Pages
Akhirnya sampai juga ke seri
terakhir Red Queen yakni War Storm buat penggemar seri dari Victoria Aveyard
ini pastinya udah nggak sabaran, termasuk saya yang udah kadung jadi fans berat
Mare Barrow. War Storm sendiri saya dapatkan di awal tahun 2019 ini namun
sayangnya, seri penutup Red Queen jauh dari pada harapan sebab, saya sudah
lumayan lelah untuk membaca War Storm setebal 792 halaman ini, pada saat menulis
ini baru sampai halaman 541. Jadi apa sih yang sebenarnya bikin War Storm jauh
dari pada harapan?
Sinopsis
Setelah Glass Sword yang memukau
Victoria Aveyard meneruskan petualangan Mare si gadis petir yang sudah
bersekutu pada kerajaan Norta milik Cal sementara Maven, bersekutu dengan Iris
putri kerajan Lakelands dari klan cygnet. Sepanjang cerita kita bakal
disuguhkan intrik politik dari kedua kerajaan dalam memperebutkan wilayah dan
saling menjatuhkan, disertai peperangan kecil yang saya sendiri nggak bisa
ingat ada berapa.
Review
Sama seperti Glass Sword pada
seri terakhir War Storm ini kita masih disuguhkan POV dari banyak karakter bahkan Maven yang di Glass Sword nggak ada, muncul di
sini. Nggak seperti seri kedua, di War Storm cerita yang diangkat dari berbagai tokoh ini justru jadi boomerang yang
membosankan, saya sampai lelah baca Iris
yang menurut saya nggak terlalu penting dan seru, terlebih karakter Iris
sendiri tergolong biasa.
Sudah begitu, berbagai peperangan
kecil yang kerap kali muncul juga lumayan menjemukan, sebab nggak terlalu seru,
lebih baik dua atau tiga peperangan saja tapi memukau dan heboh dari pada ini
bertaburan namun garing bahkan, dalam peperangan tokoh utama dan darah baru,
nggak terlalu ditonjolkan. Kemampuan Mare dan para darah baru sama sekali nggak
terlibat dalam aksi yang seru.
Bayangkan dalam 500 halaman kita
disuguhin intrik politik, yang rata-rata dari kerajaan Lakelands yang mana saya
sama sekali nggak tertarik tuh, apa lagi Lakelands sama princess si Iris
tergolong datar dan membosankan. Saya lebih berharap sama Maven yang sayangnya cuma secuil saja di War
Storm ini tapi, kita jadi bisa tahu isi pikiran si raja muda yang otaknya sudah
dirusak sama emaknya.
Mare juga nggak seseru Glass Sword maupun King
Cage karena di War Storm si Gadis Petir udah nggak hidup susah lagi, jadi Mare
lebih banyak ceritain soal hubungan sama Cal tapi, saya sama sekali nggak
keberatan dari pada baca Iris yang
garing banget.
Kesan mengulur-ngulur pun, kerasa
banget di War Storm ini, sepertinya Victoria Aveyard sengaja dengan niatan melebihi
500 halaman dari King Cage. Kesannya kita seperti diseret-seret baca War Storm,
bayangkan beli dari awal tahun sampai bulan ini belum kelar juga, biar pun saya
paksain paling cuma dua bab, terus nyerah karena bosan. Jauh beda dengan Glass
Sword dan King Cage yang ngebut banget, saking penasaran sama plot twist dan
nggak bisa ditebak perbabnya.
Sementara War Storm datar banget,
kejutan Maven yang diserahkan oleh Iris pun hambar karena, dari awal cerita sudah dijelaskan
dengan gamblang bakal tuker guling Maven dengan pembunuh ayahnya. Niat kata mau
detail, mungkin malahnya jadi nggak ada kejutan yang berarti sampai 500 halaman.
Buat saya, War Storm ini penutup yang gagal memenuhi ekspetasi dan dipaksakan
supaya terlihat lebih tebal dari seri pendahulunya. The magic is gone in War
Storm!
Tahu dong prestasi kaum
endonesiah terlebih perempuan endonesiah apa? Apa lagi kalau bukan pernikahan
super wah dan sempurna, apapun ditempuh demi pernikahan impian dan saya punya
cerita yang bakal menohok orang banyak, terlebih perempuan muslim. Ada salah
satu teman, tipikal orang sini yang prestasi cuma kelar tiker buat kawinan yang
bersangkutan, udah hype banget dah bikin status sana-sini bakal married. So fucking
typical, semua tentang kawinan di post dari A sampai Z dari H – 100 sampai
H -1. Congornya udah koar-koar
sana-sini, mau jadi Mrs somebody.
Foto hanya ilustrasi, ya keleuz saya pasang fotonya di sini.
Lalu sampailah pada hari
pernikahan yang kebetulan tempatnya, outdoor semacam garden party tapi lebih besar,
tahukan kalau tipikal orang macam ini nggak mungkin private wedding dan Cuma ngundang
orang-orang terdekat. Semua orang sebisa mungkin diundang bahkan yang nggak
kenal sekalipun datang dan salaman. Termasuk saya yang sebenarnya nggak merasa
dekat dengan yang bersangkutan tapi, kena undangan. Sebenarnya saya paling
malas datang ke kawinan semacam ini, lebih suka datang ke private wedding
dimana cuma orang-orang dari inner circle yang diundang dan nggak ada
panggung buat salaman dari pada kawinan kampring yang kita datang nggak kenal
siapapun di sana dan mirip pasar malam malem saking ramenya.
Sepanjang acara saya melihat ada
beberapa item yang terlihat out of place dan diletakan di pojok-pojok, buat apa
ada gong sama semacam sajenan getuh. Kedua benda tersebut nggak masuk atau pas
buat tema wedding yang outdoor atau semacam garden party. Usut punya usut,
benda-benda tersebut berasal dari pawang hujan yang sengaja taruh di nikahan
buat nangkal hujan. Jadi hujan itu dihold dulu sampai acara nikahan selesai, karena
sewa tempat buat nikahan kan nggak lama palingan tiga jam sudah selesai.
Terus saya langsung bingung
getuh, yang punya hajat dan rajin koar-koar soal pernikahan ini seorang
hijabers loh. Kok, malah sewa pawang hujan bukan sholat yang bener dan minta
sama Alloh SWT supaya pernikahan lancar. Memang ada di Islam buat nahan hujan
pakai gong dan sajen? Bruh, saya bukan ahli agama tapi yakin bener nggak ada
tuh nangkal hujan pakai gong dan sajen, apa lagi datang ke pawang hujan.
Selang sebulan setelah
pernikahan, saya konfrontir (yes I’m a bitch) yang bersangkutan dan jawabanya
dia ngeles banget, katanya desakan keluargalah biar acara lancar. Lah, elokan
bisa pindahin konsep nikahan ke indoor supaya enak sama keluarga dan nggak sewa
pawang hujan. I was like, eat that bitch! Emang situ aja yang gelap mata dan
otak dangkal demi prestise btw itu pawang hujan pakai sholat nggak? Jangan-jangan
minta ke djin atau lebih parah sama syetan. Yang punya hajat langsung diem getuh and I was
like hemmm, pura-pura nggak tahu dan langsung playing victim, korban
dari keadaan dan desakan.
Tadinya saya pikir, demi budaya
prestise nikahan wah dan sempurna hanya otak dan logika saja yang ditanggalkan,
ternyata agama juga loh. And you know what? Ini bukan pernikahan terakhir yang
pakai pawang hujan dan semuanya acting seolah-olah sewa pawang hujan beda kaya
kita datang ke dukun. Anehkan, ketika datang ke dukun langsung dilabeli musyrik
tapi sewa pawang hujan buat kawinan justru nggak?
Jadi hari kamis tanggal 5
september kemarin kelinci mini rex yang sudah lima tahun saya pelihara
tiba-tiba saja RIP. Padahal si Bimbim ini kelinci yang saya pelihara sedari
lama bareng si Kimchi, kalau Kimchi RIP pada tahun 2016 usianya tiga tahun
gegara penyakit silent killer atau GI. Nah, si Bimbim ini RIP karena apa masih
abu-abu, padahal saya sudah pelihara secara maksimal. Mulai dari makanan yang
selalu sedia hay sama pelet bermutu dan nggak dikandangin alias cage free.
Gampang Bonding
Bimbim si mini rex ini termasuk
kelinci yang jarang-jarang loh, artinya dia nggak seperti kelinci yang susah
banget bondingnya. Bimbim termasuk cepet banget bonding sama saya, dia selalu
datang kalau dipanggil namanya dan tergolong cerdas, bisa tahu kapan jam
makannya. Biasanya kalau pagi-pagi suka diam di depan kamar karena udah
waktunya sarapan pake pelet.
Dulu saya sampai begadang buat
nunggu dia dari bredeernya, karena yang anter datangnya malam banget. Bimbim
juga termasuk pernah hidup di dalam kamar kosan loh, kebayang nggak tinggal di
dalam kamar kosan sama kelinci? Mana ini bukan kelinci mini pula. Jadi dua
kelinci saya yang pernah hidup bareng sambil mencari sesuap berlian di ibu kota
sudah RIP.
Sepertinya Kena Wet
Tail
Sebenarnya menjelang akhir hayat
si Bimbim sudah menunjukan gejala aneh, pertama badanya kurus banget atau
tiba-tiba berat badannya drop. Ini jadi perhatian saya dan niatnya mau dibawa
ke dokter tapi terlambat, padahal berat badan drop ini berlangsung selama tiga
hari namun, karena Bimbim tetap lincah dan makannya lahap saya urung
cepat-cepat ke vet.
Setelah Bimbim RIP juga saya
riset mendalam dan mendapati kemungkinan besar Bimbim kena penyakit wet tail
atau ada kesalahan di ginjalnya (urinary tract infection). Beberapa bulan ke
belakang memang bagian pantat Bimbim selalu kotor kena pee dan pup lagi-lagi
saya nggak ngeh kalau itu adalah pertanda penyakit, jadi Cuma saya bersihin
saja.
Godbye Bimbim
Jadi hari Kamis tanggal 5
September kemarin pas subuh-subuh, saya udah nemuin si Bimbim tergolek tak berdaya
di lantai dan otomatis secepat mungkin saya kasih critical care tapi sama
sekali nggak nolong. Cuma beberapa menit si Bimbim langsung RIP dan satu yang
saya perhatikan biasanya kalau kelinci sudah sekarat pasti giginya gemeretuk
dan akhirnya ada suara melingking atau kesakitan tapi si Bimbim nggak begitu,
dia cuma narik napas terus hilang. Keknya, emang udah sekarat dari malam dan
juga bertahan buat ngeliat saya aja abis itu udah dah dia nyerah.
Memang begini kalau pelihara
kelinci, ilmunya di sini belum banyak jadi, begitu ada gejala kita sama sekali
nggak awas, beda sama kucing atau anjing yang memang peliharaan umum kalau sakit
dan ada gejala sekecil apapun gampang kita tahunya.
Sammy dan Jappy
Sekarang tinggal dua Holland lop
di rumah saya, si Sammy yang berusia empat tahun dan Jappy yang baru satu
tahun. Saya sebenarnya nggak pengen pelihara banyak tapi semenjak Kimchi RIP si
Bimbim selalu sendiri di rumah maka, saya berinisiatif untuk kasih teman, yakni
si Sammy tapi sayangnya Sammy sama Bimbim nggak bisa bonding dan lebih banyak
berantem.
Akhirnya Sammy terpaksa saya
pisahkan, dia lebih banyak di dalam kandang. Ini juga bikin saya nggak enak
sama Sammy dan akhir 2018 lalu saya beri dia hadiah seekor teman yang sama-sama
Holland lop yakni Jappy. Untungnya mereka berdua adem banget dan bisa bonding. Dan semoga saja Sammy dan jappy ini umurnya
bisa lebih panjang dari Kimchi dan Sammy karena rata-rata kelinci itu bisa
hidup sampai 10 tahun makanya, buat mereka berdua saya jadi lebih awas dan so
far si Sammy yang udah empat tahun nggak menunjukan gejala apapun, dia cuma dua
kali bermasalah yang pertama giginya patah karena jatuh dan kedua keracunan
ivermectin.
Makanya punya peliharaan terlebih kelinci itu nggak gampang, kalian pelihara sampai berapa tahun? Apa cuma sehari, dua hari terus mati beli baru.
Hari gini siapa sih yang nggak
tahu wattpad, platform buat orang-orang yang gemar nulis dan mamerin karya
mereka. Platform ini memungkinkan sebuah cerita untuk bisa dibaca oleh ribuan bahkan
sampai jutaan orang. Makanya jangan heran kalau banyak banget penulis wannabe
yang masukin karyanya di wattpad, termasuk saya sekitar beberapa tahun lalu
mencoba platform ini namun, urung melanjutkan setelah membaca banyak sekali
cerita wattpad dari Indonesia. Bahkan sekarang saya jadi rada-rada anti dengan
semua novel dengan embel-embel ‘telah dibaca oleh jutaan orang di wattpad’ dan
punya prasangka negatif untuk para penulis wattpad. Kok bisa begitu? Ini tiga
alasan kenapa saja jadi rada-rada anti dengan novel dari penulis dari wattpad.
1. Kaum Bocil Yang Menulis Semau Gue.
Seperti platform teknologi
lainnya, wattpad didominasi oleh kaum millennial dan parahnya hampir 80% adalah
abg menengah ke bawah. Kaum millennial di luar SES A dan B ini awalnya
menggempur wattpad dengan beberapa
cerita fandom nggak jelas, yang mana aneh buat orang seumuran saya. Selang
beberapa tahun trend cerita fandom berubah, menjadi cerita romance yang ditulis
“semau gue” contohnya adalah Dear Nathan dan Perfect Husband. Artinya, banyak
banget cerita romance wattpad ini yang secara plotingan, logika, tehnik
penokohan sampai penulisan amburadul.
Terus kenapa cerita di wattpad
bisa dibaca sampai ribuan bahkan jutaan orang? Karena waitpad cuma modal kuota, nggak perlu beli dan tipikal pembaca di
wattpad nggak sama seperti mainstream buku novel (jauh beda). Maka dari itu,
jangan heran ketika Dear Nathan dan Perfect Husband yang sampai jutaan kali
dibaca dalam platform wattpad, langsung banjir cacian ketika direlease novel fisiknya.
Tadi saya bilang abg menengah ke
bawah 80% sementara sisanya, adalah orang dewasa dan jangan salah. Om-om gendut
bermuka mesum pun banyak yang menyamar di wattpad, melampiaskan fantasi mereka
dengan membuat cerita romance. Saya tahu ini karena pernah datang ke sebuah
event, dimana para penulis wattpad diundang dan rada shock, begitu lihat yang
nulis cerita ini adalah om-om berperut buncit. (Never eva thrust the internet
guys)
2.Banyak Tukang
Jiplak
Ini juga penyakit penulis
wattpad, mungkin buat banyak pembaca wattpad nggak sadar kalau banyak banget
cerita yang populer di wattpad adalah jiplakan. Bahkan ada yang sampai dinovelkan
loh tapi, saya nggak mau sebut judul. Mereka pikir karena yang baca umumnya abg
dan pakai akun anonim, nggak bakal ketauan. Ngejiplaknya juga parah banget, cuma
ganti nama sama setingan tempat dan gaya bahasa yang disesuaikan. Mostly yang
mereka jiplak ada novel-novel penulis luar dan novel teenlit yang nggak
booming, lebih parahnya lagi, ada juga yang plagiat sesama penulis wattpad! Pokoknya
kacau dah.
Kalau ditanya seberapa sering
saya menemukan cerita plagiat atau jiplakan, jawabnya sering banget dah! Itu
wattpad indo banyak banget yang cuma nyadur aja. Mereka pikir karena di internet nggak bakal
ditangkap, padahal plagiat itu sudah masuk ranah hukum loh dan mereka bisa
ditangkap pihak berwajib.
3.Penulis Wattpad
Nggak Pernah Belajar
Yep, banyak penulis wattpad yang
sukses dinovelkan mengulang kesalahan yang sama ketika kembali mengeluarkan
karya, masa sudah novel kedua bahkan sampai novel ketiga, masih juga tehnik
penulisannya hancur lebur? Saya sih masih mencoba untuk berpikir positif, kalau
mereka ini nggak dilatih dengan baik oleh publisher mereka. Sekadar hanya
dimanfaatkan, selagi masih punya nama dan follower. Padahal kalau mereka terus
mengeluarkan karya seperti itu, sudah pasti ditinggalkan oleh pembaca
mainstream dan kembali ke wattpad.
Kita bisa lihat dengan jelas di
review di goodreads, mulai dari novel pertama sampai novel ketiga, banyak
sekali penulis wattpad yang terus mendapatkan kritikan ketimbang pujian. Ini
sebenarnya hanya tinggal menunggu waktu saja sampai, nama mereka tenggelam
dengan sendirinya. Lama kelamaan public akan jengah dengan karya amburadul
mereka.
Sebagai penulis, harusnya bisa up scale kemampuan jangan melulu menulis tanpa logika dan tehnik penokohan ploting yang amburadul. Kenapa begitu? Sebab, banyak penulis wattpad yang gak tahu diri, merasa telah dibaca jutaan dan bukunya dibeli oleh fansnya berlagak seperti penulis sejati bak Tere Liye atau Dea Lestari maupun novelis mainstreams best seller lainnya.
Gak tahu diri
Padahal secara kualitas karya saja jauh beda tapi, sudah berani belagu? Kalau disandingkan review Goodreads penulis wattpad dengan novelis mainstreams best seller bagai langit dan bumi! sampai sini mengertikan? Saya gak perlu sebut penulis wattpad yang gak tahu diri dan menganggap selevel dengan novelis terbaik Indonesia. Sampai-sampai ketika ada event dengan novelis mainstreams best seller, kelakuan bocil penulis wattpad geng anak sekolah yang dijadikan series ini, benar-benar di luar nalar. Harusnya sungkem dan belajar nulis yang bener sama senior, malah belaga selevel! Miris gak sih?
Gak belajar KKBI
Selain bocil dableq gak tahu diri, ada sebuah kisah seorang bocil penulis wattpad yang diundang ke sebuah event dan ditanya, perihal EYD dan tata cara penulisan yang baik dan benar karena, novelnya amburadul. Jawaban si penulis bocil kurang ajar adalah, "Saya emang gak suka baca KKBI atau apapun itu." Demi apa! Mau jadi penulis tapi, gak mau belajar EYD dan KBBI! Ada novelis yang sampai bilang begitu di depan umum! Sumpah pengen salto saja.
Gila gak sih? Baru nulis di wattpad aja sudah sebelagu itu! Astaga naga, malu dengan novelis beneran lainnya yang punya kualitas. Dalam dunia penulisan sendiri bocah-bocah ini sebenarnya gak pernah dianggap cuma dijadikan mesin duit saja. Andai kalian tahu bagaimana kelakuan bocil-bocil nolep gak tahu diri ini, pasti seperti saya yang ingin merobek buku KKBI terus disumpal ke mulut mereka.
Contoh Yang Baik Dari
Wattpad
Saya ambil contoh Valerie Patkar
yang dipinang oleh Gramedia, dari semua novel wattpad menurut saya hanya Claires dari Valerie Patkar yang secara tehnik penulisan layak untuk terbit. Bukan
tanpa alasan sebab, Gramedia nggak seperti publisher lain, yang cuma ambil
mentah naskah dari wattpad. Gramedia merombak Claires sedemikian rupa agar worth
to read bagi pembaca mainstream.
Baca Juga : Penulis Wattpad Mati Kutu Saat Webinar
Selain itu, nampaknya Valerie
Patkar pun banyak dapat gemblengan dari Gramedia sebab karya keduanya
Nonversation, punya kualitas yang lebih baik dari Claire. Sementara penulis
wattpad lain Cuma covernya saja yang bagus, dengan gambar cowok selebgram
ganteng yang diubah jadi kartun.
Oh iya, ngomongin soal cover para
penulis wattpad ini, kenapa banyak banget dah selebgram yang dibajak buat
dijadiin cover?
Malas Baca Novel Dari
Penulis Wattpad
Jadi itu 3 hal, yang bikin saya
males banget baca novel dari penulis wattpad. Apa lagi kalau di covernya udah
ada embel-embel ‘telah dibaca berjuta-juta’ belum lagi novel dari penulis
wattpad ini, harga lebih tinggi ketimbang novel dari penulis yang sudah lama
malang melintang bahkan, sekarang banyak yang pakai sistem preorder tanpa
melewati toko buku. Parahnya lagi ketika dilabeli best seller, saya nggak bisa
track kualitas novel dari penulis wattpad ini sebab, nggak ada rating
goodreadsnya? Sekali lagi, saya mencoba berpikir positif, kalau para pembaca
novel dari penulis wattpad ini adalah fans mereka di wattpad bukan, pembaca
mainstream yang sudah pasti punya akun goodeads dan nggak sabar buat kasih
ratings ama review di goodreads.
Wattpad Block Semua Negatif Keyword
Hampir saja saya lupa, kalau wattpad ini punya tim digital marketing yang ok banget, karena mereka bisa memblock google dari banyak kata negatif. Kalau kalian cari cerita wattpad jelek atau cerita wattpad sampah, niscaya nggak bakal nemu sebab, memang mereka jelas sekali memblock semua negatif keyword bahkan pencarian dengan keyoword cerita wattpad plagiat yang muncul paling atas malah cerita wattpad yang memang judulnya plagiat sementara, semua berita dan tulisan mengenai plagiat digeser ke page 2 atau 3 google.
Sekalipun Wattpad banyak negatifnya tapi, harus diakui bagi penulis amatir Wattpad adalah platform promosi yang jitu bahkan, banyak publisher yang menjadikan Wattpad sebagai test market. Maksudnya banyak penulis yang disuruh untuk menjajal naskah mereka di Wattpad. Hal inilah yang membuat saya sendiri malah punya Wattpad karena, memang disuruh oleh publisher untuk test market di situ. Jadi memang gak melulu karya Wattpad amburadul, walaupun sebagian besar memang begitu dan terbukti saat sudah launching lalu di review oleh rakyat Goodreads.
Lantas bagaimana melihat karya Wattpad yang bagus? Simpel saja kalau sudah launching bukunya silahkan melipir ke Goodreads karena, rakyat Goodreads tidak akan pernah berbohong dalam memberikan bintang review. Sekalipun, penulis Wattpad memerintahkan fans untuk nulis review di Goodreads. Kita bisa dengan mudah melihat mana review asli dari avid readers dan bukan, tinggal cek profilenya saja.
Sebelumnya saya sudah pernah menulis tentang kabar PHK NET TV dan bagaimana saya pernah berada di lingkungan televisi dengan manajemen dinausaurus sehingga terjadi PHK untuk departemen entertaiment. Berita NET TV ini pun tiba-tiba mengingatkan saya terhadap salah satu tv di Indonesia yang performanya acak kadut namun, simsalabim nggak pernah ada pemangkasan karyawan alias PHK. Yeah i know punya negara, mana mungkin ada pecat pecut tapi kalau nggak guna, bukannya lebih baik dirumahkan dari pada jadi beban negara secara gaji mereka pun dari APBN loh.
Siapa sih yang nggak kenal dengan TVRI tapi siapa juga yang nonton TVRI? Media milik pemerintah ini semenjak zaman reformasi gaung semakin tenggelam bahkan, boleh dibilang mati suri. Keadaan TVRI mirip sekali dengan PT POS dimana sekumpulan ve-en-es yang nggak bisa dipecat, malas untuk mengikuti perkembangan zaman.
TVRI meskipun sudah disokong oleh pemerintah tetap saja tertinggal dalam segala hal. Para ve-en-es yang harusnya jadi orang kreatif malah nggak mau berubah dan asik dengan kesantaiannya. Ketika semua orang jelas-jelas meninggalkan channel TVRI bahkan, sudah nggak perlu ada channel TVRI di televisinya, tetap saja tv tertua di Indonesia ini tak bergeming sampai pada tahun 2017 barulah terjadi perubahan.
Jauh sekali dengan NET TV dalam tujuh tahun sudah harus berbenah demi efesiensi, sekarang sedang menggodok strategi demi kelangsungan perusahaan.
Tahun 2018 lalu, saya pernah berurusan dengan TVRI untuk sebuah acara, maklum waktu itu ada program pemerintah yang butuh media. Waktu pertama kali datang ke TVRI pusat di senayan rada-rada kaget, soalnya mirip banget sama kantor kelurahan. Sumpah sepi banget dan nggak ada aura perusahaan televisi getuh. Saya juga jarang-jarang lihat anak muda yang notabenenya mayoritas pekerja televisi, bahkan produser untuk program yang berurusan dengan saya terlihat seperti kakek-kakek.
Sebagian besar waktu saya di TVRI senayan, dihabiskan dengan berkeliling karena tempatnya besar sekali tapi, banyak banget ruangan kosong atau ruangan yang nggak terpakai, berisikan peralatan broadcast dari zaman Soeharto. Beneran dah, TVRI di senayan nggak ada modernnya. Setelah program tayang, saya kontak produser yang bersangkutan untuk copy dalam bentuk dvd dan kena charge 250 ribu! OMG masa bayar? Dulu saya jadi creative officer kalau ada narsum yang butuh copy tayang, tinggal burn di dvd dan kirim nggak perlu bayar apalagi sampai 250 rebu! Najong dah.
Bukan berarti TVRI nggak mencoba bangkit loh, sejak 2017 mereka menghire konsultan untuk rebranding dan nggak main-main, mereka sampai rekrut Helmy Yahyah sebagai head LPP. Ini kabar gembira sekaligus bingung karena untuk maju saja sampai harus rekrut orang luar, terus yang selama ini di dalam ngapain? Helmy Yahya pun lebih memilih untuk membawa berbagai talenta dari luar seperti Gilang Dirga dan Tina Talisa dari pada memberdayakan human resource yang sudah ada.
Sekarang kita bisa lihat ada perubahan, mulai dari logo baru sampai susunan acara yang nggak jadul lagi, sekarang berbagai dokumenter bermutu bisa kita lihat di TVRI bahkan liga Inggris pun nongol loh di TVRI. Aplikasi TVRI klik pun sudah ada di google play bagi generasi millennial yang mau nonton kapan pun dan dimana pun. Sekali lagi untuk membuat berbagai perubahan ini, harus bawa orang luar loh dan yang di dalam selama ini ngapain?
Kebetulan salah satu konsultan yang dihire untuk project rebranding TVRI adalah mantan head saya di tempat dulu dan menurut kabar, sebenarnya hal tersulit dari rebranding TVRI adalah para karyawan negara itu sendiri, mereka sulit diupgrade dan nggak mau berberubah dari kenyaman ala ve-en-es. Padahal ini media loh yang notabenenya harus selalu mengikuti perkembangan zaman.
Kalau mau nostalgia ke zaman 90'an datang saja ke TVRI Senayan, bisa sekalian shooting film horror loh.
Kebayang kalau NET TV dengan acara-acara bermutunya disokong oleh pemerintah, dari pada menyokong sekumpulan orang yang jelas-jelas nggak mau upgrade dan cuma pengen santai. PHK terhadap pekerja kreatif yang benar-benar mau kerja mungkin bisa dihindari dan, kita bisa punya televisi nasional yang benar-benar efektif dalam menjadi media umum untuk masyarakat luas. Bahkan kalau perlu dimerge saja NET dengan TVRI, dengan jangkauan TVRI dan acara bermutu NET saya yakin Indonesia bisa punya channel nasional yang bermutu. Yeah i know, pasti pada bilang NET kan swasta sedangkan TVRI punya negara. Hello! Hari gene, demi sebuah kemajuan apa sih yang nggak mungkin?
Baca Juga : Tentang PHK NET TV
Siapa sih yang nggak kenal dengan TVRI tapi siapa juga yang nonton TVRI? Media milik pemerintah ini semenjak zaman reformasi gaung semakin tenggelam bahkan, boleh dibilang mati suri. Keadaan TVRI mirip sekali dengan PT POS dimana sekumpulan ve-en-es yang nggak bisa dipecat, malas untuk mengikuti perkembangan zaman.
TVRI meskipun sudah disokong oleh pemerintah tetap saja tertinggal dalam segala hal. Para ve-en-es yang harusnya jadi orang kreatif malah nggak mau berubah dan asik dengan kesantaiannya. Ketika semua orang jelas-jelas meninggalkan channel TVRI bahkan, sudah nggak perlu ada channel TVRI di televisinya, tetap saja tv tertua di Indonesia ini tak bergeming sampai pada tahun 2017 barulah terjadi perubahan.
Jauh sekali dengan NET TV dalam tujuh tahun sudah harus berbenah demi efesiensi, sekarang sedang menggodok strategi demi kelangsungan perusahaan.
Urusan Dengan TVRI
Sebagian besar waktu saya di TVRI senayan, dihabiskan dengan berkeliling karena tempatnya besar sekali tapi, banyak banget ruangan kosong atau ruangan yang nggak terpakai, berisikan peralatan broadcast dari zaman Soeharto. Beneran dah, TVRI di senayan nggak ada modernnya. Setelah program tayang, saya kontak produser yang bersangkutan untuk copy dalam bentuk dvd dan kena charge 250 ribu! OMG masa bayar? Dulu saya jadi creative officer kalau ada narsum yang butuh copy tayang, tinggal burn di dvd dan kirim nggak perlu bayar apalagi sampai 250 rebu! Najong dah.
TVRI Mencoba Berubah
Sekarang kita bisa lihat ada perubahan, mulai dari logo baru sampai susunan acara yang nggak jadul lagi, sekarang berbagai dokumenter bermutu bisa kita lihat di TVRI bahkan liga Inggris pun nongol loh di TVRI. Aplikasi TVRI klik pun sudah ada di google play bagi generasi millennial yang mau nonton kapan pun dan dimana pun. Sekali lagi untuk membuat berbagai perubahan ini, harus bawa orang luar loh dan yang di dalam selama ini ngapain?
Kebetulan salah satu konsultan yang dihire untuk project rebranding TVRI adalah mantan head saya di tempat dulu dan menurut kabar, sebenarnya hal tersulit dari rebranding TVRI adalah para karyawan negara itu sendiri, mereka sulit diupgrade dan nggak mau berberubah dari kenyaman ala ve-en-es. Padahal ini media loh yang notabenenya harus selalu mengikuti perkembangan zaman.
Berikut Foto-Foto di TVRI Senayan
Kalau mau nostalgia ke zaman 90'an datang saja ke TVRI Senayan, bisa sekalian shooting film horror loh.
Jadi?
Kebayang kalau NET TV dengan acara-acara bermutunya disokong oleh pemerintah, dari pada menyokong sekumpulan orang yang jelas-jelas nggak mau upgrade dan cuma pengen santai. PHK terhadap pekerja kreatif yang benar-benar mau kerja mungkin bisa dihindari dan, kita bisa punya televisi nasional yang benar-benar efektif dalam menjadi media umum untuk masyarakat luas. Bahkan kalau perlu dimerge saja NET dengan TVRI, dengan jangkauan TVRI dan acara bermutu NET saya yakin Indonesia bisa punya channel nasional yang bermutu. Yeah i know, pasti pada bilang NET kan swasta sedangkan TVRI punya negara. Hello! Hari gene, demi sebuah kemajuan apa sih yang nggak mungkin?
Baca Juga : Tentang PHK NET TV
Review Advan i Lite i7U/Ram 2GB/OS Nougat/Memory 16GB/Harga Rp 900.000 - Bagaimana sudah kapok pakai gadget dari brand Advan? Saya sudah dua kali pakai brand Advan yakni tab dan handphone, dua-dua ancur abis! Sampai saya pun jadi pesimis sekali dengan brand lokal ini. Selang beberapa tahun kemudian saya mencoba mencicipi tab 7 inch Advan Vandroid i Lite i7U, sebuah tab android kelas bahwa yang bisa ditebus hanya dengan harga 1 juta saja. Nggak ada ekspetasi apapun karena saya hanya butuh Advan Vandroid i Lite i7U ini untuk baca ebook dan nonton dikala senggang namun, setelah satu minggu pemakaian ternyata baru sadar kalau Advan sekarang berbeda dengan advan dulu loh.
Build In Material dan Design
Dari segi design nggak ada yang bisa dibanggakan karena, designnya sama saja dengan tab Advan yang lain, design cover bagian belakang yang diclaim terlihat mewah pun menurut saya biasa saja. Overall kelihatan banget kalau tab ini mumer dan luas 7 inch sama sekali nggak terasa, malah Advan Vandroid i Lite i7U masuk kategori compact size. Ya ilah kan ini versi i Lite, jadi enak banget bisa masuk tas pinggang dan masih bisa dipegang dengan satu tangan, kalau nonton di kereta pun nggak ribet.
Sayangnya material Advan Vandroid i Lite i7U ini plastik murah dan ringkih, saking ringkihnya, kita bisa dengan mudah patahin. Kalau jatuh pun saya jamin komponen di dalamnya bakal bermasalah karena kerasa banget nggak solid. Tapi finishingnya rapi dan cakep banget.
Layar, Hardware dan Software
Layar 7 inch dengan 1021 x 600 ini memang ala kadarnya, warna cenderung soft dan nggak pup up. Kalau nonton bluray juga kerasa banget warnanya pudar, parahnya layar Advan Vandroid i Lite i7U ini memantulkan bayangan dan ini ganggu banget kalau lagi nonton film. selain itu, touchscreen rada aneh karena untuk beberapa aplikasi seperti instagram, sepertinya over sensitif tapi aplikasi lain berjalan normal? Dan nggak ada sensor light jadi brightness nggak bisa otomatis kudu diset manual.
Silahkan perhatikan atutu benchmark dengan torehan score hanya 35486 memang nggak bisa diharapkan untuk main game berat. Score segini juga sama dengan handphone android low class namun, OS 7.0 memang jadi penolong buat Advan Vandroid iLite i7U.
Dari segi hardware Advan Vandroid i Lite i7U sudah dipersenjatai RAM 2GB ini salah satu alasan saya membeli Advan Vandroid i Lite i7U dengan CPU sc9850k alias spreadtrum CPU kelas bawah sodara-sodara tapi corenya sudah 4 loh. Jadi Advan Vandroid i Lite i7U nggak bisa dipakai maen game berat PUBG kalau Mobile Legend masih ok, itu pun setingan grafis low. Waktu atutu 3D pun Advan Vandroid i Lite i7U terlihat ngadat.
Untuk softwarenya Advan Vandroid i Lite i7U sudah android 7.0 (32 bit) tanpa sensor apapun! Nggak ada acceleration sensor, game rotation vector, gyroscope sensor, light sensor semuanya nihil.
Perfoma sih ok banget, saya nggak pernah nemu aplikasi yang ngadat atau lag semua lancar jaya, sekalipun sudah di instal berbagai apliaksi RAM dalam kondisi default hanya terpakai 780MB saja. Kecuali seperti saya sebutkan di atas, main game berat langsung yassalam Advan Vandroid iLite i7U ini. Tapi, untuk kebutuhan sehari-hari sama sekali nggak ada kendala.
Fitur
Advan Vandroid i Lite i7U sebenarnya sudah punya face id tapi saya nggak pernah pake dan sudah 4G LTE untuk dua simcard. ROM 16GB dan bisa ditambah dengan sd card. Selain itu Advan Vandroid i Lite i7U juga punya speedup, semacam clear cache untuk clean aplikasi yang tengah berjalan di background dan secara otomatis bakal matiin aplikasi yang kebuka tapi nggak kepakai. Ini alasan kenapa Advan Vandroid i Lite i7U lancar nggak pake lag.
Camera
Advan Vandroid i Lite i7U ini pun punya dua camera 5Mp di depan dan di belakang, sayangnya kualitasnya parah banget tipikal android murah, fotonya whiteish atau brightnya over banget jadi kek putih dan silau getuh. Buat yang suka selfi sukaesih, Advan Vandroid i Lite i7U sangat tidak disarankan.
Perhatikan kualitas foto Advan Vandroid i Lite i7U ini, sekalipun sudah outdoor dengan cahaya maksimal masih juga nggak ciamik. Fokus blur dan brightnessnya over banget.
Baterai
Baterai hanya 2500maH tapi awet banget, dipakai nonton bluray 2 jam pun masih sanggup tanpa ngecash seharian kalau internetan memang tergantung jaringan, pakai wifi Advan Vandroid i Lite i7U baterainya awet tapi kalau pakai jaringan 4G standar, setengah hari kita harus sudah cash lagi.
Overall
Overall saya puas dengan performa Advan Vandroid i Lite i7U ini, karena nggak ada lag ataupun lemot, multitasking lancar dan baterai pun awet. Untuk download pekerjaan dari Trello dan Google Drive no problem, pakai microsoft office nggak ada kendala, bentuknya pun compact bisa dipakai kapanpun dan dimanapun. Sementara untuk minus nggak bisa dipakai game berat, bukan masalah karena saya nggak main game. Terus nggak ada sensor apapun juga nggak begitu berarti sih, kalau untuk kamera yang bapuk, nggak kepakai juga di tab.
Advan Vandroid i Lite i7U ini juga kemajuan banget buat brand Advan, biasanya kualitas brand ini kacau banget, lemot dan banyak bugs belum lagi dulu tab sama smartphone Advan suka dipasang apllikasi bloatware yang nggak penting sementara di Advan Vandroid iLite i7U, malah bersih banget nggak banyak apps sampah.
Lagi ramai banget nih, perihal NET yang sedang kesulitan financial dan mau PHK karyawannya. Menurut info mengapa NET TV ini kurang sukses dikarena idealisme mereka, seperti nggak mau pasang iklan selama 3 menit dan terlalu hura-hura saat ultah. Tahukah ultah NET TV seperti apa? Artisnya pasti dari luar negeri. Banyak juga yang bilang acaranya segemented untuk menengah ke atas sementara orang menengah ke atas sudah nggak nonton tv lagi, mereka ada di platform digital.
Terlepas dari alasan sesungguhnya, saya mempunyai pengalaman yang sama seperti para karyawan NET TV ini. Dulu pun saya bekerja pasa sebuah tv yang memproduksi tayangan bukan untuk menengah ke bawah, saya membuat documentary berkualitas international sekelas BBC dan national geographic bahkan bule-bule yang waktu itu nonton saja takjub. Sebelas dua belas dengan NET TV tempat dulu saya bekerja pun memPHK karyawannya, untungnya saya sudah nggak di sana waktu itu.
Kegagalan finansial tv tempat saya bekerja dulu dikarenakan manajemen dinausaurus, dimana orang-orang dengan mindset cetak mengurus layar kaca dan lebih parahnya dahulu mereka sudah pernah gagal dengan TV7 kemudian gagal kembali di bidang yang sama? Terperosok di lubang yang sama tapi nggak pernah belajar.
Konten-konten berkualitas seakan nggak mampu menarik minat pengiklan? Saat itu pihak manajemen yang terbiasa menjual slot kertas koran, memang nggak ngerti cara jualan di tv belum lagi manajemen dinausaurus yang nggak ngeh pentingnya untuk memperluas jaringan. Sampai waktu itu channel spacetoon nggak jadi dibeli, lebih parah channel anteve pun nggak mau padahal sudah ditawarkan sebelum akhirnya menjadi TVONE.
Beban produksi yang tinggi membuat manajemen dinausaurus, berusaha menyelamatkan perusahaan dengan berubah menjadi tv berita karena produksi akan jauh lebih murah namun itu pun belum cukup. Akhirnya semua divisi intertainment di-PHK dan hanya tersisa divisi news and documentary yang memang benaung di bawah dua PT yang berbeda.
Konten Berkelas Nggak Laku?
Siapa bilang konten berkelas nggak laku? Yang salah cuma cara kita menjualnya dan tempat kita menjualnya. Ibarat kata jual Versace di tanah abang yang kebanyakan pembelinya adalah ibu-ibu BPJS. Tentu ibu-ibu BPJS nggak bakal mau beli Versace sekalipun mereka punya duit, mana ngerti mereka sama merk Versace. Sama halnya seperti tv dimana yang nongkrong adalah kalangan menengah ke bawah, dikasih tonton high class yah remuklah, otak dan IQ mereka.
Lebih Bangga Bikin Konten Berkelas Dari Pada Alay
saya merasa bangga dan puas karena pernah membuat program tv berkualitas tinggi dari pada program tv sukses tapi, sampah! Seperti Dahsyat dan kawan-kawannya, sama sekali nggak ngerti apa yang harus dibanggakan sama program-program seperti itu?
Baca Juga : NET TV Bangkrut Apa Kabar TVRI?
Baca Juga : Matinya Kreatifitas di Dunia TV
Baca Juga : Ekploitasi Kemiskinan Lewat Acara Mikrofon Pelunas Hutang
Baca Juga : NET TV Bangkrut Apa Kabar TVRI?
Baca Juga : Matinya Kreatifitas di Dunia TV
Baca Juga : Ekploitasi Kemiskinan Lewat Acara Mikrofon Pelunas Hutang
Subscribe to:
Posts (Atom)