Ini adalah kali ke empat melihat super moon, semenjak pertama kali melihat di tahun 2011 waktu itu, di kostan pas zaman kuliah, saat orang-orang masih belum aware dengan fenomena alam ini, saya sudah tertarik dan terus mengamati you know i'm suck up for NASA stuff. Tahun 2018 ini fenomena super mood sedikit berbeda karena ini adalah super blue moon atau gerhana bulan yang cuma terjadi dalam 150 tahun sekali. Berkat sosial media dan intensitas pemberitahuan pemerintah, banyak yang ikutan lihat super blue moon bahkan di tengah situasi seperti ini, ada juga sebagian yang terus mengingatkan bahwa gerhana bulan adalah sebuah pertanda buruk, anehnya kaum ini juga mengingatkan kalau menyangkut-pautkan gerhana dengan ramalan buruk adalah musyrik...doh! 

Terlepas dari minset jongkok kaum yang tengah boooming saat ini, saya sebagai pengemar astronomi tentunya antusias walaupun, nasib kurang beruntung karena dari Bogor, super blue moon sama sekali nggak terlihat sebab, dari kemarin hujan non-stop sampai 24 jam dan begitu malam yang ada awan semua, jadi cuma bisa ambil gambar setelah gerhana lewat (pengen nangis banget) tapi setelah gerhana lewat, bulannya justru semakin terang dan jelas, dengan kasat mata terlihat pancaran sinar  seolah-olah bulan dikelilingi cahaya biru. Sayangnya ini nggak bisa tertangkap sama kamera saya, yang ada di kamera cuma cahaya putih saja dan kamera yang saya pakai sama seperti tahun 2013 saat terakhir kali melihat super moon yakni, Olympus UZ 810 SP yang punya 14 kali super zoom untuk bisa lihat bulan. 

Ini adalah penampakan bulan terjelas yang pernah saya lihat dan foto, super moon ini juga mengingatkan saya bahwa sampai sekarang wishlist untuk membeli teropong belum kesampaian. Semoga tahun ini bisa beli teropong buat kegiatan astronomi, siapa tahun bakalan ada fenomena alam gerhana lagi atau hujan meteor, or something else.

Baca Juga : Super Moon 2011

Baca Juga : Super Moon 2012

Baca Juga : Super Moon 2013

Full Frame Exmor Sensor Dan BIONZ X processor

Dengan full frame 12.2 MP Exmor CMOS sensor dan BIONZ X image processor yang mampu menampilkan baik foto maupun video dengan range dynamic luas, rendah noise dan sensitivity ISO hingga 409600. Hal ini memungkinkan Sony A7S untuk mengambil gambar terbaik dalam keadaan cahaya yang kurang menguntungkan tanpa bantuan lighting. Sensor dan processor Sony A7s ini juga membuat shutter speed mampu mengejap sampai 5fps dan lagi kemampuan untuk menghasilkan video bukan lagi dalam bentuk HD namun 4K resolution.

Foto Dalam Gelap Lebih Baik

Sekilas 12.2MP tidaklah terlalu wah bagi kamera namun dibekali dengan Exmor CMOS dan BIONZ image processor, membuat Sony A7S mampu meminimalisir noise di foto serta memiliki sensitive range ISO 100-102400. Bisa dibayangkan dengan ISO segitu ambil foto pas subuh maupun magrib bisa lebih ciamik.  Dengan bantuan konektor lensa, Sony A7S ini bisa dipasangi berbagai merk lensa. Jadi nggak perlu takut harus beli lagi lensa yang sesuai, bisa pakai lensa dari kamera lama yang tersedia di rumah. Untuk kecepatan shutternya pun bukan lagi mumpuni kalau kamera mirrorless lainya kurang mampu menyamai shutter speed SLR maka Sony A7S punya speed priority continious shooting rate 5fps-2.5 fps, nggak ada gambar blurry lagi untuk foto bergerak. 

Penampakan konektor lensa

Merekam Dengan 4K

Ini dia fitur unggulan Sony A7S yakni kemampuan merekam sampai 4K, jelas banget Sony ini mengincar pangsa pasar profesional dan berupaya bikin A7S  bukan hanya sebagai sebagai kamera foto namun juga sebagai kamera video profesional. Bikin film dalam range HD 1080 - 4K nggak ada hambatan atau nggak patah-patah. Namun setelah dicoba beberapa kali dalam pembuatan video Sony A7S ini lumayan susah sebab fokusnya tipis sekali. Bikin susah untuk fokus ke wajah aktor apa lagi dalam cahaya yang cukup terang, perpindahan fokus dari satu titik ke titik lain juga lama dan tipis.

Dari sini ketahuan jika Sony A7S lebih penting untuk dipakai memotret ketimbang merekam video. 

Body Compact

Body design compact dan ringkas sekalipun menurut gue licin banget. Serta memiliki viewfinder yang lumayan besar. LCD monitor bisa diangkat dan diturunkan sampai 90 derajat - 45 derajat. Selain layar LCD monitor 3.0 Sony A7S punya  built in wifi untuk transfer foto.

Baca Juga : Review Olympus SP-810UZ Proconsumer

Waktu pertama kali beli nikon D3100 pasti dikasih starter kit yakni body dan lensa 18-55 AF-S DX NIKKOR. Nggak berapa lama setelah membeli, gua menemukan kejanggalan pada lensa NIKKOR 18-55 ini karena lensa tidak mau fokus tiap kali mau bikin foto dengan background blur. Kalau dipindah dari viewfinder ke lcd, tetap saja tidak mau ngelock fokus, selalu berwarna merah nggak bisa hijau. Padahal automatic fokus udah diklik begitu juga dengan VR. Sampai direstrat ulang pun tetap NIKKOR 18-55 AF-S ini nggak bisa auto fokus. Kebetulan yang beli bokap jadi waktu itu sepertinya memang tidak dicoba dahulu.  Dan setelah dikroscek ke beberapa orang, makin pastilah gua kalau NIKKOR ini memang tidak bisa auto fokus.

Untungnya nikon D3100 ini masih garansi jadi begitu dibawa ke counter dan dicek positif rusak, langsung dikirim kembali ke nikon pusat untuk diperbaiki. Kata counternya sih, "NIKKORnya rusak karena ngebukanya nggak rapi." Maksudnya waktu lepas lensa nggak ngerti getuh cara bukanya, jadinya berimbas pada rusaknya auto fokus.

Proses service NIKKOR nggak lama kok, cuma makan waktu seminggu kemudian lensa kembali berfungsi seperti semula dan bisa auto  fokus. Susahnya kalau pakai nikon, adalah lensanya yang rawan banget. Sebab nggak seperti canon yang motornya ada dibody, nikon malah kebalikan, body nggak ada motornya tapi ada dilensa. Imbasnya setiap lensa nikon lebih mahal dari pada canon, juga kalau service NIKKOR udah pasti lebih mahal.

Makanya buat beginner kalau mau buka lensa nikon itu harus hati-hati, salah sedikit berimbas pada kerusakan di dalam yang nggak terditeksi sampai pada memfoto dan tahu-tahu hasilnya nggak bisa maksimal.

Baca Juga : Cara Pakai Program Mode Nikon D3100
Baca Juga : Review Sony A7S Kamera Pocket Mirroles

Tidak sia-sia jam dua pagi bertengger di atap rumah, saya bisa dengan jelas melihat permukaan bulan dengan superzoom olympus. Sekali lagi sama seperti supermoon 2011 nampaknya orang-orang Indonesia memang kurang antusias dengan science, amat sangat menyedihkan padahal dibelahan dunia lain belum tentu bisa melihat bulan sedekat ini. Ya apa mau dikata orang indon memang cuma mikirin kapan kawin bukan kapan ke bulan?.

Supermoon pertama tahun 2011 cuma bisa desperate pake camera blackberry, supermoon kedua tahun 2013 amin bisa dengan jelas lihat pakai camera olympus superzoom. Target saya untuk supermoon berikutnya adalah membeli teleskop, sudah lihat list harganya ternyata affordable. Saya kira harganya selangit tahu begitu dibeli dari dulu dan untuk berikutnya siapa tahu bisa ke bulan. Hey before first step we must dare to dream right!



Baca Juga : Supermoon 2011 
Baca Juga : Supermoon 2012 

Dari tahun 2011 ketika shooting 18 hari lintas Sumatera, kami sempat mampir untuk take satu segmen. Sayang karena waktu yang sempit membuat saya tidak sempat mengambil wish list untuk foto, gambar deretan bangku putih yang menghadap pantai. Pantai panjang sendiri merupakan lokasi wisata paling terkenal di Bengkulu, yang sayangnya memang kurang dikelola dengan baik, padahal pantai pasir putihnya lebih baik dari pada ratusan pantai di tanah jawa. 

Sekali pun hanya bertandang secepat kilat, namun pantai panjang Bengkul mampu memberikan great time with great memories. Enjoy the picrure.

Sebenarnya saya sudah hampir satu tahun memiliki proconsumer hybird ini, berhubung seri terbarunya sudah keluar jadi teringat belum sempat untuk mereview Olympus SP-810UZ. Sebenarnya camera ini termasuk DSLR dengan 14MP dan kemampuan superzoom mencapai 36X cukup untuk mencapai kulit bulan dan lebih dari cukup untuk mengintip apartemen sebelah. Sebagai hybird camera tentunya Olympus ini juga di jejali kemampuan fitur digital layaknya camdy, sebut saja beragam filter, membuat gambar 3D atau bahkan video HD.

Sayangnya beragam fitur SLR dan camdy yang dijejali membuat pengoperasian DSLR ini tergolong sulit,   acap kali saya menyerah dalam mengatur iso,eksposure, macro jika ingin foto manual karena Olympus SP-810UZ sama sekali tidak memiliki eye level viewfinder semuanya harus dilakukan dalam layar selebar 3inchi. Mau tidak mau harus menyerah pada otomatis mode, hybird ini pun ternyata tidak memiliki EVF atau image stabilizer yang menjadikannya kelemahan terbesar, dengan kata lain gambar akan mudah goyang.Tapi anehnya fitur AF sangat baik bisa pilih on spot atau track, memfoto objek yang bergerak bukan masalah besar.

Diluar kelemahan terbesarnya tanpa EVF, Olympus SP-810UZ ini merupakan camera traveller yang compact dan komplit. Kualitas fotonya satu tingkat di bawah SLR tapi jangan bandingkan dengan camera digital biasa manapun karena Olympus SP-810UZ kuat dalam detail namun kurang dalam menampilkan warna. hal ini bisa diatasi dengan memakai fitur filter ala instagram agar warna yang dihasilkan bisa lebih keluar.

Baca Juga : Review Camera Pocket Casio Exilim EX-Z33

Secara keseluruhan Olympus SP-810UZ ini mampu memenuhi kebutuhan para travellers yang tidak mau ribet harus membawa SLR besar dengan beragam lensa atau travellers yang ogah liburannya hanya diabadikan lewat camdy yang menghasilkan gambar sekelas camera ponsel aka biasa saja.

  

 note: untuk sample foto silahkan click labels fotografi olympus

Mangkuraja in Bengkulu province is an coffee plantation, like a secret garden only several people manage to come here, you can consider i'm lucky. Not easy task to get up here, the road is bumpy, meaning all the way trough a solid rocky road. This plateau gives you direct view of  morning ray of light and when its dark the temperature can drop to minus, not much to see because this plateau is surounded by mountain also i can't post the plantation picture because legal issue of coffee company.

Diambil dari liburan kemarin di pulau pramuka, detail about this trip look below. Ini cuma sekelebat berbagai spot menarik di pulau pramuka, masih banyak spot yang jauh lebih menarik namun saya hanya explore yang dekat dengan cottage saja. Enjoy the pict.

Lihat Juga : Pantai Panjang Bengkulu
Lihat Juga : Kebun Kopi Terselubung di Mangkuraja
Lihat Juga : Danau Istana Bogor 
Lihat Juga : Kereta Api Di Pagi Buta

Sehubungan dengan adanya hujan bintang kemaren saya terpaksa manyun di lantai dua kosan sampai pukul 2:30 pagi, sayangnya hujan yang diharapkan sama sekali tidak muncul di langit Jakarta dan terpaksa untuk mengobati kekecewaan. Saya pun bermain dengan superzoom Olympus dengan objek sahabat bintang yakni bulan. Ternyata wajah bulan tidak secantik namanya, dan ada perasaan takjub ketika bisa melihat bulan lebih dekat, tentunya untuk orang Indon lebih takjub ketika kawin dan anak lahir dari pada bisa melihat bulan lebih dekat, sekarang anda tahu kenapa tidak ada astronot dari Indonesia.

Baca Juga : Supermoon 2011
Baca Juga : Supermoon 2013

Lihat Juga : Menangkap Warna Pulau Pramuka.
Lihat Juga : Pantai Panjang Bengkulu
Lihat Juga : Kebun Kopi Rahasia di Mangkuraja 
Lihat Juga : Kereta Api Di Pagi Buta