Pages
Review Samsung Tab A8 With S-Pen/ RAM 3GB/ OS Android 11/ UI ONE Core 3.1/Harga Rp 1.000.000
Kalau kalian cari tab android Samsung yang lengkap, sudah bisa gambar dan tulis notes tapi, mentok di budget maka Samsung Tab A8 with S Pen keluaran 2019 ini masih worth it banget. Punya layar IPS LCD 8 inchi dengan 1200x1920 dengan ram 3Gb dan chipset exynos 7904, OS mentok 11 sama UI core 3.1 masih amat sangat worth it dipakai.
Bahkan saya bilang Samsung Tab A8 with S Pen masih jauh lebih worth it ketimbang Samsung Tab A7 Lite. Ada beberapa hal yang bikin Samsung Tab A8 with S Pen superior ketimbang Samsung Tab A7 Lite dan saudaranya.
Punya S-Pen
Samsung Tab A8 with S Pen, iyah punya s-pen. Samsung Tab A8 with S Pen bisa dipakai untuk nulis notes dan gambar, s-pen termasuk enak dipakai nulis dan gambar. Paling kalian harus terbiasa sama s-pen yang lebih kecil ketimbang pensil biasa. Tapi, ini bisa diakali dengan beli s-pen Tab S6 atau S9 yang lebih besar. Perlu diingat jika Samsung Tab A8 with S Pen, cuma kompatible sama s-pen. Nggak bisa pakai stylus aktif merk apapun!
Pas orang-orang udah sibuk nulis pakai Ipad, Samsung Tab A8 with S Pen ini dijadikan pilihan lebih bijak dalam hal budget. Enaknya lagi, Samsung udah kasih apps Samsung Notes yang terkenal sebagai salah satu apps note terbaik. Kalau ngerasa nggak cocok masih bisa download di Google play.
Gak Up to Date?
Dengan OS mentok di android 11 dan One UI Core 3.1 pasti banyak yang ngerasa, sayang banget beli Samsung Tab A8 with S Pen. Tapi, Samsung Tab A8 with S Pen ini lebih baik ketimbang tab samsung seperti A7 Lite dan saudaranya. Berkat One UI versi core, Samsung Tab A8 with S Pen bisa jalan tanpa kendala walaupun ram cuma 3Gb. Bayangkan sama Tab A7 Lite dan saudaranya yang pakai ram 3-4Gb tapi, pakai One UI versi full yang bikin tab super lemot!
Baca Juga : Review Samsung Tab A7 Lite Setelah Setahun Pemakaian
Perpindahan dari satu apps ke apps lain lancar jaya, nggak ada jeda seperti Tab A7 Lite dan saudaranya. OS android ver 11 juga nggak terlalu tuir, masih bisa dipakai 3-4 tahun ke depan. Tab Samsung mana yang sekarang pake One UI versi Core? Sementara One UI versi full minimal butuh 3Gb buat jalan lancar. Makanya, banyak Tab Samsung sekarang yang super lemot.
Ini juga yang bikin Samsung Tab A8 with S Pen bisa diandalkan buat kerja, ngetik di office, excell sama bikin slide nggak ada masalah. Yah emang dengan layar cuma 8 inchi bakalan bikin sedikit struggle mata.
Buat kebutuhan lain seperti entertainment Samsung Tab A8 with S Pen sudah cukup lah. layar IPS LCD 8 inchi dengan 1200x1920 masih enak dipakai nonton Netflix dan audio terbilang standar but still worth it sekalipun nggak stereo. Ukuran yang 8 inchi terasa pas banget, nggak bikin berat pas dipegang satu tangan. Apalagi, pas Samsung Tab A8 with S Pen ini dipakai baca buku, serasa baca buku langsung aja. Beneran compact.
Pay Sooner Or Later adalah hidden gems di Gramedia Digital, kirain bakalan garing cerita modelan seperti ini, ternyata lumayan menghiburnya. Novel karya Adrinindia Ryandisza ini adalah salah satu pemenang dari GWP tahun lalu. Premisnya sendiri berkutat di seorang cewek bernama Tika yang punya kebiasaan Paylater atau ngutang dulu buat belanja online.
Sinopsis
Tika seorang cewek metropolitan yang kerja di sebuah konsultan pajak, punya kebiasaan nggak sehat berbelabja oline yakni selalu pake Paylater. Tika sendiri selalu merasa senang ketika check out barang-barang yang sebenarnya dia nggak butuh. Hidupnya jadi runyam ketika kontrak kerjanya nggak diperpanjang gegara politik kantor, otomatis Tika nggak punya penghasilan. Untungnya dia dapet kerjaan baru jadi desk collector di sebuah pinjol. Gengsi memang kerjaan turun derajat tapi, Tika butuh uang buat bayar semua cicilan Paylater dia.
Baca Juga : Resensi Words On The Bathroom Walls
Dari sini semua permsalah Tika dimulai, kerja di tempat baru yang nggak bonafit, ketemu sama temen kerja yang ternyata punya masalah finasial juga sampai berbohong sama orang tua perihal Paylater.
Resensi
Pay Sooner Or Later ini sukses bikin saya ketawa ketiwi, apalagi pas adegan Tika sama kedua orang tuanya. Sayang seribu sayang, Pay Sooner Or Later konfliknya tipis banget. Ada banyak hal yang nggak di eksplor lebih detail seperti, jumlah cicilan Tika yang 12 bulan itu berapa? Dia nyisihin berapa dari gajinya buat bayar cicilan? Premisnya tentang paylater tapi, bagaimana Tika bisa membayar semua cicilan sama sekali nggak dijabarin.
Kerjaan sebagai desk collector pun kerasa cuma tempelan saja, fellingnya Pay Sooner Or Later ini ngebut banget. Lalu hubungan dengan Rizal pun sebatas penambah bab saja, padahal ini seru banget apalagi Bapak Tika yag concern sama masalah percintaan anaknya. Harusnya sih bisa lebih dieksplore getuh.
Baca Juga : Resensi Tingka Kisah Para Penganut Midaya
Berbagai konflik di Pay Sooner Or Later punya penyelesaian yang simpel dan cepet, Masalah Didi, Ridwan, Pak Tanto, Tika dengan Yuli pun selesai dengan super cepat bahkan Paylater 12 bulan Tika ujungnya dilunasin sama orang tua. Beneran nggak ada gregetnya dah! Pada akhirnya kita dikasih penjelasan bahwa, kebiasaan ngutang Tika karena dulu nggak pernah bisa dapet apa yag dia mau. Proses berobat ke psikolognya pun super singkat di beberapa halaman terakhir.
Overall Pay Sooner Or Later ketolong karena lucu dan related dengan kehidupan sehari-hari, apalagi konflik Tika dengan Yuli di kantor lama, beuh sumpah itu beneran banget ada. Sayang seribu sayang Pay Sooner Or Later ini seperti kurang dimasak, padahal punya potensi besar buat lebih wow.
Jadi satu bulan lalu, saya fomo beli smartwatch Amazfit band 7. Soalnya, gak di kantor, gak di kereta semua orang pake smartwatch. Padahal awalnya, saya nggak suka sama smartwatch, lebih prefer jam tangan manual biasa. Belum lagi size smartwatch itu rata-rata terlalu besar buat tangan saya, tapi gegara fomo jadinya beli yang sport bukan yang mirip iwatch ataupun galaxy watch. Versi sport layarnya memanjang dan ramping, slim sizelah jadinya pas di tangan saya. Belum lagi saya lumayan suka olahraga dengan naik sepeda setiap Sabtu-Minggu.
Singkat cerita belilah Amazfit band 7 seharga 600 ribuan ini dan setelah satu bulan pemakaian, baru sadar kalau sebenernya nggak butuh-butuh amat smartwatch sekalipun buat sport.Baca Juga : Review Keyboard Retro Aesthetic Rexus
Salah satu fitur unggulan yakni buat tracking sport, setelah punya Amazfit Band 7 ternyata gak begitu produktif sebab, dia koneksi langsung ke app zepp sementara ke Samsung fit gak bisa dan Google Fit udah konek tapi kok gak bisa semua sync? Jadi kalau lagi sepedaan atau work out, koneknya ke apps zepp bukan Google fit padahal udah sync. Jadinya nggak kerekam sama sekali di Google Fit. kenapa harus Google Fit? Kalau pindah handphone kan enak sementara apps zepp belum tentu dua tahun lagi pake smartwatch amazfit.
Jadinya nggak begitu maksimal penggunaan amazfit ini, kalau menurut saya smartwatch mending satu merk sama handphonenya. Jadi data aman dan kesimpen rapih di apps bawaan seperti samsung health. Mau ganti handphone pun enak masih kesimpen semua data di apps.
Selain itu, koneksi ke whatsapp dan notifikasi lain malah ganggu banget. Amazfit nggak punya pilihan buat nampilin notif apa aja, jadi notif di semua group whatsapp muncul tuh! Ganggu banget! Akhirnya saya matikan saja sync ke whatsapp namun, notif Google calender dan telepon sih bermanfaat banget, apalagi kalau handphonenya lagi jauh ataupun di silent.
Terakhir, hal yang paling saya nggak suka adalah feeling pakai smartwatch amazfit ini kaya kita punya handphone kedua. Jadinya selalu awas dan kalau lupa tuh takut banget, ya iyalah harganya 600 rebu! Belum lagi selain wireless headphone, handphone dan gadget lainnya, nambah satu lagi yang harus selalu inget buat dicharge.
Saya sudah dua kali mengalami foto-foto yang disimpan dalam memori internal tiba-tiba saja terhapus? Dan dua-duanya dari handphone Samsung. Yang pertama saat pakai Samsung A11 tiba-tiba semua foto di mempri internal hilang? Nggak ada di trash dan nggak di hidden, belum lagi ada masalah ketika foto nggak bisa disave dalam memori internal? Dan yang kedua saat pakai Samsung A23 tiba-tiba saja charging mentok di 41% dan ketika dicek foto-foto di galeri yang tersimpan dalam memori interhal sudah terhapus.
Foto hilang di galeri A11
Saya sempat kesal saat tahu Samsung A11 ini mengalami kendala nggak bisa save foto di internal dan pas dicek, ternyata semua foto-foto yang tersimpan dalam dalam berbagai folder sudah hilang! Tadinya saya pikir ada yang breach ke dalam Samsung A11 ini karena handphone seharga satu juta ini dibeli second dari toko oren. Setelah diperiksa dengan seksama ternyata penyebabnya adalah card holder magnetic yang saya pakai di belakang case. Begitu card holder magnetic ini dilepas, bisa save foto dalam memori internal namun, semua foto yang terhapus nggak bisa dikembalikan!
Baca Juga : Cara Hapus Bloatware Redmi
Foto hilang di galeri A23
Samsung A23 ini dibeli gress seharga 3,6 juta dari era phone waktu pertama kali keluar tahun 2022. Setelah hampir setahun tiba-tiba saja kemarin Samsung A23 ini mentok charging di 41% direstart berkali-kali pun tetap sama, cek device care sama sekali ngga ngaruh! Lalu saya coba copot case dan berhasil charging di atas 41% namun saat kembali dipasangkan case kembali mentok nggak bisa nambah!
Lumayan bikin frustasi, mana ini handphone baru yang tergolong mahal! Masa belum setahun udah ada masalah charging! Akhirnya saya perhatikan case siapa tahu bikin panas? Ternyata sama sekali nggak dan case ini sudah lama dipakai, pas mau dipasang sim injector yang selalu tersimpan dibalik case jatuh dan nggak ikut terpasang. Ternyata Samsung A23 kembali normal! Bisa charging di atas 41% dong.
Baca Juga : Kesan Pertama Pakai Galaxy S6 Edge
Udah happy aja tuh, bisa ngecharge lagi namun pas saya lihat galeri ternyata semua foto-foto yang tersimpan di dalam memori internal sudah terhapus bersih. Tinggal foto-foto yang tersimpan di sd card saja? Saya cek trash dan hidden album sama sekali nggak ada. Ternyata semua foto dalam memori internal langsung terhapus, folder screenshots, folder lightroom bahkan berbagai gambar serta video yang disave dari sosial media juga terhapus.
Gak boleh ada besi nempel di belakang Samsung?
Kalau kasus A11 saya masih bisa memaklumi karena, pakai card holder magnetic yang nempel di belakang sudah pasti unsur magnetnya bakalan berimbas langsung ke dalam mesin handphone. Tapi, untuk kasus A23 kok bisa besi sim injector sekecil itu berimbas sama charging dan penyimpanan? Apa karena tersimpan rapat dalam case sehingga pas rada panas, ada efek tertentu pada mesin handphone?
Seri A pakai memori eMMC 5.1
Setelah saya share di forum Samsung ada yang berpendapat kalau ini karena, seri A pakai memori eMMC 5.1 walaupun nggak jelas apa hubungan eMMC 5.1 sama magnet dan besi. Tapi kalau dilihat dari bentuknya yang mirip sama MMC emang rawan banget kalau sampe deket magnet. Tapi, sekali lagi kalau deket logam nggak ngerti dah.
baca Juga : Beli Amazfit Band 7 Gegara Fomo
Kalau sudah terhapus apa bisa dikembalikan? Jawabnya sama sekali nggak! Bener-bener full erase dan nggak ada jejaknya sama sekali. Satu-satunya solusi adalah dengan selalu save di sd card atau mengaktifkan auto back up ke google photos. Saya pilih auto backup saja ke google foto dengan membayar 26,900 rupiah perbulan. Ini jauh lebih aman ketimbang simpan di SD card lagi pula dengan memori 128Gb buat apa lagi punya sd card?
Review Samsung Tab A 7 Lite/ RAM 2-4GB/ OS Android 13/ Kamera 8MP+VGA/Harga Rp 2.600,000 Dari awal tahun lalu, saya udah beli Samsung Tab A7 Lite ini buat kerja dan harganya lumayan banget. Sekitar 2,8 atau 2,6 lupa dah pokoknya awal-awal keluar. Keperluannya memang buat kerja, sebagai alternatif pengganti laptop yang ribet di bawa kemana-mana. Nah, setelah satu tahun pake Samsung Tab A7 Lite ini, begini kesannya atau reviewnya.
Design dan layar
Soal build in kualitas jangan diragukan dah, designnya simpel tapi elegan. Kelihatan Samsung banget dan gak murahan. Layar selebar 8 inch TFT LCD bening banget buat dipake nonton pelem dan Netflix, suaranya stereo mantap dah. Pokoknya untuk urusan entertaiment Samsung Tab A7 Lite ini juara.
Gak support stylus
Sayangnya layar TFT capasitive ini gak suppot stylus, mau beli stylus apapun itu beneran gak worth it. Beli yang palm rejection pun tetep aja ngak enak, responnya selalu delay. Beli yang karet buat layar capasitive sama aja, tetep respon delay. Nulis aja gak enak apa lagi dipaksa buat gambar.
Baca Juga : Review Samsung Tab A8 With S-Pen Masih Worth it Dipakai
Performa
Terus buat kerja gimana? Terus terang saya rada kecewa karena, Samsung Tab A7 Lite ini lemot banget, perpindahan antara aplikasi lama beud! Belum lagi sering force close. Apalagi waktu saya beli awal-awal itu masih UI 4 yang mana gak intuitif buat Tab A7 Lite ini. Ngerjain di Google Slide sering force close juga, hadeuh ini Tab padahal brand Samsung dan tergolong mahal.
Lemot dan sering crash
Awal-awal dipake kerja dengan UI 4 sumpah gak enak banget, bayangan aja UI buat satu tangan dipaksa di tab 8 inch, plus UI ver 4 ini sering crash! Pokoknya belajar sabar dah pake Tab A7 Lite ini. Sampai itu akun Samsung international dan Samsung Indo, setiap hari saya mention gegara kelemotan Samsung Tab A7 Lite ini.
Harus upgrade dan aktifin ram plus
Gak lama Samsung Tab A7 Lite ini dapet upgrade ke android 13 dan Samsung UI 5. tadinya gak ngarep banyak sih, paling juga tampilan aja. Tapi, ternyata UI 5 di Samsung Tab A7 Lite ini beda sama di handphone, dia dibuat khusus untuk Tab. Tombol home yang tadinya seperti di tengah seperti handphone, bergeser ke kanan terus, tampilan setting disesuaikan supaya bisa nampil dalam satu layar. Pokoknya UI 5 di Tab ini beda sama versi handphonenya.
Baca Juga : Review TREQ Basic 2K, Tablet Kitkat 400 Ribuan
Waktu otak-atik UI 5 di Samsung Tab 7A Lite ini saya sadar kalau selama ini, ram yang dipake cuma 2Gb jadi Ram plus gak diaktifkan. Pantes aja lemot dan sering force close! Ternyata Samsung Tab A7 Lite ini bisa Ram plus sampai 4Gb.
Kinerja UI 5 dan Ram 4Gb bisa dibilang jauh lebih baik, perpindahan antar apps sekarang lancar walau gak cepet dan force close gak ada. Namun, pernah UI yang force close itu cuma sekali sih. Emang Ram yang pas buat android dan UI di tab itu, minimal 4-6Gb. Sekarang enak banget dipake kerja walaupun Samsung Tab A7 Lite ini gak punya fitur Samsung Dex tapi, masih bisa diakali dengan menginstal apps taskbar.
Baca Juga : Kenapa Foto Terhapus Sendiri di Samsung Seri A?
Emang sih baru enak kepakai setelah beberapa lama dapet upgrade UI 5 tapi, masih worth it lah. Jadi kalau beli Samsung Tab A7 Lite 4G ini jangan lupa buru-buru di upgrade ke UI 5 dan aktifkan fitur Ram plus ke 4Gb. Baru-baru ini keluar versi wifi only dengan chipset yang lebih rendah dan harga yang terpaut lumayan jauh sekitar 1,7 saja.
Desain
Dari segi desain sih biasa saja
malahan mirip iphone, dengan material plastik bergradasi. Infinix smart 6 ini memiliki waterdrop notch
dengan bentang layar 6,6 inch jadi gak terlalu lebar dan masih enak untuk
digenggam. Bagian atasnya bersih dari berbagai lubang port, semua mulai dari
usb charger, jackport sampai audio speaker ada di bagian bawah. Desainnya terkesan
solid dan mahal sekalipun mirip iphone karena letak kamera kotak di
belakangnya.
Layar
Layar 6,6 inch ini berjenis IPS beresolusi HD+ (1600 x 720 piksel) secara umum
enak buat nonton sama baca document namun, sensor adaptive brightness Infinix
Smart 6 gak terlalu bagus. Saya merasa sensor adaptive brightness Infinix Smart
6 terlalu gelap. Kelemahan di layar Infinix smart 6 adalah, tidak adanya led
notification tapi, anehnya terdapat lampu led yang menyala ketika handphone discharge?
Lantas, kenapa lampu ini tidak difungsikan sebagai led saja sekalipun hanya
bisa satu warna?
Platform
Salah satu kelebihan Infinix
smart 6 adalah kelengkapan sensornya, dari sensor cahaya, proximinity,
accelerometer finger print sampai face unlock ada semua. Sementara untuk dapur pacu menggunakan Unisoc
SC9863A (28nm) dengan OS android 11 versi GO dan RAM 2GB, awalnya khawatir
dengan chipset dan OS serta RAM pas-pasan seperti ini pasti bakal lemot.
Ternyata Infinix Smart 6 gak ada kendala untuk membuka apps apapun, kecuali
game! Saya gak main game di smartphone tapi, apps berat seperti trello, VN
editor, canva, picsart, Gdocs, Gslide, Gsheet bisa dengan lacar di buka, termasuk perpindahan antar apps pun smooth.
OS android 11 versi GO memang paling pas disematkan dengan RAM 2GB. Dalam kondisi sudah diinstal berbagai apps, Infinix Smart 6 ini masih menyisakan 1,3GB RAM. Saya sendiri gak menemukan kendala terhadap OS versi GO ini, apps untuk OS versi full pun bisa diinstal di OS android 11 versi GO. Cuma memang untuk UI seperti music player dan gallery bawaan OS android 11 versi GO kelihatan cheapy banget.
Kamera
Foto utama 8MP + VGA untuk outdoor, lumayanlah. |
Untuk kamera Infinix Smart 6 memang gak bisa berharap banyak sebab, kamera depan 5MP dan kamera belakang 8MP + VGA warnanya terlihat seperti kamera handphone merk china sementara, untuk detailing memang bagus. Hasilnya terlihat seperti interpolasi, terlebih warnanya yang over tapi, sensor kameranya bagus sih, soalnya detailnya bagus gak blur. Kelemahan terbesar kamera Infinix Smart 6 adalah di tempat gelap.
Foto kamera utama 8MP + VGA untuk indoor, detail sih bagus tapi, warna jadi over white |
Kamera utama 8MP + VGA untuk outdoor malam hari, terlihat lumayan buriq dan untuk foto dalam minim cahaya kamera lag beberapa detik. |
Kamera depan 5MP hasilnya lumayan untuk di tempat dengan cahaya memadai tapi, dalam keadaan gelap yassalam. |
Urusan baterai Li-Po 5000 mAh, non-removable memang juara banget, untuk daily driver bisa tahan seharian tapi, harus dicharge dengan kabel fast charging kalau pakai kabel charging biasa di charge malem sampai pagi cuma mentok di 76% saja.
Overall
Overall buat saya, Infinix Smart 6 ini minus di kamera dan led notifikasi saja selebihnya bisa diandalkan, RAM pas-pasan dan OS versi GO ternyata bukan kendala untuk Infinix Smart 6 bisa dipakai sebagai daily driver. Infinix Smart 6 ini pun punya banyak fitur tersembunyi berkat XOS 7.6 tadinya, saya kira bakal miskin fitur demi bisa ringan tapi, ternyata dari nearby share sampai screen recorder dan berbagai phone mode ada di Infinix Smart 6. Selain itu, Infinix Smart 6 punya versi NFC dengan harga yang hanya terpaut 100-200 ribu saja.
Jadi kalau gak main game dan cuma cari smartphone untuk kerja dan daily driver saja, Infinix Smart 6 ini bisa diandalkan.
Berhubung lagi WFH saya memutuskan untuk membeli sebuah mekanikal keyboard yang aesthetic banget dan sering wara-wiri instagram aesthetic study. Brand wireless keyboard ini adalah rexus dengan tipe KM9 setelah explore sana-sini di marketplace akhirnya dapat juga Rexus KM9 dengan mumer di toko hijau. Sumpah awalnya seneng banget bisa dapet wireless keyboard retro aesthetic ini tapi, setelah barangnya sampai dan dicoba, ternyata saya cuma menghabiskan uang saja dan menyesal, kenapa bisa begitu?
Desain Cantik Banget!
Dari segi desain Rexus KM9 ini bagus banget, bentuk retro dan cantik dengan keycaps mekanikal seperti mesin tik zaman purbakala. Finishing dari material plastiknya pun bagus banget, kelihatan barang mahal getuh. Sizenya compact 305 x106 x 36 mm dengan berat cuma 568 gram saja.
Cara Pakai Bikin Pusing
Rexus KM9 awalnya bikin saya pusing tujuh keliling karena, dalam box gak ada penjelasan cara pasang dan pemakaian, hanya berisi mouse dengan reciever saja plus satu buah notes guideline yang sama sekali gak kasih tahu cara konek Rexus KM9 ke laptop! Begitu reciever dicolok cuma mouse saja yang berfungsi sementara Rexus KM9 sama sekali gak bisa konek! Sampai sellernya bingung dan berujung saya dikasih nomor service resminya, setelah dikontak barulah saya tahu kalau cara aktifin Rexus KM9 ini harus klik Esc dan + =
Ngetik Jadi Cepet
75 keycaps Rexus KM9 ini bener-bener responsif dan bikin kita bisa mengetik cepat, ketimbang pake keyboard dari laptop. Jarak antara keycaps lumayan jauh dan ukuran keycaps yang besar, bikin kecepatan mengetik saya meningkat super cepat! Sumpah keycapsnya enak banget dan bakal bikin ketagihan buat ngetik sekalipun, memang keycaps Rexus KM9 ini ribut karena, ada suara ketiknya ...tok...tok...tok.
Baterai Cuma Tahan Sehari?
Gila langsung seneng dong ketak-ketik sana sini, sampai akhirnya saya sadar kalau Rexus KM9 dengan 2,4Ghz ini membutuhkan daya yang super besar dan dua buah baterai AAA hanya mampu bertahan 24 jam saja. Awalnya saya masih berpikir positif, mungkin baterai jenis lain bakal lebih awet dan setelah mencoba berbagi baterai AAA dari panasonic, alkaline, energizer sampai sony recharge 4300 mAh gak ada satupun yang bisa bertahan lebih dari 24 jam!
Baca Juga : Beli Amazfit Band 7 Gegara Fomo
Sumpah ribet banget, setiap pagi mau kerja harus ganti baterai dulu atau ngecharge baterai dulu! Lalu saya kontak selebgram study aesthetic yang kerap pakai wireless keyboard retro seperti Rexus KM9 ini. Dia bilang keyboard wirelessnya bisa bertahan lebih dari sehari tapi, memang gak bisa lama seperti dua bahkan seminggu itu gak bisa. I was like dame! Ini Rexus KM9 ujungnya cuma laper mata aja.
Alhasil, Rexus KM9 ini gak saya pakai, bikin kesel kalau lagi kerja tiba-tiba habis baterai.
Overall menurut saya, wireless keyboard Rexus KM9 ini hampir sempurna dalam segala sisi kecuali, untuk urusan power dan benar-benar gak rekomen untuk dipakai kerja, bayangkan lagi asik ngetik tiba-tiba harus ganti baterai. Ujungnya saya beli lagi retro keyboard aesthetic namun, bukan wireless tapi usb power. Yang bikin heran adalah, kenapa rata-rata keyboard cantik ini powernya gak bisa tahan lama? Dugaan saya wireless keyboard dengan reciever 2,4ghz memang boros banget.
Buat kalian yang mau pake wireless keyboard, mending cari yang koneksinya pake blutooth, jangan reciever 2,4ghz. Lihat saja wireless keyboard iMac pake blutooth dan awet banget! Ini juga yang bikin saya langsung beli karena, dipikir bakal sama seperti wireless keyboard iMac dan ternyata malah buang-buang duit saja.
Akhirnya dapat juga Nokia asha 501 walaupun yang dari dulu diincer adalah, Nokia asha 503 karena, designnya jauh lebih bagus Nokia asha 503 dengan balutan case bening. Nokia 501 ini memang sudah jadi inceran semenjak dulu sebab, saya memang rada freak sama gadget yang bentuknya lucu. Beruntung harga Nokia asha 501 ini susah amat sangat murah. Harga Nokia asha 501 ini cuma Rp 200,000 saja dalam kondisi second sementara full set dan kondisi mint harga Nokia asha 501 bisa Rp 500,000
Design dan layar
Pertama kali Nokia 501 ini
mendarat dan saya genggam, memang jauh lebih kecil dari perkiraan. Layarnya
yang cuma 3 inchi ini, benar-benar kecil banget tapi, masih bisa dilihat dengan
nyaman. Touchscreen sangat presisi serta enak, di swipe kanan-kiri. Untuk urusan ngetik mungkin gak bakal bisa dipakai orang yang berjari
besar sebab, keypadnya saja amat sangat mini, pas untuk ukuran anak SD.
Untuknya saya punya jari yang kecil sehingga gak kesulitan untuk ngetik.
Fitur dan software
Nokia 501 ini, mentok di asha
software platform 1.4 dan punya segudang fitur, dari browsing, Line, whatsapp, Twitter,
game jar, sd card, double sim card sampai bluetooth ada loh! U.I
interfacenya simple tapi, ringkas dan jelas gak ribet. Namun, sayangnya sistem
asha software platform sudah ditutup dan gak ada kelanjutannya. Sehingga semua
fitur-fitur Nokia 501 ini gak bisa dijalankan. Line, facebook, twitter dan
whatsapp udah gak bisa dipakai lagi karena, apps ini sudah gak ada pembaharuan
dan gak dapet dukungan lagi dari pengembangnya. Untungnya buat browsing masih
bisa dan ada fitur wifinya pula.
Salah satu kelemahan Nokia 501
ini, dibanding dengan asha lainnya adalah dia, gak bisa instal file jar langsung, jadi kalau mau masukin games harus download online sementara, fitur
ini pun udah gak jalan jadi, pasrah saja dengan game bawaan. Padahal Nokia 501
ini, bisa connect ke laptop seperti smartphone loh, jadi pindah file dan foto
mudah sekali. Hebatnya lagi, begitu dicolok masih bisa jadi modem loh.
Camera
Untuk camera dan Nokia 501 ini,
memang gak bisa berharap banyak tapi, jauh lebih baik dari pada android cina.
Pixelnya emang gak rapet dan gak ada auto fokus, hasilnya bisa dibilang lumayan
untuk sebuah handphone feature bahkan, dibandingkan dengan android Mito masih
bangusan Nokia 501 ini.
Sayang, asha software platform
sudah mati, padahal Nokia 501 ini bisa jadi feature phone yang powerfull.
Sekarang, Nokia 501 ini jadi seconday phone saja bentuknya yang mungil dan
baterai yang awet semingguan bikin Nokia 501 ini, cocok dibawa kemana pun tanpa
ribet.
Pengguna Redmi pasti sudah
terbiasa dan hapal dengan interface bawaan MIUI, sepintas MIUI ini terlihat
sempurna sekali bahkan, hampir mirip dengan iOS. Tapi, setelah saya menggunakan
dua seri redmi yakni 7A dan 5 plus dengan MUI 12 dan 11 saya menemukan bahwa,
MIUI ini tergolong berat sekali bahkan redmi 5 plus dengan ram 3gb dalam
keadaan default belum diisntal aplikasi hanya menyisakan 1gb-800mb saja, anehnya
redmi 7A yang cuma 2gb pun sama hanya menyisakan 1gb-800mb dalam keadaan default.
Setelah diintal beragam aplikasi Redmi 5 plus mentok di 800mb sementara Redmi
7A bisa di bawahnya.
MIUI memang sebuah interface yang bagus karena, membawa beragam
fitur sebut saja theme, wallpaper stock, screen recorder, Quick ball, full
screen, mi mover, mi account, mi pay etc. Imbas dari beragam kostumisasi dan
fitur ini adalah, sebuah interface yang lumayan berat! Dimana ram 2-3gb
gak cukup buat bikin handphone dan beragam apps berjalan mulus tanpa lag. Redmi
7A dan 5 plus saya sering sekali mengalami lag apps, seperti instagram, opera
dan aplikasi yang membutuhkan online.
MIUI simpan banyak data user
Selain itu, penyakit interface
MIUI adalah, gemar menyimpan data user. Sebagai contoh apps cleaner bawaan yang
sebenar cuma apps refresh+close, jadi gak bener-bener clear cache. Sementara
cache asli disimpan dalam storage- cache data, pada MIUI 11 saya harus masuk ke
storage untuk hapus manual pada MIUI 12 sama saja bedanya, gak bisa langsung
seperti MIUI 11, harus satu persatu apps. Belum lagi clipboard, apps note yang rajin
save data user seperti password etc, pokoknya banyak banget yang disimpan oleh
MIUI. Cache data yang disimpan ini bisa sampai bergiga-giga dan gak ada, cara
lain selain manual untuk membersihkan, beragam apps clear cache pihak ketiga
gak sanggup buat nembus storage MIUI. Kalau gak rajin clear cache data manual,
semua informasi yang tersimpan bergiga-giga ini, bakal bikin super handphone
lemot.
Dari sini saya berinisiatif untuk membuat MIUI jadi lebih ringan.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah : meng-unlocked redmi itu sendiri supaya bisa debloatware/ hapus bloatware atau menghapus aplikasi bawaan MIUI. Cara unlocked redmi silahkan google sendiri yah,
Langkah kedua : setelahnya jangan lupa untuk download ADB fastboot tool sebuah tool untuk menguninstal beragam apps di Redmi. Silahkan googling sendiri ADB fastboot tool.
Langkah ketiga : kalau sudah unlocked dan install ADB fastboot tool, jangan lupa masuk ke developer mode on dulu (ini juga googling aja cara, masuk ke developer mode on)
Langkah ke-empat : setelah redmi terkoneksi dengan ADB fastboot tool jangan sembarang hapus bloatware, salah
hapus bisa-bisa Redmi gak berfungsi normal. Jadi berikut list bloatware yang
saya hapus dari Redmi 7A dan 5 plus tanpa, menganggu fungsi normal handphone.
Hasilnya
Lalu setelah bloatware ini dihapus bagaimana? Ram yang tadinya cuma tersisa 800mb sekarang jadi 1,5gb dan kerasa lebih ngebut gak ada lagi lag. Instastory yang selalu crash sekarang lancar, opera lancar, Tik Tok yang awalnya berat dan kudu pake versi Lite, sekarang jalan mulus banget. Pokoknya gak ada lagi kendala lag, lemot dan crash apps. Sebenarnya, debloatware ini gak perlu kalau Redmi kamu, punya ram 4gb ke atas namun, kalau 3gb ke bawah amat disarankan untuk debloatware supaya kenceng dan lancar.
Atapun buat kamu yang seperti saya, udah kesel banget sama MIUI yang rajin keep semua data user lewat berbagai bloatwarenya, mau gak mau memang harus hapus extreme bloatware MIUI.
Review Sony Xperia X Compact SO-02J/ Ram 3Gb / Memori 32Gb/ Camera 23MP/ Android Oreo/ Review Sony Xperia X Compact SO-02J Rp 800,000 - Sebelumnya saya sudah pernah pakai Sony Xperia Z1 Compact tahun 2018 lalu namun, sayangnya OS mentok di lollipop, dua handphone Redmi yang dipakai saat ini pun gak bisa bikin betah! Entah kenapa saya gak sreg dengan MIUI, berat dan demen banget simpen data user. Maka dari itu saya ingin balik lagi ke Sony Xperia dan pilihan kali ini, jatuh pada Sony Xperia X Compact SO-02J. Berbekal surfing di toko hijau akhirnya saya berhasil menemukan Sony Xperia X Compact SO-02J murah meriah dan sudah dibloatware serta imei aman.
Design
Begitu datang design Sony Xperia X Compact SO-02J ini cantik dan ciamik banget, sumpah enak banget dipegang dan dipandang. Saya pilih warna biru pastel dengan tingkat kemulusan 90% walaupun release tahun 2016 tapi, designya gak lekang sama waktu masih bisa pede dan gaya pegang Sony Xperia X Compact SO-02J. Walaupun begitu ada yang bikin bingung, yakni peletakan tombol volume dan shortcut camera yang terletak di sisi kanan bagian bawah, mau gak mau jadi sering kepencet, sementara fingerprint yang satu dengan on/off juga ada di sisi kanan, ini lebih enak dari pada posisi di belakang pake telunjuk.
Layar cuma 4,6 inch IPS LCD tapi, Corning Gorilla Glass 4 dan bening banget, siomay 6 inch aja gak sebanding sama layar Sony Xperia X Compact SO-02J. Tapi, belum bisa fullscreen jadi di bagian bawah masih ada tiga tombol back, home dan recent, untung layar cuma 4,6 inch, jadi gampang diraih sama jempol. U.I Xperia X Compact SO-02J ini pun simple banget gak banyak kostumisasi macam siomay, jadinya super duper ringan walaupun fitur seperti screen recording, call recorder, quickball etc gak ada. Kelebihan lain adalah, design double speaker yang berada di atas bukan di belakang atau di bawah, jadi suara nyaring dan stereo.
Kamera
Sepintas kamera 23 MP, f/2.0, 24mm (wide), 1/2.3", PDAF di atas kertas seperti biasa saja tapi, hasil foto bening banget! Detail dan warna jelas banget, gak terlalu terang dan gak burem kek siomay. Bisalah sebanding sama Iphone SE dan Iphone 6 sayangnya video recording cuma bisa, 1080p@30fps, 1080p@60fps belum lagi setingan video simple gak ada panoramic, timelaps sama slowmo seperti di siomay. Tapi, lagi-lagi hasil recordingnya bening banged, sumpah mulus ketimbang siomay yang bisa full UHD 4K, 30fps.
Hardware and OS
Jeroannya gimana? OS mentok di Oreo versi awal sedangkan, Ram 3Gb dengan prosesor Qualcomm MSM8956 Snapdragon 650 ini, ngebut banget! Semua lancar gak ada lag sama sekali. Belum lagi, ini versi debloatware dimana semua apps docomo sudah dihapus, jadinya makin ngebut, setelah diinstal berbagai apps, sisa Ram masih 1,3Gb bandingkan dengan siomay Ram 3Gb MIUI 12 dalam kondisi difault saja sisa Ram cuma 1gb-800Mb setelah diinstal berbagai apps cuma sisa 800Mb.
Sayangnya, Snapdragon 650 bikin Sony Xperia X Compact SO-02J jadi setrika portable alias panas beud. Memang inilah penyakit Snapdragon 650 dan diperparah dengan gak adanya updated dari Sony untuk memperbaiki ini. Ini saya akali dengan pasang case jadi, gak kerasa di tangan. Namun, untuk pemakaian normal orang kantoran masih masuk akal dan bisa ditolerir, lain hal kalau bocah ingusan yang dipakai maen game, pasti gak bakal tahan sama panasnya, pemakaian normal aja jadi setrika apa lagi dipakai main game.
Ternyata harus ganti baterai!
Setelah dua minggu saya pakai Sony Xperia X Compact SO-02J ini botloop, gak mau masuk sistem. Botlop pun harus sambil dicharger dan ternyata baterai dari tahun 2016 ini sudah matot dan harus diganti dengan baterai original seharga 150 ribu. Hasilnya? Xperia X Compact SO-02J ini jadi adem! beneran gak overheat dan panas lagi! Ternyata biang kerok panas dari baterai yang udah kadaluarsa. Jadi kalau beli Xperia X Compact SO-02J mau gak mau harus ganti baterai! Karena ini produk dari tahun 2016.
Baterai
Kelemahan lain dari, Sony Xperia X Compact SO-02J adalah baterai yang cuma Li-Ion 2700 mAh dan diperparah dengan pengisian daya pakai USB type C jadi harus beli charger lagi. Li-Ion 2700 mAh dalam pemakaian normal, sehari bisa dua sampai tiga kali charge. Walaupun USB type C sudah fast charging tapi, kok gak kerasa fast charging yah? Masa Li-Ion 2700 mAh sampai satu jam? Apa mungkin karena listrik di rumah dayanya gak gede?
Overall, Sony Xperia X Compact SO-02J ini masih ok untuk dijadikan handphone utama sehari-hari, kamera super mulus, kinerja ngebut buat sosial media, trello, zoom, office, video editing dan design cantik bisa nutupin kekurangan baterai yang cuma 2700 mAh. Karena dulu saya terbiasa pakai Iphone SE jadinya, gak ganggu dengan baterai 2700 mAh, malahan bisa dibilang Sony Xperia X Compact SO-02J versi Iphone SE dari android, mungil namun bertenaga plus kamera super bening.
Baca Juga : Review Sony Xperia Z1 Compact
Baca Juga : Review Redmi 5 Plus Masih Bisa diandalkan di tahun 2021
Review Infinix Smart 6 Setelah Seminggu Pemakaian (everybodygoesblog.com)
Pindah ke android dari ios itu gak gampang yah. Setelah sempat pusing oleh Redmi 9A dengan segudang iklannya dan memori yang cuma 16GB, akhirnya saya pindah ke Redmi 5 Plus. Memang bukan produk baru, Redmi 5 Plus ini keluar di tahun 2018 namun, setelah dilihat spec-nya seperti masih mumpuni terlebih harga juga ramah di kantong.
Design
Layar
Layar yang 77% dari total body dengan 1080 x 2160 pixels, 18:9 ratio (~403 ppi density) ini, tergolong biasa saja sih sebab, layarnya masih IPS LCD. Bentang 5,8 inch ini sumpah enak banget, apalagi buat kerja buka dan ngedit document, terus ambil data di Trello terlebih pas WFH seperti ini. Kerja sambil rebahan, sambil lihat kerjaan di layar 5,8 inch enak banget.
Hardware and Software
Terus daleman Redmi 5 Plus ini gimana? Banyak yang bilang Qualcomm MSM8953 Snapdragon 625 (14 nm) udah ketinggalan zaman tapi, dipakai buka banyak apps so far gak ada masalah. Dari google docs, trello, drive sampai sosmed lancar walaupun gak cepet banget, jadi ada jeda beberapa detik getuh. Kalau buat maen game pabji, mohon maaf bukan bocil jadi gak main game di handphone.
Ram 3gb dipadukan dengan memori 32GB bikin makin leluasa buat instal apapun. Sayangnya Redmi 5 Plus ini konon, mentok di OS 8 Oreo dan MIUI 11.0.2 rumor sih bakalan ada update ke OS 10 dan MIUI 12 tapi, hanya sebatas rumor. Sekalipun begitu, Redmi 5 Plus ini lancar banget dan gak ada kendala untuk pemakaian sehari-hari.
Kelebihan lain Redmi 5 Plus adalah bebas iklan dan bloatware beriklan, gak seperti Redmi 9A yang iklannya jahanam banget dimana-mana. Redmi 5 Plus ini adem, iklan cuma di file explorer sama wallpaper carousel sialan yang selalu minta di-ON.
Baca Juga : Cara Menghilangkan Iklan di Redmi 9A Tanpa Root
Penyakit produk Xiaomi juga kelihatan di apps instagram, di Redmi 9A instagram sering crash update story gambarnya ketarik landscape dan dark mode selalu kacau karena, semua caption dan teks ikutan hitam. Redmi 5 Plus juga begitu bahkan sampai crash dan minta bug report.
Masih Simpan Data User
Saya juga gak merasa Redmi 5 Plus ini menyimpan data seperti Redmi 9A. Semua berjalan normal, gak ada yang tiba-tiba autosync atau iklan berdasarkan percakapan whasapp. Walaupun begitu, Xiaomi tetaplah produk buatan Tiongkok yang memang menyimpan data usernya. Ini juga salah satu penyakit Xiaomi, dia gak bisa hapus semua cache. Cache data semua apps tersimpan rapi, di dalam seting atau lebih tepatnya, di cache data. Tetap harus hapus manual, bayangkan kalau anda mau jual handphone dan gak reset, cuma log-out dari apps saja bahkan delete apps pun semua data masih ada di cache data.
Makanya kalau saya, selalu unlock produk Xiaomi dan hapus semua apps bloatware mereka. Paling yang saya sisakan cuma file explorer bawaan saja semantara, notes Mi Account, Ouick access, Mi pay etc langsung dihapus.
Baca Juga : Kenapa Saya Parno Dengan Mi Account
Baterai
Baterai 4000mAh standarlah, tergantung pemakaian tapi, cukup awetlah untuk kebutuhan sehari-hari. Walaupun gak dilengkapi sama fast charging tapi, pengisian masih kerasa cepet dari 10% ke 50% gak sampai 30 menit.
Kamera
Dan untuk kamera 12 MP, f/2.2, 1.25 μm, dual pixel PDAF buat saya sih standar, kalau dibandingkan Iphone SE masih jauhlah tapi, gak jelek juga, masih bisa diandalkan dan juara di wide angle.
Overall
Overall, Redmi 5 Plus ini masih lebih dari cukup untuk pemakaian sehari-hari, layar yang luas dan spec yang mumpuni untuk keperluan office sehari-hari bikin Redmi 5 Plus killer untuk smartphone keluaran baru. Ini juga yang menjadi senjata makan tuan sebab, jika Redmi 5 Plus diberi upgrade ke OS 10 dan MIUI 12 maka orang-orang tentu akan enggan beralih. Tapi, semoga saja Xiaomi masih berbaik hari untuk memberikan upgrade karena, dengan spec segitu Redmi 5 Plus masih mampu untuk menjalankan OS 10 bahkan 11.
Satu-satunya brand lokal yang
pernah saya coba adalah Advan dan Mito itu pun bikin saya kapok untuk kembali
membeli produk-produk mereka. Sekarang, saya mencoba salah satu brand lokal
bernama Evercoss dengan produk M6. Dari luar smartphone Evercoss M6 ini terlihat
sangat menjanjikan dengan specs yang mumpuni belum lagi, harganya pun hanya 800
ribu saja. Beberapa review di YouTube memang sudah menunjukan kekurangan
Evercoss M6 ini namun, ternyata para reviewer Youtube nggak jeli atau bisa
dibilang asal mereview saja karena, saya menemukan banyak sekali kekurangan
dari Evercoss M6 ini.
OS android 10 bodong.
Betul saudara-saudara Evercoss M6
ini hanyalah sebuah smartphone yang diisi OS android 10 bodong tanpa
kostumisasi apapun! Jadi M6 ini nggak punya banyak setingan layaknya smartphone
android lainnya, cuma OS andoird 10 saja. Saking asalnya evercoss M6 bahkan
nggak punya gallery buat lihat foto dan video cuma menggandalkan google photo
bawaan dari os 10 selain itu music player saja pakai YouTube music loh.
App drawer seting yang bisa kita
temui isinya pelit banget, cuma ada 8 icon pengaturan dan dark mode, bettery
saver, location etc nggak ada sama sekali. Keadaan ini diperparah saat masuk
settings, sumpah masa setingan smartphone ala kadarnya?
Nggak ada kostumisasi dan cuma
asal tempel OS 10 bukan berarti performanya jelek karena, OS 10 ini ternyata
amat stabil dan nggak ada kendala apapun saat mendownload dan membuka aplikasi.
Beberapa aplikasi besar bisa terbuka dengan baik.
Bahkan office tool seperti word dan kalkulator saja sama sekali gak dikasih? Padahal memori cuma 16GB masa kudu download lagi? Tool office seperti itu penting sekali, masa sampai nggak kepikiran buat dimasukin ke OS?
Evercoss M6 ini pun punya nilai lebih baik dari pada Advan karena, cuma ada 2 bloatware bawaan dan sama sekali nggak dikasih iklan. Evercoss m6 ini bener-bener bersih dari iklan, nggak seperti Advan yang disisipi iklan dalam system OS. Jadi makenya adem nggak perlu risih dengan keluar banyak iklan pop up atau smartphone tengah malem tiba-tiba keluar lagu dangdut macem Advan.
Untuk wifi Hotspot Evercoss M6
cuma bisa satu device saja karena, OS 10 mentah banget nggak dikostumisasi
dahulu jadi seadanya saja.
Screenshot Evercoss M6 inipun ala
kadar banget dengan, nempel di opsi tombol power dan lagi-lagi ada bunyi
shutternya.
Lalu UI layar yang nggak ada
kostumisasi jadi nggak bisa fullview selalu ada tiga tombol opsi dibawah, belum
lagi nggak ada quickball.
Waktu konek ke laptop masa opsi
untuk charging atau transfer nggak pop up donk, kudu ke drawer atas buka terus
pencet sendiri.
Kamera Gimmic
Evercoss M6 lumayan bikin kesal
karena ternyata 3 camera di belakang cuma gimmick! Aslinya hanya satu 8 MP saja.
Fitur camera Evercoss M6 ini pun cuma asal tempel saja sebab, user interface seadanya
dan diperparah dengan bunyi shutter yang nggak bisa dimatikan! Betul banget system
camera cuma asal tempel saja!
Hardware
Saya males banget, ngoprek
hardware namun, bisa dipastikan kalau processor yang dipakai adalah SOC unisoc tipe
lama yang nggak pas dengan OS 10 kenapa bisa begitu? Karena Evercoss M6 gampang
sekali panas dan panasnya bukan sekadar mas loh namun, lebih ke overheat. Hal
ini membuktikan processor yang dipakai kurang bisa menghandle OS 10 dengan kata
lain, Evercoss asal tempel saja processor yang penting murah.
Ram 3GB asli bukan abal-abal dan
nggak ada kendala apapun saat bermain games maupun, multitaskin. Hanya saja
antara processor dengan OS nggak stabil dan ujungnya gampang banget overheat.
Walaupun digadang-gadang bisa main pabji sepertinya, nggak banget dengan bugs overheat
ini.
Baterai
Betarai Evercoss M6 ini cuma
3200mAh dan nggak ada fitur fast charging! Untungnya baterai ini kualitasnya
lumayan bagus, nggak cepat habis standarlah seperti Iphone SE. Paling yang
bikin sebal pas ngecas saja, lama banget beud padahal cuma 3200mAh.
Overall
Evercoss M6 ini punya potensi
besar kalau digarap dengan baik bukan, cuma asal tempel OS 10 saja. Evercoss
harusnya kasih sistem UI yang lebih baik sebab, M6 ini mendingan dari pada
produk Advan yang bikin naik pitam dengan bugs iklannya.
Design enak digenggam dan tampilan layar yang HD sumpah enak banget buat nonton, sayang banget produk ini nggak stabil di os dan hardware. Harusnya untuk menyelamatkan produk M6 Evercoss mengeluarkan update firmware untuk membuat lebih stabil dan tampilan UI standar. Dari pada dibiarkan ala kadar seperti ini.
Kalau menurut saya sih lebih nyaman pakai Evercoss M6 dari pada produk Advan dan sampai saat inipun, masih ok saja pakai Evercoss karena nggak ada iklan dan nggak disisipi iklan. Untuk kekurangan Evercoss M6 emang kudu muter otak instal berbagai apps seperti gallery, music player dan procam.
Baca Juga : Review Sampah Jepang Sony Xperia X Compact
Beberapa bulan yang lalu Samsung galaxy note edge docomo saya mengalami banyak masalah, padahal awalnya firmware versi docomo Japan 6.0.1 ini berjalan baik namun, lama kelamaan mulai overheat dan sering restart sendiri, saat baterai sering drop dari 100% cepet banget turun ke 30 % atau 40 bakal langsung mati. Mau nggak mau Samsung galaxy note edge docomo ini harus diroot, biar semua apps docomo bisa dihapus dan kerja sistem android marsmellow jadi lebih ringan. Sayangnya Samsung galaxy note edge docomo nggak bisa dengan mudah diroot loh bahkan, saya sudah datang ke tempat services pun ditolak mentah-mentah, bilang kalau Samsung galaxy note edge docomo nggak bisa diroot.
Akhirnya mau nggak mau kudu usaha sendiri, dari semua penelusuran di mbah google nggak ada satupun yang berhasil buat ngeroot Samsung galaxy note edge docomo ini. Sampai akhirnya saya kepikiran buat ganti firmware saja dan ini pun bukan perkara mudah sebab, Samsung galaxy note edge docomo cuma bisa dengan firmware docomo Japan saja. Berbagai versi firmware sudah saya coba dan gagal untuk diinstal via odin sampai, tanpa sengaja nyoba satu firmware costume asal Vietnam bernama MobileCityV1
Kenapa judulnya cara root sementara saya, nulisnya ganti firmware? Karena firmware MobileCityV1 ini sudah otomatis root saat, diinstal sudah ada superSU dan bisa langsung pindahin aplikasi ke sd card. So far cuma firmware ini saja yang berhasil diinstal sementara firmware versi global manapun nggak bisa, mau Singapore sampai India pun nggak bisa, saya sudah cari firmware buat Indonesia tapi, nggak nemu bahkan di situs Samsung sendiri nggak ada firmware Samsung galaxy note edge buat wilayah Indonesia.
Cara Instal firmware MobileCityV1
Cara gampang kok, sama seperti instal firmware lainnya. Harus punya dulu :
1. USB Samsung driver (cari sendiri di internet)
2. Odin (cari sendiri aja yah)
3. MobileCityV1 firmware (klik di sini)
Selanjutnya :
1. Masuk ke recovery mode dengan menekan vol bawah + power + home
2. Buka Odin dengan run as administrator, pastikan di kolom ID:COM sudah terkoneksi lalu centang kolom AP dan masukan file firmware MobileCityV1 tunggu sampai clear kemudian, klik start dan tunggu sampai di kolom kanan atas muncul tulisan PASS.
3. Setelah berhasil instal firmware MobileCityV1 jangan dulu, nyalakan handphone, harus masuk lagi ke recovery mode lalu, pilih wipe data/ factory reset. Buat hapus seluruh data firmware terdahulu, kalau nggak nanti firmware MobileCityV1 bakal crash.
Kelebihan Firmware MobileCityV1
1. Sudah langsung root
2. Ringan banget
3. Baterai awet
4. Nggak panas
Kekurangan Firmware MobileCityV1
1. Nggak stabil, namanya juga rom costume pasti ada bugnya dan Firmware MobileCityV1 punya bug di beberapa apps, semisal Instagram beberapa kali restart pas mau IG story, terus nggak bisa instal facebook messenger dan Linkeind via google play, jadi harus instal manual pake apk. Untuk apps Trello bagian downloadnya nggak ada.
2. Downgrade ke lollipop, Firmware MobileCityV1 ini nggak berjalan di marsmellow tapi, Cuma lollipop saja, imbasnya adalah tampilan OS yang jadul dan air command yang ketinggalan zaman banget.
3. Widget tanggal dan kota masih bahasa Vietnam
Setelah seminggu pemakaian, lagi-lagi Samsung galaxy note edge docomo ini kembali sering restart? Akhirnya saya balik lagi cari firmware Samsung galaxy note edge docomo dengan versi SC-OG1 dan berhasil menemukan firmware SC01GOMU1CPL2 android 6.0.1 marmellow ini adalah firmware awal docomo, saya lupa apakah ini yang dulu saya instal?
Mau nggak mau saya pun instal kembali firmware SC01GOMU1CPL2 tapi, setelah selesai nggak wipe cache Samsung galaxy note edge docomokarena malas harus instal lagi semua apps. Anehnya, firmware SC01GOMU1CPL2 ini justru enteng banget dan gak bikin panas? Samsung galaxy note edge docomobisa berfungsi normal, padahal dulu pakai firmware docomo panas banget dan bikin drop baterai? Bahkan ada update ke SC01GOMU1CQG3 ini adalah update terakhir untuk Samsung galaxy note 3 pada tahun 2017.
Firmware SC01GOMU1CQG3 sama seperti firmware awal docomo dulu, isinya banyak banget apps docomo yang nggak penting. But somehow yang ini jalan mulus banget dan nggak bikin panas sama baterai drop. Nggak ada kendala berarti sih dengan Firmware SC01GOMU1CQG3 so far berjalan mulus, paling NFC yang ke lock dan sampai saat ini saya nggak tahu passcode osaifu-ketai apps buat jalanan NFC.
Sayangnya saya lupa download dimana? Karena banyak banget web yang disambangin demi dapet firmware yang cocok tapi, kalau kalian searching pastikan cari dengan keyword firmware SC-OG1 SC01GOMU1CPL2 dengan size 3,7GB kalau di RAR jadi sekitar 2GB.
Note :
Firmware samsung galaxy note docomo ini nggak begitu friendly sama jaringan XL karena, kalau siang sinyalnya naik turun dan bikin cepat panas tapi, kalau malam adem banget bahkan sinyal full. Disarankan untuk pakai Telkomsel saja.
Pakai setingan APN XL internet jangan yang setingan APN 4G karena setingan APN XL Internet yang paling stabil buat samsung galaxy note docomo ini.
Ingat samsung galaxy note ini mentok di marmellow yang artinya dari 3GB ram yang tersisa setelah hanya 1,1GB saja makanya, saya instal CC cleaner pro dan 4GB ram memory boster.
Jadi intinya root samsung galaxy note edge docomo ini susah banget, kalau baca dibeberapa web ada yang berhasil pakai Batman ROM tapi, kudu instal TWRP dulu dan itu ribet banget dah.
Baca Juga : Cara Mengatasi Samsung Galaxy Note Edge Docomo Panas dan Drop Baterai