pokemon Sword and Shield. Semua di region Galar kelihatan keren sekaligus indah.
Storyline dan Gameplay Ancur
kelemahan Pokemon Sword and Shield justru ada di faktor paling penting yakni, storyline dan gameplay. Secara storyline Pokemon Sword and Shield ancur abis, sumpah ceritanya garing banget dan ampas. Sekalipun punya lebih banyak gym leader, sama sekali nggak ngebantu nambah keseruan. Bahkan, hal-hal di luar story dan gameplay justru lebih menarik. Tamatin story malah bosen, entah berapa kali saya main dan hampir ketiduran. Justru pas menuhin pokedex dan ngeraid yang seru.
Fitur Baru
Pokemon Sword and Shield bawa beberapa fitur baru seperti, raid dan gigantamax yang sebenarnya nggak baru juga karena ini, cuma versi beda dari mega evolution dan raid malah dicomot dari Pokemon Go. Fitur baru ini juga memaksa saya untuk bisa selalu online, padahal game-game Pokemon sebelumnya online cuma buat battle sama tukeran pokemon saja.
Menurut saya Pokemon Sword and Shield ini sengaja nggak fokus di storyline, malah memaksa para pemainya untuk online. Mungkin Pokemon ke depannya ingin seperti game-game mobile maupun online. Memang seru sih, kalau bisa main sama orang lain via internet tapi, ini kan game console bukan mobile yang harusnya bisa dinikmati secara personal.
Expantion Pack
Ternyata kegaringan Pokemon Sword and Shield ini direspon loh sama Game Freak sebab, mereka sudah ngeluarin expantion pack. Entah ini tak tik atau memang Game Freak, kegerahan di bilang storyline Pokemon Sword and Shield ampas. Tapi ini lebih baik dari pada kudu beli game lagi, biasanya pokemon pasti keluarin versi enchanted seperti Pokemon Platinum dan Emerald atau Ultra Sun dan Ultra Moon dan lumayan sih harganya setengah dari game orisinilnya.
Semoga saja expantion pack yang konon harganya cuma 480 ribuan ini, bisa mengobati garingnya storyline Pokemon Sword and Shield.
Enam tahun yang lalu saya pernah mereview air cooler yang pada waktu itu digunakan untuk kamar kost dan seharga nyaris satu juta rupiah. Memang kemajuan teknologi itu nyata banget ketimbang enam tahun lalu dari air cooler segede kursi sekarang, saya menemukan mini air cooler yang cuma sebesar kotak bekal makan siang dan hanya seharga hanya Rp 120.000 saja.
Produk yang saya temukan di toko daring ini aslinya bernama Artic air cooler fan mini USB. Awalnya sempat curiga, mana mungkin air cooler yang enam tahun lalu saya beli di mall, bisa berubah sampai sekecil ini? Jangan-jangan produk sampah dengan fungsi sama seperti air blower saja. Berhubung harganya juga cincai, ya sudah saya pesan.
Begitu sampai, memang nggak ada ekspetasi apapun karena dilihat dari box, saya yakin kalau produk ini KW. Nggak heran juga sih dengan harga Rp 120.000 manalah mungkin dapat produk Artic air cooler fan mini USB orisinil. Bentuk produknya sih nggak mengecewakanlah, finishing produk berbalut plastik ini bagus banget bahkan, untuk ukuran produk KW harga yang ditawarkan masih terlalu murah. Product guide atau buku manual pun terlihat buram seperti dicetak asal-asalan, tipikal barang made in china.
Sebelumnya saya masukan air segayung penuh ke tangki air yang terletak di atas dan pencet tombol on yang rada-rada mendem ke dalam. (sekali lagi ngarep apa sih dari produk Rp 120.000) Mini air cooler ini punya tiga mode kecepatan dan ketika dirasakan hembusan angin dan hasil evaporated air cooler beda dikit dengan air cooler yang saya beli enam tahun lalu. Anginnya nggak sedingin air cooler yang segede gambreng tapi jelas, nggak bisa disamakan dengan kipas angin biasanya. Lagi pula dengan colokan power USB watt mini air cooler ini sudah pasti jauh lebih kecil, jadi wajarlah nggak bisa sedingin air cooler ukuran reguler. Satu yang patut saya apresiasi adalah dengan air segayung saja, mini air cooler ini mampu bertahan selama dua hari penuh dan memang dinyalakan ketika tidur saja, biar adem so far air di dalam tangkinya berkurang sedikit saja. Sementara dalam box dan product guide disebutkan daya tahan sampai tangki kosong adalah 10 jam.
Mini air cooler ini juga simple banget, nggak ribet seperti air cooler ukuran reguler. Kalau mau dibersihkan tinggal tarik bagian depan dan cuci filternya, bandingkan sama air cooler ukuran reguler, kudu bongkar body buat bersihin bagian dalam. Dengan harga cuma Rp 120.000 saya bilang produk ini worth to buy, apalagi buat kalian yang anak kost dan punya kost kecil nan panas. Dari pada beli kipas angin, masih lebih baik mini air cooler ini. Cuma satu yang belum terjawab yakni, apakah mini air cooler awet seperti air cooler ukuran reguler yang saya beli enam tahun lalu.
Buat saya sih, mini air cooler ini seperti barang kenangan saja, enam tahun lalu beli air cooler seharga 600 ribu lebih karena nggak tahan dengan kamar kost nan panas dan sekarang cukup dengan 120 ribu plus ongkir sudah bisa adem. Ternyata hanya dalam enam tahun saja kemajuan teknologi itu nyata sekali yah walaupun, negara kita selama enam tahun begini-gini saja, cuma nambah jumlah penduduk.
Ini adalah tulisan kedua dari manusia yang nggak pernah upgrade diri karena kerja di tempat yang nggak bisa dipecat! Sebelumnya saya udah nulis kalau kamar yang saya tempati sekarang ini, adalah bekas manusia yang nggak pernah upgrade diri, buat apa juga upgrade diri? Skill selalu sama dan seumur hidup begitu saja, nggak bisa dipecat akhirnya berimbas pada pola pikir dan kehidupan sehari-hari. Contohnya kamar yang saya tempati ini, sebelumnya sumpah parah abis, seperti kandang babik!
Kamar mandi yang nggak pernah disikat, lobang penutup saluran air yang sudah rusak dan ditutupi rambut tapi nggak pernah diganti, tembok yang hampir setiap sudut dipaku lalu dalaman lemari yang Cuma ditutupi Koran dan karton. Apa susahnya sih, mikir modern dan maju? Tinggal cari di toko daring semua kebutuhan kamar tersedia dalam jumlah murah! Cari sikat WC, wallpaper untuk melapisi dalaman lemari lalu hanger handuk sampai pengganti paku yakni gantungan yang bisa ditempel pun ada.
Terus kenapa otak penghuni kamar ini sebelumnya dangkal banget? Sampai kamar ini hancur seperti gubuk, semuanya serba diakali asal-asalan dan ini pertama kalinya saya dapat kamar bekas orang yang nggak bisa dipecat dari tempat kerjanya. Sebelumnya saya selalu dapat kamar dari karyawan swasta dan nggak pernah seperti ini bahkan, kamar dengan harga sewa lebih rendah.
Harga sewa kamar yang mencapai jutaan, membuktikan kalau penghuni sebelumnya punya uang tapi otaknya dangkal! Dua tahun tinggal dan betah dengan keadaan seperti ini? Dalam otak dangkalnya yang penting bisa tidur dan boker saja, selebihnya terserah, sama halnya seperti kualitas kerja kaumnya yang memang terkenal asal dan yang penting beres juga asal bos senang. No wonder, negara ini nggak pernah maju.
Teman kamar sebelah pun memberi tahu, kalau penghuni sebelumnya suka nonton TV. I was like, benerkan perkiraan saya, hari gini masih ada orang seumuran yang nonton TV? Sekarang semua serba online! Kebutuhan informasi dan hiburan ada semua di smartphone buat apa nonton TV? Jangan heran kalau di kamar mandi, malah dipasang tali tambang yang melintang ketimbang pasang hanger, daleman lemari dilapisi Koran dan karton ketimbang wallpaper.
Begitulah kelakuan orang-orang dari kaum yang nggak bisa dipecat, maunya gampang dan mudah saja. Ogah upgrade diri atau mencari solusi tepat, pokoknya yang cincai dan santai.
Sebenarnya punya anak berapa pun
juga itu adalah urusan pribadi, setiap orang punya keputusan sendiri. Ada
mementingkan kualitas banyak juga yang lebih memikirkan kuantitas. Saya melihat
sebuah fenomena unik di lingkungan saya, dimana punya anak tapi otak nggak
dipake. Kok bisa? Seperti ini kasusnya, ada beberapa anggota keluarga yang
bunting dan melahirkan. Terus yang bikin saya heran, mereka ini datang ke Papih
untuk minta uang untuk biaya persalinan, terus salahnya dimana?
Tapi Nikah Mehong?
Pertama mahluk-mahluk primitif
ini, dulunya kawin mehong dan biaya dari siapa? Bisa kawin mehong tapi nggak bisa
mikir kalau nanti melahirkan harus keluar duit banyak, aneh bukan? Saya sudah
kerap bilang dari pada gengsi dan pakai alasan nggak enak sama orang tua dan
masih banyak hal, padahal memang pengen kawin mehong dan prestise saja. Dasar
mindset dubur!
Bukan Anak Pertama
Saya masih bisa toleran kalau untuk
anak pertama, anggap saja keluarga baru yang ekonominya belum stabil. Tapi, kalau
sudah anak kedua dan ketiga bahkan seterusnya kerap minta uang untuk melahirkan
ke Papih pastinya, rada-rada gimana getuh. Memang apa yang dipikirkan mahluk-mahluk
primitif ini? Tentunya selain enak wikwik sampai jadi anak. Nggak malu tuh,
semua anaknya minta biaya melahirkan ke orang tua? Lain padang lain belalang
pula, memang lingkungan rendahan seperti itu. Bisanya wikwik begitu dihajar realitas,
bukan usaha malah lari ke orang tua.
Mikir Nggak Sih?
Dari anak pertama saja, pastinya
sudah tahukan berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk persalinan. Terus
kenapa otaknya nggak jalan, pas mau bikin anak kedua dan seterusnya? Harusnya
otaknya dipakai bukan cuma penisnya saja. Nanti biaya melahirkan dapat dari
mana? Apa saya punya tabungan atau memanfaatkan BPJS serta asuransi lainnya.
Kenapa Saya Sewot?
Yang bunting siapa tapi yang
sewot saya, terus ada juga yang bilang “kan itu bakal jadi ponakan.” Bitch!
Kalau si Papih milyuner bisa hambur-hambur duit sih, ngapain juga sewot. Lah
ini, pensiunan yang saban bulan ambil uang pensiun di Taspen, masih mau
dibebanin sama biaya persalinan? Dan si Papih sudah bayar enam kali!! Empat
cucu dari anak pertama dan dua cucu dari
anak terakhir. Mikir nggak sih itu duit bertahun-tahun kerja yang harusnya
mungkin bisa dipakai untuk naik haji, malah dialokasikan buat lahiran cucu. Hitung saja sendiri, kalau sekali lahiran
keluar 5 juta berarti sudah 30 juta melayang cuma demi brojol cucu dari orang
tua pemalas.
Kultur Sampah
Ada banyak hal yang bikin
manusia-manusia sampah ini bisanya cuma wikwik tanpa usaha. Kalau yang saya
lihat dari lingkungan adalah faktor kultur, tahu dong kalau kaum kodrun nggak
boleh pakai KB, jadinya nggak bisa merencanakan keluarga dan mikirnya kalau
duit si Papih itu rezeki si anak yang sudah dijamin sama yang di atas. Padahal
Papih juga punya kepentingan lain yang belum terwujud seperti naik haji, tapi
anaknya kejebak mindset dari kultur sampah. Sehingga duit pensiun terus saja
tergerus habis untuk biaya kawinan dan melahirkan.
Sekarang tuh banyak banget
milenial yag seperti ini, kawin mehong tapi setelahnya nggak tahu harus
ngapain, nggak bisa modal dari nol harus selalu dibiayain sama orang tua. Sama halnya
seperti manusia sampah di lingkungan saya, sudah nikahan mehong dari Mamih dan
Papih, lahiran juga dari Mamih dan Papih bisanya cuma shared aja ke sosmed,
foto-foto lucu anak.
Minggu ini saya dikejutkan dengan
pemecatan COO atau chief of operation di perusahaan saya. Secara personal saya
memang nggak lihat apa yang salah karena baru dua bulan berada di perusahaan
ini. COO ini, tergolong amat sangat muda
dan masuk ke dalam generasi milenial, umurnya belum mencapai 30 tahun bahkan,
baru bekerja selama 1 tahun saja di perusahaan ini.
Buat apa surat SP3K disebar?
Yang bersangkutan mengegerkan, whatsapp group perusahaan dengan pengumuman pemecatan dirinya disertai foto surat SP3. Dan sumpah baru kali ini saya melihat surat SP3 pemecatan dengan alasan yang bikin geleng-geleng kepala. Alasan pemecatan yang tertera di surat SP3 adalah karena, yang bersangkutan memberikan keterangan palsu dan menyebarkan gosip-gosip yang menganggu kinerja karyawan lain. I was like holly fak! Alasan macam apa itu?
Kalau nemu tulisan ini dari google pake keyword namanya, sorry diblok cerita kasus waktu orangnya kerja di kreativv. Kenapa? Well, secara mental orangnya memang gak sehat dan punya histori kesehatan mental yang buruk. Dan saya jadi tahu kenapa orang ini bisa bertindak sangat halu, kesehatan mentalnya pun terus terang membuat saya takut, gak ada faedahnya ribut sama ODGJ. Memang toxic dan back stabber namun, sesungguhnya dia butuh penanganan profesional,. Yup, kesehatan mental dia memang seserius itu, jangan lihat dari penampilannya sebab, dalamnya crying for help. Pernah nonton film Fatal Attraction or Basic Instinc? Mau lebih jelasnya, nonton Netflix Don't Fuck With Cat Now you know what your dealing with!
Kenapa Banyak Milenial Yang Halu?
Ketemu kaum milenial yang halu
bukan hal baru buat saya, tapi baru kali ini saya nemu milenial halu untuk terlihat
sebagai profesional yang sukses. Biasanya milenial halu, sok tajir getuh dah. Pamer
ini dan itu di sosmed padahal bukan miliknya, terus ada milenial halu endon,
itu loh yang upload kawinan mehong, terus semua tentang keluarganya diupload,
padahal semuanya disubsidi mami sama papih belum lagi pas punya anak aja
langsung disewain baby sitter. Nggak pusing ngurus apapun tapi bikin pencitraan
seolah-olah, sukses menyeimbangkan karir dan keluarga, padahal dompet orang tua
menopang kuat di belakang.
Kenapa banyak banget generasi
milenial yang halu yah? Karena mereka ini tumbuh di zaman serba terkoneksi dan melihat
banyak hal yang mereka inginkan namun, kaga ngerti gimana cara mendapatkannya. Menciptakan
persepsi khalayak di sosmed, sesuai dengan apa yang diinginkan bagaimana pun
caranya. Makanya buat generasi milenial mending jauh-jauh dari sosmed, dari
pada jadi halu. By the way, COO yang dipecat ini pernah jadi speaker di TED
loh!
Baca juga kaum halu lainnya di bawah ini :
Jadi waktu saya pulang, menemukan
sepetak tanah di balkon atas di tutupi sama marmer kenapa? Karena kelinci saya
senang banget gali tanah di situ. Biasanya, saya suka beresin dan tutupi
kembali bekas galian si Jappy. Namun, karena belakangan ini saya jarang pulang
sepertinya nggak ada yang mau melakukan hal tersebut, alhasil sepetak tanah itu
ditutupi oleh marmer lantai. Kelihatan aneh dan norak pake banget! Ada tanah
ditutupi sama marmer lantai.
Memang apa susahnya membersihkan
sepetak tanah dan menimbun kembali? Nggak pake tenaga berat kok, cukup sekop
taman dan nggak perlu waktu lama pula. Bahkan, hal tersebut nggak pantas
dibilang ribet. Tapi, apa mau dikata. Saya tinggal dengan manusia yang biasa
santai dan bekerja pada tempat dimana tidak mengenal kata dipecat! Jadi biasa
santai dan nggak perlu mikir berat apalagi, upgrade diri dan skill biar nggak
dipecat sama perusahan. Datang ketak-ketik bentar terus ngerokok, ngalor-ngidul
sama teman terus pulang.
Hasilnya adalah, sebuah pribadi
pemalas yang nggak pernah mau mikir panjang, otaknya nggak pernah terasah untuk
mencari solusi terbaik. Liat tanah sepetak berantakan saja, langsung ditutupi
sama marmer. Nggak mau susah payah buat mikir, kenapa kelinci suka gali tanah?
Apa lagi googling cara terbaik, langsung aja pake pikiran dangkal buat tutupin
pake marmer.
Sebelas dua belas dengan kasus
tanah sepetak di balkon, saya belum lama ini mensewa sebuah kamar dan bekas
pegawai dari tempat nggak bisa dipecat menemukan lemari tua yang dalamnya di
lapisi kertas dan karton. Mungkin maksudnya biar nggak kotor tapi, jadinya seperti
gembel banget dan menambah kesan kumuh, dimana lemari dilapisi koran dan karton
plus lakban hitam. Saya langsung bengong, seberapa pemalas sih tipikal orang
yang bekerja di tempat dimana mereka nggak bisa dipecat? Maunya mencari solusi
yang gampang dan mudah saja tapi nggak berguna.
Saya pun mencabut kertas dan
karton tersebut lalu mencari lewat toko daring wallpaper dinding dan anda tahu
apa? Harga wallpaper dinding tersebut cuma 10 ribu perak saja! Plus punya motif
yang cantik dan bisa dicabut dan dibersihkan. Begitu lihat kamar mandinya saya
pun bergidik sepertinya nggak pernah disikat atau dibersihkan lalu, ada pertanda
tipikal manusia mindset jongkok yang nggak pernah upgrade yakni, sebuah tali
tambang melintang. Saya yakin orang tersebut memakai tali untuk menggantung
handuk atau yang lainnya. Padahal kalau otaknya mau dipakai, tinggal pencet apps
toko daring dan cari handuk hanger. Handuk hanger harganya cuma 13 rebu saja, yang
50 rebu aja udah mewah banget.
Setelah saya tanya pada kamar
sebelah, orang yang sebelumnya menempati kamar ini sudah dua tahun tinggal. Tinggal
selama itu nggak pernah kepikiran buat cari wallpaper dinding dan hanger handuk
di toko daring? Parahnya selama itu betah dengan keadaan seperti itu? Apa mau
dikata terbiasa ada di lingkungan santai dan nggak pernah upgrade diri jadinya begitu.
Berhubung game Pokemon Sword and Shields sudah keluar, mau nggak mau saya kudu berburu Nintendo Switch yang mana, dari pertama release September 2019 belum punya. Alasan kenapa saya nggak buru-buru beli Nintendo Switch adalah karena menunggu versi murah atau Nintendo Switch Lite, setelah Switch Lite release saya baru tahu ternyata Switch Lite nggak bisa di custome firmware atau CFW bahkan Nintendo Switch standar keluaran terbaru pun sudah nggak bisa di CFW.
Setelah riset sana-sini, ternyata Nintendo memang membekali Switch dengan system anti piracy sehingga nggak akan mudah untuk di CFW seperti pada 3DS. Namun, Switch versi awal atau yang pertama kali keluar, mempunyai celah keamanan yang bisa ditembus sehingga sampai saat ini hanya Nintendo Switch versi awal yang mampu untuk CFW. Berbekal celah keamanan pada Switch versi awal, Nintendo mengeluarkan versi Lite serta Switch versi standar terbaru dengan system kemanan yang lebih canggih jadi, jangan heran kalau kedua versi Switch terbaru ini nggak bisa ditembus dan imbasnya nggak bisa main game bajakan harus game orisinal.
Switch Versi Awal
Akhirnya saya pun, membeli Nintendo Switch versi awal karena memang niat kalau sudah tamat Sword and Shield akan di-CFW kan demi menghemat kantung, mengingat harga game Switch yang super duper mehong, sekitaran IDR 700.000 jauh lebih mahal dari game 3DS yang berkisar IDR 500.000 - 300.000. Sekalipun versi awal ini banyak dicari, Switch versi awal mempunyai kelemahan dalam daya tahan baterai yang lumayan lemah. Contohnya Switch saya yang dipakai untuk bermain Pokemon Swords hanya mampu bertahan maksimal 1,5 jam saja, itupun dengan low brightness dan tanpa wifi. Sementara Switch versi baru dan Lite, punya daya tahan baterai yang jauh lebih mumpuni.
Lalu seperti apa sih Switch versi awal? Bisa dilihat dari nomor serinya, kalau mempunya awalan XAW1, XAW7, XAJ4 dan XAJ7 itu bisa dipastikan mampu untuk berubah jadi CFW sementara seri di atasnya sama sekali nggak direkomendasikan.
Proses CFW Ribet dan Mahal
Untuk merubah Nintendo Switch dari OFW ke CFW bukanlah perkara mudah bahkan, biayanya pun sama sekali nggak gampang. Jangan heran kalau Switch versi CFW jauh lebih mahal dari pada versi OFW bahkan dalam proses CFW nggak ada jaminan bakal 100% berhasil. Kamu harus siap pasrah kalau sewaktu-waktu Nintendo Switch kamu brick di tengah proses.
Kalau punya pikiran untuk datang ke toko game dan tinggal bayar saja, itupun sama saja. Resiko brick akan selalu ada dan bayar untuk CFW Switch nggak murah loh! Dulu cukup IDR 50.000 sampai IDR 100.000 saja untuk CFW 3DS sekarang, bisa IDR 500.000 itupun kalau toko punya alatnya, kalau nggak kudu beli sendiri dah. Kalau kamu mau CFW sendiri juga bisa namun, saya nggak rekomen karena prosesnya super duper ribet banget dan kamu pun harus punya alatnya khusus.
Resiko CFW Tinggi
Berbeda dengan CFW di-3DS yang aman-aman saja ketika dipakai online bahkan masuk e-shop. CFW Nintendo Switch mempunyai resiko tinggi, sekali online pasti akan terditeksi oleh Nintendo dan berimbas pada diblocknya Switch kamu, Switch yang terblock nggak bakal bisa lagi dipakai online! Sehingga Switch yang sudah CFW nggak boleh online.
Mungkin kamu bakal mikir, cuma nggak boleh online saja cincai! Faktanya, Switch game dibuat agar bisa open world atau saling berinteraksi dengan player lain dimana pun. Jadi bakal banyak game yang nggak bisa dinikmati secara utuh karena nggak boleh online. Contohnya Pokemon Swords and Shields mau ngeraids gimana? Terus download give dari internet gimana? Trade dan online battlenya pun nggak bisa dinikmati karena takut ketahuan.
Jadi berikut plus minus Nintendo Switch CFW :
Plus Nintendo Switch CFW
1. Bisa main game bajakan jadi lebih hemat.
2. Bisa costume theme
3. Bisa pakai cheat
Minus Nintendo Switch CFW
1. Nggak bisa main online
2. Nggak boleh masuk e-shop karena pasti ketahuan dan bakal diblock.
Maka dari itu saya sampai sekarang belum berani untuk CFW sementara main OFW dahulu sambil menunggu perkembangan, siapa tahu nanti CFW Switch bakal jadi lebih mudah, murah dan aman untuk main online.
Subscribe to:
Posts (Atom)