Search This Blog

24.6.23

Review He's All That Addison Rae Gak Bisa Acting!

She's all that adalah salah satu film yang saya tonton sampai berulang-ulang kali di tahun 1999, waktu itu zamannya VCD dan hampir setiap hari itu VCD bajakan diputer berulang-ulang. Maklum namanya juga remaja dan She's all that merupakan salah satu teen movie yang well made, dari segi cerita sampai dengan acting memang memorably banget. Still remembering nonton film She's all that pagi-pagi dan ngarep pergi ke sekolah sekeren di US sono, ketemu sama fasilitas dan berbagai ektrakurikuler keren kaya melukis etc but end up sekolah di sekolah negeri yang cuma sepetak dengan eskul terbatas, not mention itu sekolah udah kaya penjara aja. Berakhir dengan masa smu yang standar dan amat menjemukan.

Well back at She's all that, film remaja pioneer ini setelah  23 tahun akhirnya, mendapatkan sekuel or reboot dengan judul He's all that. Premis ugly ducking princess dirubah menjadi ugly ducking prince. Kalau dulu Rachel Leigh Cook yang dimake over sama Fredie Prinze Jr sekarang  Tanner Buchanan yang dimake over di Addison Rae. Ceritanya pun dibuat sesuai sama abg zaman now dimana Addison Rae jadi seorang remaja influencer nan populer. 


Sayangnya dalam segala hal He's all that ini ancur lebur, pemilihan Addison Rae pun dirasa tanpa otak. Aktingnya ancur sekali seperti sedang buat konten saja, kelihatan seperti mamah muda yang maksa banget jadi anak sma. Addison Rae emang nggak bakat acting! Akting romance ke Tanner bener-bener kosong, nggak ada chemistry sama sekali. Padahal pemeran yang lain nggak ada masalah, setelah saya cek hanya Addison Rae yang pure influencer dan bukan seorang aktris. Sepertinya pemilihan dia cuma karena, peran yang sama-sama influencer aja. Padahal He's all that ini bisa banyak ketolong kalau peran utamanya benar-benar bisa akting.  

Baca |Juga : Review Ivan The Only Salah Satu Film Disney Terbaik

Udah getuh jalan ceritanya pun standar abis bak sineteron, kaya nggak ada usaha aja buat bikin cerita yang dalem dan rada komplek kaya She's all that. Memang banyak elemen yang diambil dari film pertamanya hanya sekadar untuk nostalgia, salah satunya adegan dance battle di prom night. Dancenya juga kaya nggak keren dan asal aja getuh, beda sama dance battle di film pertamanya. Terus adegan make over She's all that kan fenomenal banget, turun dari tangga pake lagu Kiss Me. Nah, kalau He's all that ampas banget, cuma keluar dari ruang ganti pake lagu dari Ariana Grande yang sama sekali nggak memorable. Sepanjang film saya cuma bisa batin aja, ini film apa sih? Sumpah kesel banget liat acting si Addison Rae.

Dua pemain She's all that balik di He's all that yakni, Rachel Leigh Cook sama Matthew Lilard, sayang Fredie Prinze Jr nggak mau balik sama perlu diingat Paul Walker juga main di film She's all that loh. Pretty shame film ini cuma sekadar dijadikan konten buat menuhin list di Netflix, padahal kalau mau digarap serius bisa bagus.  

13.6.23

Review Pocong The Origin Film Ampas Monty Tiwa

Jadi saya baru aja nonton Pocong the Origin film keluaran tahun 2019, kebetulan film ini baru nongol di Netflix. Ehemmm, Pocong The Origin sukses bikin saya naik pitam! Film garapan sutradara yang filmnya hampir ampas semua yakni, Monty Tiwa bener-bener bikin saya kesel pengen nonjok semua yang muncul di film, bukan malah takut. mending kita langsung kulik aja film ampas nggak bermutu ini. 

Tokoh utama Asti dari pertama udah nggak jelas banget, dia ini anak si pocong. Tapi, nggak jelas antara baik atau jahat, sebenernya mau kemana sih ini tokoh. Awal digambarin trauma sama masa kecil tapi, ujungnya sayang sama bapaknya yang jadi pocong, apasih yang nulis! Selain itu, tokoh yang diperankan Samuel Rizal juga ganggu banget, logat jawa maksa nggak pas sama wajah kota Samuel. Karakternya terkesan dipaksakan dan mengada-ngada! Mana ada adegan dia beser, padahal selama perjalanan nggak pernah minum. 

Editingnya juga kacrut, terutama pas awal ricuh dalam lapas bapaknya Asti bangkit. Terus si Asti nembak bapaknya, abis itu pindag adegan aja ke Asti mau bawa pulang bapaknya? Lah bukannya abis nembak si Asti itu trauma sambil tiduran di samping bapaknya? Terus, tiba-tiba dia kek biasa aja mau anter bapaknya dimakamin, anying apaan sih ini?  

Selain itu film Pocong The Origin ini juga, nggak jelas timingnya mau begaya tahun 90an tapi, setiangan di tahun 2019. Banyak ambil angle supaya kelihatan jadul bahkan, properti seperti mobil aja yang dipilih mobil jadul. Kalau mau pake otak tahun 2019 itu Lapas kirim jenazah terdakwa pake ambulan dan dimasukan ke dalam peti, goblok! Bukan pake mobil tahun 1970an terus pocongnya cuma digeletakin di belakang, tolol! Karakter pendukung seorang wartawan juga bawa mobil khas 90an yakni, Jimmny padahal kalau mau otaknya dipakai, kenapa perempuan wartawan seperti itu, nggak pake motor matik? Secara dia wartawan! Kalau mau maksa bawa mobil, bisa pake city car macem Kia Visto/Atoz   



Ada adegan mobil jenazah tahun 1970an nggak masuk akal ini mogok, terus di dorong sama orang lewat. Ceritanya lagi dorong di jalan menanjak, sampai pocongnya jatoh ke luar. Tapi, pas diliatin jalannya datar aja? Terus bukannya itu pintu belakang mobil dikunci dari awal yah? Hadeuh..... sampah

Selain itu, premis utama si pocong adalah iblis banaspati bikin tambah kesel. Banaspati bukannya terkenal di jawa tengah dan jawa timur? Ngapain banaspati jadi ilmu rakyat pasundan? Sejak kapan banaspati jadi urban legend di jawa barat? Pengambaran masyarakat desa Cimacan dengan aksen sunda yang ngasal juga bikin hadeuh, apa sih film ini? 

Seperti saya tulis di awal, Pocong The Origin ini bukan bikin takut malah bikin kesel! kalau udah ada nama Monty Tiwa udah dah skip aja, ini sutradara emang rada-rada yah. Heran kenapa ada aja yang mau sponsorin film dia.

6.3.22

Review Anime Belle dan Penyebab Gagal Dapat Nominasi Oscar

Review Anime Belle dan Penyebab Gagal Dapat Nominasi Oscar

Ada film anime yang dapet banyak award bahkan, sampai nembus box office judulnya Belle atau versi Jepangnya RyÅ« to Sobakasu no Hime (The Dragon and the Freckled Princess) pertama nonton di Netfllix langsung wow! Karena animasinya gak main-main, sumpah benar-benar bikin mata gak berkedip, rekomen buat nonton di TV 4K. Belle masuk ke dalam aesthetic animated setiap jengkal film ini benar-benar dibuat cantik.


Belle sendiri masuk ke dalam cerita fantasy science fiction dimana, tokoh utama Suzu masuk ke dalam dunia metaverse bernama U dan menciptakan avatar sendiri bernama Belle yang pandai menyanyi. Kerenya, Mamoru Hosoda membuat animasi dunia nyata dengan dunia metaverse berbeda. Jadi ketika Suzu di dunia nyata animasinya hand drawn, tipikal anime sementara ketika masuk metaverse U berubah menjadi 3D. Perbedaan lain yang dilakukan oleh 
Mamoru Hosoda adalah design karakter antara dunia nyata dengan metaverse, jadi semua karakter di dunia nyata berdesain anime sementara saat masuk ke metaverse berubah menjadi disney. bahkan, Mamoru Hosoda sampai hire designer Disney buat  nyiptain tokoh Belle. 

Sayangnya, film besutan Mamoru Hosoda ini rada ampas di cerita walaupun premisnya kuat dimana mengabungkan Beauty and The Beast dengan The Matrix. Di mana dalam dunia virtual kita selalu menjadi versi terbaik dari kita sementara dalam dunia nyata sampah. Plot cerita Belle ini rada absurb banget, antara Suzu dengan masa lalu yang kelam, lalu naksir sama cowok paling ganteng satu sekolah dan menyelamatkan The Dragon di dunia metaverse dan dunia asli. Sampai bingung ini film Belle mau kemana sih? Si Suzu ini mau ngapain? Durasi dua jam benar-benar gak jelas fokus cerita film anime Belle ini.

Ceritanya kepepet antara Suzu yang berubah jadi percaya diri dan memaafkan masa lalunya sama menyelamatkan The Dragon tapi, berkesan maksa banget terlebih cerita Suzu dekat sama The Dragon bikin bingung karena, di dunia nyata Suzu malah suka sama Shinobu.  Terlalu banyak sub plot untuk tokoh utama Suzu dan gak fokus adalah kelemahan fatal film anime Belle.  

Baca Juga : Review Ivan The One and Only

Sayang sekali masterpiece anime seperti Belle ini harus mentok di cerita, padahal dari segi visual dan musik udah sempurna ketika diputar di festival canners, Belle berhasil mendapatkan standing ovation. Coba nonton di bioskop udah pegel ini badan, dua jam dikasih cerita absurb dan ini mungkin saja, penyebab utama kenapa Belle gagal masuk ke dalam nominasi best animated feature Oscar 2022 padahal Mamoru Hosoda sempat masuk Oscar tahun 2018 dengan Mirai, anime dengan animasi yang lebih sederhana namun, plot cerita lebih masuk akal.

   

5.6.21

Review The One and Only Ivan : Film Keluarga Disney Terbaik Tahun Ini

Gak sengaja nemu film di Disney+ yang judulnya The One and Only Ivan, sepintas film ini tentang gorilla terlihat biasa saja, apalagi dengan label Disney pasti filmnya ramah untuk keluarga dan bakal simple. Ternyata The One and Only Ivan bercerita lebih dari sekadar film keluarga,  The One and Only Ivan berhasil membawa dark theme atau tema yang sulit ke dalam sebuah film keluarga. Tanpa harus mempertontonkan kekerasan.

the one and only ivan movie review

The One and Only Ivan sebenarnya diadaptasi dari novel dengan judul yang sama dan novel The One and Only Ivan, terinspirasi dari kisah Ivan the gorilla di tahun 90'an. Hanya saja dalam plot ceritanya mengambil sudut pandang dari para binatang, ini sebabnya The One and Only Ivan masuk kategori film fantasi karena semua tokoh utama yakni para binatang yang berbicara sepanjang film.

Premis The One and Only Ivan sendiri gak ada yang special, bercerita tentang Ivan seekor gorilla yang terjebak di dalam mal sebagai atraksi sirkus bersama hewan-hewan lainnya selama 27 tahun. Ia berjanji pada seekor gajah tua bernama Stella untuk bisa, memberikan hidup yang penuh kebebasan pada penghuni baru sirkus yakni, seekor anak gajah bernama Ruby.

Yang membuat saya suka dengan The One and Only Ivan adalah cara penuturan temanya, manusia adalah mahluk yang jahat tapi, tidak semua manusia itu jahat. The One and Only Ivan membawa tema yang berat namun, tidak menggambarkan manusia sebagai antagonis. Perasaan kesepian dan ketidaktahuan para binatang pun, berhasil digambarkan dalam film ini. 

Kehebatan The One and Only Ivan adalah, membawa tema berat ke dalam sebuah film keluarga tanpa harus judging. Penonton bakal bersimpati penuh pada Ivan dan Ruby tapi, gak perlu marah sama manusia yang sudah membawa mereka ke dalam mal. Kita bisa dibuat merasa bersalah tanpa dihakimi lewat film The One and Only Ivan. Film berdurasi 1:30 menit ini, mempunyai pacing yang lamban tapi, sama sekali gak terasa lamban, apalagi membosankan. Semua voice castnya pas, dari Ivan, Ruby sampai Henrietta bahkan, CGI untuk The One and Only Ivan berhasil dapat nominasi oscar tahun ini untuk best visual effect.

The One and Only Ivan adalah, salah satu film Disney terbaik di tahun ini, film ini jadi salah satu film tentang hewan paling bagus setelah Babe yang tahun 1995 berhasil menyabet 7 nominasi oscar. The One and Only Ivan punya vibe yang sama dengan film Babe. Ini salah satu film yang rekomen banget buat ditonton di Disney+  

Review : White Squall Film Tentang Tenggelamnya Kapal Albartoss

Baca Juga : Konten LGBT dalam Beauty and The Beast

22.5.21

Penjelasan Ending The Turning

The Turning adalah film horor yang berdasarkan novella tahun  1898  The Turn of the Screw karya Henry James. Sepintar The Turning ini seperti film horor biasa, hampir keseluruhan film berkisah tentang hantu dan bagaimana tokoh utama Kate berusaha memecahan misteri di mansion fairchild namun, The Turning ini memberikan sebuah ending yang tidak terduga dan menyelamatkannya dari sebuah film horor mediocore yang bermodalkan jump scare scene. Imbasnya, kita bakal bingung dengan film The Turning ini, apakah sebenarnya yang terjadi?


Ending The Turning

Dalam ending pertama kita bakal disuguhi cerita dimana kate berhasil membawa Flora dan Miles keluar dari mansion lalu, adegan rewind ketika Kate menerima lukisan dari Ibunya dan memaksa Flora dan Miles untuk mengakui bahwa, mereka juga melihat hantu lalu Kate mengalami mental breakdown. Kemudian adegan berubah ke  kolam renang dalam rumah sakit jiwa dimana, ibu Kate dirawat. Saat Kate mendekati dan melihat wajah ibunya, ia berteriak lalu end credit. 

penjelasan ending the turning

Penjelasan ending.

Jadi buat apa ada dua ending seperti itu? Floria Sigismondi sang sutradara berusaha menciptakan efek ambigu dalam filmnya, kalau mau jujur The Turning sendiri memang gak begitu bagus dari plot bukan. Lantas mana ending yang benar? Ending yang benar adalah Kate yang mengalami mental breakdown setelah memaksa Flora dan Miles untuk mengakui bahwa, mereka melihat hantu juga. Dan adegan Kate berteriak saat melihat wajah ibunya sebenarnya, ia melihat wajah dirinya sendiri. Dengan kata lain, Kate mewarisi penyakit mental dari ibunya.

penjelasan ending the turning

Kalau kalian jeli, dari awal sudah dijelaskan ending mana yang asli. Lihat saja dari judulnya, The Turning aka berubah! Apa yang berubah? Kate yang tadinya waras berubah jadi ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) The Turning sepanjang film sebenarnya, menceritakan ketakutan Kate untuk jadi gila seperti ibunya.

Hint di film

Jadi sebenarnya gak ada hantu? Memang dari awal gak ada hantu dan semua yang diceritakan Mrs Grose adalah benar.  

1. Quint memang orang brengsek yang memperkosa dan membunuh Miss Jessel tapi, Quint juga sudah mati jatuh dari kuda karena mabok, Mrs Grose sendiri pernah cerita kalau dia yang memastikan Quint benar-benar mati.

2. Miles memang anak kurang ajar karena, bergaul dengan Quint, ini yang menyebabkan sikap Miles seperti dajal karena sering diajak mabok-mabok ke pub.

3. Flora gak mau keluar gerbang dan bilang akan mati kalau keluar gerbang. Mrs Grose pernah bilang, kedua orang tua Flora mati kecelakaan di luar gerbang mansion dan saat itu Flora melihat langsung. Jadi Flora ini trauma, setiap kali diajak keluar dari gerbang mansion.  

4. Cerita seram mansion fairchild ditambah prank menakutkan Miles adalah, pemicu utama penyakit mental Kate timbul. Rasa was-was ditambah ketakutan mendalam akan hantu Quint, membuat Kate berhalusinasi.

5. Saat memberikan paket berisi lukisan dari ibu Kate, Mrs Grose sudah mengatakan bahwa, semoga saja penyakit jiwa ibu Kate bukan genetik.    

Baca Juga : Review Dan Penjelasan Film Annihilation

Baca Juga : Penjelasan Film Hereditary

22.3.21

Review White Squall Film Coming Age Berdasarkan Tragedi Kapal Albatross

 

Satu lagi film coming age yang bagus banget dan seperti biasanya ini adalah film jadul, keluaran tahun 1995. Film ini dulu terkenal banget di Indonesia tapi, saya gak sempet lihat dan baru sekarang, punya kesempatan buat nonton White Squall. Film ini pun, gak bisa dianggap sebelah mata karena yang bikinnya Ridley Scott sutradara legend yang pernah bikin Blade Runner sama Alien. White Squall sendiri adaptasi dari kisah nyata tragedi yang menimpa kapal Albatross di gulf of mexico pada tahun 1961.

Review White Squall

White Squall mengambil sudut pandang dari salah satu survivor bernama Chuck Gieg, pemuda tanggung berumur 17 tahun yang memutuskan break dan mengambil pengalaman ikuta jadi crew kapal Albatross. Kapal Albatross sendiri merupakan, sekolah terapung dimana semua siswanya bekerja jadi crew sambil belajar keliling dunia. Semacam camp musim panas di atas kapal dan selain Chuck Gieg ada 13 siswa lainnya.

Film berdurasi 2 jam ini sama sekali gak bikin ngantuk sebab, 13 siswa benar-benar eye candy banget dari Scott Wolf sampai Ryan Philippe waktu masih muda ada di sini. White Squall pun gak cuma tentang survivor di laut saja, karena film ini justru bergulat pada masalah masing-masing siswa. Semua siswa yang datang ternyata punya masalah hidup sendiri dan mereka, bakal belajar menghadapi itu sepanjang perjalanan. Ada yang gak tahu mau jadi apa? Lalu ada yang stress karena dikontrol sama bokapnya, terus ada yang trauma karena keluarga berantem terus.

Review White Squall

White Squall pun memanjakan mata loh, cinematography Ridley Scott memang jempolan setiap angle dari film ini apik banget.  Kita bakalan disuguhi pemadangan sunset dari berbagai belahan dunia. Sekalipun White Squall punya cerita yang mengalir tapi, sayangnya ketika adegan Albatross tenggelam justru gak terlalu kuat. Adegan  Albatross tenggelam gak terlalu epic dan kurang di eksplore, termasuk ketika lima penumpangnya ikut tenggelam. Adegan pamungkas ketika sang kapten di siding pun gak terlalu kuat, kelihatan banget kalau White Squall ini keseret sama durasi yang sudah 2 jam sehingga adegan sidang seperti  dipangkas. Selain itu scoring untuk film seperti ini pun, gak terlalu kuat padahal film dengan cinematography kuat harusnya didukung scoring yang kuat pula.

Baca Juga : Review The Flamingo Kid Film Coming Age Cerdas

Kasus tenggelamnya kapal Albatross ini sendiri, sempat heboh banget di tahun 1961. Dan pada tahun 1995 novelnya yang ditulis oleh survivor Chuck Gieg. Setelah diriset memang ada banyak perbedaan dengan kisah aslinya, seperti para survivor termasuk Chuck Gieg sebenar gak pernah lagi saling bicara setelah kejadian. Dan fakta kalau kapal Albatross tenggelam dihantam White Squall (ombak badai) pun masih menjadi perdebatan.

Review White Squall

Tapi, overall White Squall adalah flm yang enak banget buat ditonton, cinematic experiences lewat beragam laut, pantai dan pulaunya dapet banget, beragam beauty scene paling enak ditonton HD bluray, plot yang ringan mengalir bikin durasi dua jam gak kerasa. Kalau mau nonton White Squall ini ada kok di Netflix dan rekomen bagi yang cari film coming age.

Baca Juga : Review King Of Summer Film Coming Age Terbaik

Baca juga : Review The One and Only Ivan Film Disney Terbaik



Rick Marcellus (1944-1961) siswa termuda salah satu dari lima korban tenggelamnya kapal Albatross 


31.8.20

Review Look That Kill Versi Drama Dari Terlalu Tampan

Ada sebuah film dari Prime Video Amazon.com yang menarik perhatian saya karena sekilas premisnya mirip sekali dengan film dari webtoon yakni Terlalu Tampan. Film berjudul Look That Kill ini menceritakan derita seorang remaja bernama Max yang mampu membunuh semua orang dengan wajah tampannya. Sehingga seumur hidupnya Max, harus menutup wajah dengan kain kasa. Dari sini saja sudah jelas terlihat premis yang mirip banget sama Terlalu Tampan, hanya saja Terlalu Tampan cuma bikin pingsan atau mimisan sementara Look That Kill terlalu sadis sampai semua orang yang meliat wajah rupawan Brandon Flynn langsung menemui ajalnya.

looks that kill review

Film yang dilabeli dark comedy ini lebih cocok disebut sebagai drama fantasi karena, saya nggak bisa lihat dimana jokenya? Bumbu drama coming age antara Max dan Alex jauh lebih kental. Buat pengemar All The Fault In Our Star mungkin bakal suka dengan Look That Kill sebab, plot ceritanya sama banget bahkan selama 01:30 saya nggak bisa melihat beda film ini dengan All The Fault In Our Star. 

Dengan pacing yang super lamban ditambah setingan di kota kecil, Look That Kill terasa seperti film berdurasi 2 jam lebih namun, beruntung plot ceritanya mengalir sekalipun nggak ada penjelasan kenapa muka si Max bisa membunuh semua orang, padahal Brandon Flynn mukanya biasa saja, kalau yang dicast seorang model mungkin masih bisa masuk akal. Sama sekali nggak ada penjelasan dari film Look That Kill tentang apa yang terjadi, termasuk pada saat dimana Alex nggak mati saat melihat wajah Max?  

Look That Kill justru bergulat pada keadaan kedua tokoh sentral Max dan Alex, dimana kedua sulit untuk menerima kondisi mereka. Max depresi karena nggak bisa punya teman dan harus perban wajahnya seumur hidup sementara  Alex merasa selama hidup dirinya hanya beban saja karena, ia sakit-sakitan dan divonis berumur pendek. Pada akhirnya keduanya saling belajar dari keadaan masing-masing.

Baca Juga : Review Film White Squall Coming Age Berdasarkan Tragedi Kapal Albatross 

Alex nggak lagi merasa sebagai beban dan siap menerima kematiannya, sementara Max menerima keadaan dan memanfaatkan wajah tampan nan mautnya untuk menolong orang-orang yang sedang menderita sakit parah, mendapatkan kematian yang tenang. Ia juga menjadi pribadi yang lebih optimis nggak lagi depresi. 

looks that kill review

Look That Kill punya premis yang bagus namun, sayang cerita terlalu standar dan saya merasa film ini seperti kurang sesuatu, kisah Max dan Alex masih kurang greget serasa banyak yang dicut pada saat editing. Padahal pacing lamban tapi, kerasa durasinya seperti diburu-buru banget. Beruntung acting Brandon Flynn dan Julia Goldani Telles dapet banget, jadi walaupun banyak hal yang nggak kita ngerti  tetep bakal enjoy aja sampai akhir. Ujungnya bakalan fokus sama inti cerita mengenai, pergulatan batin Max dan Alex, dari pada kenapa itu muka standar bule bisa membunuh siapapun yang melihat?

Baca Juga : Kenapa Terlalu Tampan Nggak Laku?

27.8.20

Review dan Penjelasan Film Vivarium

Sudah nonton film Vivarium? Kalau sudah pasti ada banyak pertanyaan mengenai film fiction twisted ini. Film Vivarium sendiri merupakan sebuah science fiction psikologi horor, kurang lebih sama dengan The X-files bahkan bisa dijadikan sebagai salah satu episodenya. Film ini buka oleh pasangan Tom dan Gemma yang sedang mencari rumah, lalu menemui sebuah agen pengembang yang rada aneh, singkat cerita dibawalah mereka berdua menuju komplek perumahan yang semua rumahnya sama berwana hijau, lalu mereka pun ditinggalkan di sana. Pasangan ini terjebak dalam labirin perumahan dan nggak bisa lolos sampai akhirnya mereka diberikan petunjuk dalam kardus, untuk membesarkan seorang anak dan setelahnya akan dibebaskan.

Review dan penjelasan Vivarium

Lalu dimulailah perjuangan Tom dan Gemma untuk keluar dari labirin perumahan dan mengetahui siapa dan apa anak yang mereka besarkan ini. Keduanya punya cara yang berbeda dalam menghadapi hal ini, Tom depresi dan larut dalam kegilaannya sendiri sementara Gemma mencoba lebih realistis. Vivarium lebih mengulas efek psikologi terhadap Tom dan Gemma yang desperate untuk bisa keluar, ketimbang misteri apa yang sedang menjebak mereka.

Apa Itu Vivarium?

Komplek perumahan yang semua rumahnya hijau dan bak labirin ini adalah umpang bagi manusia, dimana akhirnya Tom dan Gemma nggak bisa keluar. Jadi Vivarium ada sebuah kandang yang dirancang khusus untuk menjebak dan mengamati mahluk penghuninya. Dalam film ini Vivarium bukan sekadar kandang biasa namun, bisa melibas realitas dan menghentikan waktu. 

Siapa The Boy?

The boy atau anak yang harus dibesarkan oleh Tom dan Gemma ini siapa? The boy adalah seekor anak dari mahluk hidup yang sudah lama berada di bumi dan hidup berbarengan dengan manusia, the boy membutuhan bantuan manusia untuk belajar banyak hal, agar bisa bertahan hidup bersama manusia namun, the boy ketika besar harus keluar rumah untuk bertemu dengan jenisnya, demi mempelajari keterampilan hidup jenisnya.

Kalau kalian penasaran seperti apa bentuk asli dari mahluk the boy, coba perhatikan buku merah yang selalu dibawa the boy. Saat Gemma membukanya, ada gambar fisiologis dari mahluk the boy. Dasarnya mereka berbentuk seperti manusia namun, dengan leher bisa mengembang dan dalam keadaan terdesak atau melarikan diri, mereka berlari dengan empat kaki.

Mahluk the boy tidak bisa mengenali emosi manusia, mampu meniru suara manusia dan berkomunikasi dengan suara seperti katak. Ingat suara katak yang didengar Tom saat menggali? Itu adalah panggilan untuk the boy dari kaumnya.

Karena bisa menciptakan jebakan realitas kemungkinan besar mahluk the boy adalah alien.     

Buku dan Film yang di Tonton The Boy

Gemma dan Tom memang membesarkan the boy namun, mereka hanya bisa memberikan keterampilan dasar untuk bertahan hidup diantara manusia. Maka dari itu jenis the boy, memberi pelajaran lewat tayangan TV yang sekilas terlihat seperti alat hipnotis dan buku merah yang selalu dibawa  adalah buku pelajaran mahluk the boy.  

 Kenapa Tom dan Gemma Mati?

Makanan yang dimakan Gemma dan Tom adalah plastik makanya nggak ada rasa sementara, mereka sudah berada dalam Vivarium selama berminggu-minggu. Lambat laun kesehatan mereka berdua semakin menurun.

Tom mati karena selama berhari-hari menggali lumpur tanah liat berwarna kuning bahkan, sampai tidur di dalam galian tersebut, akibatnya racun dari lumpur tanah liat terhirup . Saat dimandikan Gemma terlihat lebam di punggung. Tahukah, kalian bahwa Tom sebenar berkelahi dengan the boy makanya dia mengurung diri di kamar dan nggak keluar karena nggak berani ketemu.  

Sementara Gemma mati karena kelelahan dan kelaparan, ingat the boy mengunci rumah dan tidak memberi makan Gemma selama dua atau tiga hari. Semua kekuatan terakhir Gemma digunakan untuk membunuh the boy.

The boy tumbuh dengan cepat saat, keduanya akhirnya sepakat untuk membunuhnya sudah terlambat karena, the boy sudah besar dan kuat. Makanya Gemma menyesali keputusan  menyelamatkan the boy saat Tom hendak membunuhnya ketika kecil. 

Ending Scene Gemma

Dalam ending scene ketika Gemma berusaha mengejar dan membunuh the boy, ia jatuh ke Vivarium lain dimana ada manusia lain yang terjebak dan dipaksa untuk membesarkan mahluk the boy. Setiap Vivarium punya warna tersendiri karena, warna itu menjelaskan keadaan psikologi manusia yang terjebak di dalamnya.

Lalu Gemma kembali ke dalam Vivariumnya? Karena memang nggak ada niatan untuk membebaskan manusia yang sudah masuk ke dalam Vivarium. Yang dimaksud dengan release adalah kematian, jadi andai Gemma dan Tom membesarkan the boy dengan baik, mereka berduapun akan mati ketika the boy sudah besar.

Apa yang sebenarnya terjadi? Berdasarkan Sutradara Lorcan Finnegan

Kalau kalian jeli, sebenarnya film Vivarium ini sudah menjelaskan semuanya saat di awal. Ingat opening scene burung jenis brood yakni, jenis burung yang ogah membesarkan anaknya sendiri dan akan memilih untuk menaruh telurnya di sarang burung lain dan membiarkan burung pemilik sarang untuk membesarkan anaknya. Vivarium mengambil prinsip yang sama, mahluk the boy sudah lama berada bersama manusia dan cara mereka bertahan hidup adalah, dengan mengambil manusia menjadi parasit orang tua.

Selain itu Vivarium pun, mencoba menjelaskan realitas impian manusia untuk membeli rumah dan menciptakan pasar real estate. Akibatnya banyak real estate yang membuat rumah dan menjualnya dengan harga mahal namun, nggak ada yang sanggup membeli.

Baca Juga : Review Dan Penjelasan Film Annihilation

Baca Juga : Review dan Penjelasan Hereditary Serta Iblis Paimon

25.8.20

Review Sputnik : Science Fiction Horror Rusia Dengan Ending Jeblok

Nggak sengaja nemu sebuah film yang terlihat sangat menjanjikan seru, mulai dari distributornya IFC Midnight Film sampai trailernya yang apik banget, kelihatan nggak cheesy. Lebih awesome lagi film Sputnik bukan dari negeri paman sam tapi, dari negeri Vladimir Putin. Sekilas film Sputnik terlihat seperti film Jake Gyllenhaal, berjudul Live tahun 2017 silam. Namun ternyata Sputnik lebih dari sekadar film science fiction standar Hollywood namun, kedodoran di storyline.

Review Film Sputnik

Premisnya memang nggak asing, dimana ada kosmonot yang kembali ke bumi namun, dihinggapi oleh parasite alien.  Jadi keseluruhan cerita film Sputnik ini Cuma mengulas, bagaimana bisa? Hubungan Antara si kosmonot dan si alien, ditambah bumbu humanisme dimana dokter dan ilmuwan yang diperintahkan militer untuk menyelidiki akhirnya jatuh simpati pada nasib si kosmonot.

Lima belas menit pertama nonton saya takjub banget, karena cinematografi sama art designya kece abis. Benar-benar dapet banget buat menggambarkan nuansa hopeless, lonely dan kelam ala-ala uni soviet tahun 1950an. Semua aktornya punya ekspresi datar, sepertinya semua orang di Rusia tahun 50an seperti itu yah? Belum lagi saya nggak terbiasa sama bahasa rusia yang benar-benar datar tanpa intonasi atau penekanan. Jadi awal-awal film Sputnik ini kerasa hampa tapi, bikin heran ujungnya bakal penasaran banget.

Sayangnya, setelah satu jam film Sputnik ini justru anjlok storylinenya. Kita awalnya dikasih pengharapan kalau film ini bakal punya plot twist atau ending tak terduga, malah berubah jadi klise banget. Capek-capek build intens triller ujungnya kek film-film science fiction biasa.

Misteri demi misteri yang terkuak Cuma berujung sama sebuah ending yang sudah ada di ribuan film lainnya.  Kolonel Semiradov yang dari awal bilang mau bantu misahin parasite alien dari si kosmonot ternyata, punya niat buat menjadikan  kosmonot dan parasite alinenya sebagai senjata adalah sebuah cerita yang super amat klise! Saya nggak ngerti, kenapa udah build cerita yang wah tapi, ujungnya meh?

Endingnya mereka sadar kalau, si kosmonot dan si alien sudah menjadi simbiosis mutualisme dan nggak bisa dipisahin. Adegan si dokter dan si kosmonot melarikan diri dari pangkalan militer juga, bikin geleng-geleng kepala. Soalnya tergolong gampang banget dan saya pikir si kosmonot juga bisa aja keluar sendiri dari dulu, cemana ini film?

review film sputnik

Beruntung dosa film Sputnik ini cuma di storyline dengan ending yang jeblok, selebihnya bagus banget. Jarang ada film eropa apa lagi rusia yang punya kualitas seperti Sputnik.

Baca Juga : Brightburn Horor Yang Mengecewakan

Baca Juga : Review Safety Not Guaranteed Film science fiction-romantic comedy

22.6.20

Analisis dan Review Telat Film 5 cm yang Cringe Abis!

Sumpah telat banget yah, baru nonton film 5 cm yang dirilis pada tahun 2012 ini. Sebenarnya dari dulu nggak sempat nonton dari baru ingat pas WFH karena ngubek-ngubek film lokal buat ditonton. Ternyata film 5 cm ini ada di hardisk dan sudah mengendap selama bertahun-tahun. Setelah saya menonton film 5 cm langsung menyesal sejaligus merasa beruntung tahun 2012 nggak ikut menyumbang pemasukan untuk film gejebo ini.  Kok bisa saya bilang film 5 cm ini gajebo? Simak penjelasan saya berikut ini.

analisis film 5 cm
Mahluk-mahluk ini mau naik gunung apa ke luar negeri sih?


Ini Video Klip Apa Film Sih?
Begitu masuk opening title dan nama Rizal Mantovani muncul, langsung saya merasa malas nonton film ini. Kelemahan utama mantan sutradara video klip tahun 90an ini, hampir sama di semua film-filmnya yakni, Rizal Mantovani nggak bisa membuild suatu cerita secara utuh dalam bentuk scene. Penyakitnya sama, termasuk film 5 cm ini yang cuma jumping dari satu scene ke scene lain mirip video klip. Parahnya dalam 5 cm banyak banget insert atau beauty shoot yang dirasa nggak perlu, mending kalau itu beauty shoot. 

Cinematography Keroyokan!
Film 5 cm ini pun diperparah dengan cinematography keroyokan! Maksudnya, cinematography nggak konsisten dari satu scene ke scene lain, ada yang yellowish pas scene kereta, terus greynish pas scene di gunung dan pas adegan di kota Jakarta beda lagi. Ini sih kelihatan banget kalau diambil sama tim produksi yang berbeda-beda. Jadinya saya seakan nonton film yang ditempel dari berbagai sutradara dan ini tergolong parah untuk sebuah film layar lebar.

Cringe!
Selain itu tokoh Zafran yang menurut saya cringe habis dan Arial yang serasa cuma tempelan. Banyak banget scene yang dipaksa buat jadi memoriable, dimasukin scoring mendayu-dayu ujungnya malah cringe. Padahal film 5 cm termasuk dalam kategori film coming age bukan film cinta menye-menye, lagi-lagi Rizal Mantovani gagal untuk bisa membawa soul persahabatan yang ada di dalam buku ke layar lebar. 

Kalau kalian ingat sebelumnya pada tahun 2004 ada juga film dengan kisah  persahabatan yakni, Mengejar Matahari. Nah, seharusnya 5 cm bisa konsisten dengan tema persahabatan bukan, malah kelihatan bingung mau jadi film romantis atau coming age? Saya sanksi sutradaranya mengerti makna buku 5 cm.

Menurut saya dalam film 5 cm ini justru yang mencuri perhatian dan malah dapat porsi besar Genta dan Riani. Kalau mau begitu naskahnya sekalian di rombak saja dan fokus sama kisah cinta mereka berdua, padahal novelisnya ikutloh jadi writer script tapi kok amburadul begini?

Malas Riset
Adaptasi mentah dan parah Rizal Mantovani ini pun terlihat ketika scene di gunung. Tahukan ketika film 5 cm keluar banyak banget yang protes buat berbagai adegan naik gunung. Sepertinya sutradara video klip ini, nggak ambil pusing buat riset gimana etika dan adab naik gunung. Saya sendiri ketawa ketiwi pas adegan naik gunung, rombongan ini terlihat seperti mau keluar negeri dari pada naik gunung.

Buat saya 5 cm termasuk film gagal adaptasi bahkan, saya nggak tahan buat nonton sampai habis. Capek dan cringe abis film 5 cm ini. Saran saya sih kalau memang mau bikin sekuelnya, pleaselah jangan pakai Rizal Mantovani lagi.      

1.6.20

Review The Sun Is Also a Star : Plot Tipis dan Adaptasi Gagal

Film The Sun Is Also a Star ini udah lama masuk list must watch saya karena bukunya, sempat nghype di hampir semua akun bookstagram. Sayangnya The Sun Is Also a Star ini nggak masuk bioskop lokal jadi, kudu sabar nunggu bluray. Kalau dari segi cerita memang nggak menawarkan sesuatu yang baru sebab, plot The Sun Is Also a Star ini sama seperti six degrees of separation bahkan, The Sun Is Also a Star bisa dibilang versi cinta dari six degrees of separation.

Review film The Sun Is Also a Star

Gagal di Box Office
Adaptasi dari buku populer plus muncul Charles Melton aka Reggie mantle dari serial Riverdale. Film The Sun Is Also a Star diprediksi bakal booming! Tapi, nyatanya The Sun Is Also a Star malah gagal di box office padahal budget film The Sun Is Also a Star tergolong low banget cuma $7 juta dollar saja. Bahkan hampir nggak bisa balikin modal awal, kalau nggak ditambah pemasukan dari DVD bluray dan streaming.

Gagal Adaptasi dan Plot Tipis
Kok bisa film The Sun Is Also a Star ini ambruk di pasaran? Setelah saya tonton wajar saja sih karena,  film The Sun Is Also a Star ini menderita gagal adaptasi sebab, plot cerita tipis banget! Bahkan banyak beauty scene ditambah lagu-lagu kece dimasukan ke dalam film ini. Padahal durasi film cuma 1.40 menit saja bayangkan kalau semua beauty scene romantis dan beauty scene kota New York dihapus bisa cuma satu jam saja. 

Plot tipis diperparah dengan banyak flashback scene, buset dah! Udah tempelan beauty scene bejibun masih juga disuguhin flashback scene. Bayangkan cuma punya satu hari buat bikin cewek jatuh cinta tapi, nggak kerasa banget tuh aura deg-degan sama keburu-burunya, malah durasi 1.40 menit kerasa membosankan.

Kita juga nggak bisa simpatik sama karakter Daniel Bae dan Natasha. Karena dua-duanya missleading banget! Bayangkan Natasha yang keluarganya imigran miskin dari Jamaica tapi, gaya kece dan perlente bak tinggal di 5th avenue saja kemudian, Daniel Bae keluarga imigran Korea yang punya toko rambut khusus black people. Konlfik di keluarganya serasa hambar dan kakanya sama sekali nggak mirip orang Korea, itu mah orang Chinese please! Plot tipis bikin kedua karakter utama nggak bisa berkembang, jangan heran kalau chemistry Daniel dan Natasha malah kerasa janggal banget beud! Kek maksa buat fall in love dalam satu hari.         

Sinematografi Kece Abis!
Terlepas dari gagal adaptasi, film The Sun Is Also a Star punya kelebihan di sinematografi. Sumpah sinematografi film ini itu kece badai, padahal perkotaan tapi semuanya apik dan colornya pas banget. Bahkan, sinematografi indoornya pun keren, pas adegan di dalem karaoke pun simatografinya nampol antara natural light sama ambience colour Riverdale getuh.

Review film The Sun Is Also a Star

Menurut saya film The Sun Is Also a Star ini, lebih pas buat Netflix ketimbang layar lebar. Sayang banget screen writernya nggak ngerti gimana ngangkat cultural mix antara cewek kulit hitam sama cowok asia yang ada, malah gambar bagus tapi, cerita hambar banget.  

4.4.20

Review Muriel's Wedding Film Wajib Untuk Perempuan Insecure

Pertama kali saya lihat Muriel's Wedding adalah waktu SMU di televisi pas jam tayang tengah malam, awalnya saya nggak tahu film tentang apa tapi, satu hal yang bikin saya nonton dari awal adalah tokoh utama Muriel's yang fans berat lagu ABBA dan dari awal film banyak banget lagu ABBA diputer dari dancing queen sampai fernando.

review muriel's wedding

 Muriel's yang Insecure
Murie'ls sendiri merupakan film komedi romantis tahun 1994 dari Australia dan film besar pertama bintang Toni Collete. Muriel's dikisahkan sebagai perempuan yang gendut dan bodoh, dimana lingkungan sekitarnya justru terus menjatuhkan kepercayaan diri Muriel's. Sang ayah kerap berteriak Muriel's pengangguran dan bodoh sementara teman-temannya nggak mau berteman, karena Muriel's gendut dan jelek.

Karena terus dijatuhkan oleh orang-orang sekitarnya, Muriel's kerap berbohong dan melakukan hal nekad agar bisa dianggap 'pantas' mulai dari mencuri baju sampai berbohong punya tunangan. Selain itu, Muriel's pun punya obsesi nggak sehat untuk bisa married karena, ia berpendapat bahwa dirinya bisa berubah dan jadi lebih baik kalau menikah.

Dari sinilah semua masalah Muriel's berasal, terus berbohong dan terobsesi untuk menikah karena ingin jadi pribadi yang lebih baik. Muriel's membenci dirinya sendiri yang gendut dan bodoh. 

Why I Love This Movie
Film Muriel's ini begitu membekas diingatan selain jalan cerita yang kena banget, Muriel's Wedding juga punya beberapa momen buat ketawa. Selang beberapa tahun tepatnya setelah saya bekerja, mulailah mencari versi bluray dan akhirnya ketemu. Entah sudah berapa saya lihat film ini karena, temanya memang nggak lekang oleh waktu bahkan masih relevan sampai sekarang.

review muriel's wedding
Muriel's akhirnya berhenti berbohong dan sadar kalau dirinya nggak berubah jadi lebih baik. Ia akhirnya menerima dirinya apa adanya. Nggak perlu berusaha agar diterima lingkungan dan orang-orang sekitar, cukup cari yang mau nerima apa adanya.

Muriel's Wedding ini ngajarin buat nerima diri kita apa adanya, nggak perlu berbohong apalagi sampai mati-matian buat bisa diterima sama lingkungan sekitar. Cukup cari lingkungan dan orang-orang yang mau nerima kita apa adanya dan itu yang bisa bikin bahagia. 


Baca Juga : The Flaminggo Kid Film Coming Age Cerdas 1984

17.10.19

Review : Perempuan Tanah Jahanam Bikin Malu Danur 3 Sunyaruri


Setelah kemarin IQ saya drop gegara nonton Danur 3 sayonara, sayur mayur what everlah. Kamis kemarin IQ saya kembali ke level normal setelah menonton film karya sineas Indonesia yang kualitasnya udah nggak perlu diragukan lagi. Film yang saya maksud adalah Perempuan Tanah Jahanam, film bergenre thriller supranatural ini sukses mengembalikan kepercayaan saya kalau film lokal nggak semua sampah. Buat kalian yang belum nonton Perempuan Tanah Jahanam saya kasih spoilernya.

review perempuan tanah jahanam

Sinopsis Dan Spoiler

Perempuan Tanah Jahanam ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Rahayu yang mengulik masa lalunya, jadi Rahayu ini menyeret Dini untuk kembali ke kampung halaman. Alasan utama kenapa Rahayu kembali ke kampung karena ia bangkrut dan penasaran apakah rumah orang tuanya di kampung yang besar bisa dijual? Ketika Rahayu kembali ke kampungnya, barulah ia dan Dini tahu banyak hal yang nggak beres dan ternyata kampung itu dikutuk sampai semua bayi yang lahir tanpa kulit. Masyarakat kampung percaya untuk menghilangkan kutukan, Rahayu harus dikuliti dan dijadikan wayang. Sebab ayahnya adalah orang yang bersekutu dengan iblis, alasan ayah Rahayu bersekutu dengan iblis karena ketika rahayu kecil ia lahir tanpa kulit. Dan ayah Rahayu, bersekutu dengan iblis untuk menyembuhkannya, dengan syarat harus membuat wayang dari kulit tiga anak kecil perempuan. Imbasnya ayah Rahayu, membunuh tiga anak kecil perempuan untuk dijadikan tumbal demi kesehatan Rahayu.

Kalau kalian mikir ceritanya simple, saya jabarin lagi sebab ada plot twist. Jadi Rahayu ini kenapa lahir dengan sakit kulit karena, dia adalah hasil selingkuh Ibunya dengan anak lelaki pembantu keluarga besar  Rahayu. Pembantu ini seorang dukun penganut ilmu hitam jadi dia kirim guna-guna untuk membunuh Rahayu waktu dalam kandungan tapi, gagal makanya Rahayu terlahir tanpa kulit. Begitu Pembantu keluarga penganut ilmu hitam ini tahu, kalau Rahayu sembuh. Ia mengatur rencana untuk membunuh dan memframing seluruh keluarga Rahayu. Beruntung, Rahayu berhasil diselamatan oleh pembantu lain dengan dibawa ke kota namun, imbas dari dibunuhnya ayah Rahayu perjanjianya dengan iblis menjadi gagal dan akhirnya satu kampung kena kutukan, setiap anak yang lahir akan tanpa kulit.

BTW di ending kita bisa lihat kalau pembantu keluarga Rahayu ini ternyata masih hidup dan makan bayi, jadi bisa diduga ia mendalami ilmu hitam sejenis kuyang.

Review

Opening scene Perempuan Tanah Jahanam ini ciamik banget, nggak bisa dibandingkan dengan Danur 3 sayur mayur. Belum lagi cinematografi yang aduhai nambah intens suasana Perempuan Tanah Jahanam. Dialog-dialog yang dihadirkan pun cerdas bahkan, bisa bikin kita ketawa, sepanjang film kita bakal terus terbawa suasana suspense, si Rahayu bakal suvive apa kaga? Secara dia diincer sama satu kampung.

Jadi kalian kalau nonton Perempuan Tanah Jahanam jangan ngarep ada jump scare scene, macam film Danur 3 sayur mayur. Dengan kata lain Perempuan Tanah Jahanam ini film thriller supernatural bukan horor macam Danur 3 sayur mayur. Kita nggak bakal dibikin takut sama penampakan hantu londo, hantu bocil, hantu belanda, hantu alay, hantu ganteng-ganteng serigala dan semua hantu kegemaran penonton alay dan menengah ke bawah. Perempuan Tanah Jahanam bakal bikin jantung kalian diseret karena kebawa gregetan sepanjang film.

Satu yang menurut saya amat disayangkan adalah plot twist yang begitu mudah dipecahkan oleh Rahayu. Seharusnya kebeneranan kutukan kulit, dipecahkan oleh Rahayu dengan kepintaran dan usaha dia sendiri, bukan diberi flashback oleh arwah anak perempuan hal ini terkesan untuk memudahkan cerita saja atau untuk memperpendek durasi. Tapi ini masih masuk akal dan nggak maksa seperti Danur 3 sayur mayur.

Perempuan tanah jahanam ini jelas jauh lebih baik, dari pada Danur 3 sayur mayur namun, bukan berarti tanpa cela. Ada beberapa hal yang bikin saya rada-rada gimana getuh, seperti penokohan Rahayu dan Dini yang sama seperti tokoh di Pengabdi Setan, tipikal orang kota yang nggak dekat sama agama. Terus, ketika Rahayu dan Dini memutuskan untuk menginap di rumah orang tuanya yang sudah 20 tahun terbengkalai bikin saya mikir, kalau anda tiba di kampung dan nggak kenal siapapun masa mau tidur di rumah angker yang udah 20 tahun nggak kepakai? Secara logika harusnya mereka ketok rumah penduduk buat minta nginep bukan? Tapi ini masih bisa dimaafkan dari pada Danur 3 sayur mayur yang sudahlah, dari film pertama sampai seri sayur mayur konsisten sampahnya.  

Kalau kalian belum nonton Perempuan Tanah Jahanam silahkan ke bioskop terdekat, jangan sampai film alay seperti Danur yang begonya sudah sampai tiga jilid terus merajalela sampai dua juta penonton.




27.7.19

Kenapa Film Terlalu Tampan Nggak Laku?

Jadi saya baru lihat film Terlalu Tampan di Iflix dan to be honest, film ini melebihi ekspetasi saya bahkan boleh dibilang dari semua film lokal di tahun 2019 ini cuma Terlalu Tampan yang bisa saya nikmati selebihnya pengen muntah. Mulai dari cinematografi, acting pemain dan segala rupanya mengingatkan pada film-film remaja Thailand walaupun, dari segi plot dan storyline memang kedodoran tapi harus diingat, Terlalu Tampan ini adaptasi komik bukan novel dan kalau kalian baca sendiri komik Terlalu Tampan di Line, menurut saya adaptasinya sudah baik. 

Sayang seribu sayang jumlah penonton Terlalu Tampan ini nggak terlalu menggembirakan bahkan, kalau nggak salah kurang dari 500 ribu orang, yang dimana angka segitu untuk big budget film adalah sangat mengecewakan dan saya sendiri punya beberapa alasan namun, ini murni sunjektif saya sebagai seorang pecinta film.

terlalu tampan nggak laku

Marketing Yang Salah
Waktu pertama kali keluar saya susah banget ngajak orang buat nonton Terlalu Tampan sebab, banyak yang bilang kalau Terlalu Tampan film bocah. Padahal film Dilan 1991 juga film bocah bukan? Dari trailer sampai iklan yang terlalu ditujukan buat kaum abg ini, bikin penonton di luar target market males nonton sekalipun cuma iseng. Ujungnya baru nyesel nggak ke bioskop pas lihat di Iflix 

Promo film ini juga menurut nggak kenceng dan wah, saya merasa production housenya terlalu yakin dengan  embel-embel based on famous webtoon, mungkin dikira Terlalu Tampan ini bakal booming sendiri karena sudah terkenal di webtoon makanya nggak butuh promo dan marketing yang out of the box. 

Saya juga benar-benar bingung dengan marketing dan promo Terlalu Tampan ini sebab, dia nggak menyasar penonton di luar target market tapi kenapa semua review dari orang-orang di luar target market? Saya sama sekali nggak lihat para pembaca webtoon kasih review, kalau di googling semua review dari orang-orang berumur? Kalau begini gimana mau viral? Kenapa fans webtoon nggak dikasih tiket gratis dan disuruh bikin review di sosial media mereka, dari pada ngundang media dan yang dateng wartawan berumur 30 ke atas yang bahkan belum pernah baca webtoon?

Storyline Yang Kedodoran
Salah satu faktor utama yang membuat Terlalu Tampan kurang laku adalah storyline yang kedodoran dan dipaksakan banget untuk bisa hampir dua jam. Padahal untuk sebuah film remaja komedi, apa lagi adaptasi komik, durasi sepanjang itu menjemukan terlebih, premis Terlalu Tampan sendiri simple namun seolah dari novel 400 halaman lebih. Kalau memang ingin memasukan semua unsur dari komiknya kenapa nggak dibuat jadi dua film dari pada maksa hampir dua jam.

Nikita Willy Dan Geng Sinetron
Hemm, kenapa juga Nikita Willy dkk jadi alasan film Terlalu Tampan kurang laku? Sebenarnya saya juga heran Nikita Willy mau sebagai peran pembantu karena, biasanya dia jadi peran utama dengan film-film you knowlah. Menurut saya  Nikita Willy sebagai Amanda salah besar, fans Nikita sudah pasti alay dari sinetron dan mereka nggak baca webtoon. Lagi pula penggemar Nikita yang biasa nonton sinetron, mana bisa di kasih film  seperti Terlalu Tampan!

Hal ini juga berlaku untuk Ari Irham dan kawan-kawan, nggak ngerti kenapa maksa banget pakai pemain sinetron? Soalnya 8 juta orang yang baca komik Terlalu Tampan di webtoon, bukan tipe yang nonton sinetron, mereka gen millenial internet jadi, lebih baik seorang selebgram atau youtubers.  Hal ini berimbas pada malesnya para pengemar webtoon Terlalu Tampan, sudah mukanya jauh dari pada komik (kecuali Iis Dahlia) isinya geng sinetron pula.  

Sayang banget film sebagus ini kurang diapresiasi, malah kalah sama film sampah semacam Dreadout dan Kuntilanak bahkan Preman Pensiun pun sanggup tembus satu juta penonton. 


27.6.19

Review Film After Sama Bapuknya Dengan Dear Nathan

Kalau baca judulnya, pasti kalian semua pada bingung mengapa film After ini saya sandingkan dengan film lokal Dear Nathan? Sebab, film After ini seperti Dear Nathan sama-sama berasal dari wattpad. Begitu pula dengan kualitasnya baik buku maupun film, After karya Anna Todd yang populer di wattpad ini mengalami hal serupa dengan Dear Nathan karya Erisca Febriani, begitu keduanya dibukukan langsung banjir hujatan saat di review. Mayoritas pembaca buku langsung memberikan bintang satu di goodreads dan dianggap sebagai karya mentah yang nggak layak untuk dibukukan. Bahkan, alur cerita dan premis After sama dengan Dear Nathan, entah ini kebetulan atau bukan, sekalipun banyak pihak yang mengklaim bahwa After merupakan karya fan fiction Anna Todd untuk Harry Styles. Setali tiga uang dengan bukunya, After pun mengalami banyak caci maki bahkan sampai nggak laku di negara asalnya sementara, Dear Nathan masih beruntung dengan 800 ribu penonton.

Review Film After Indonesia

Storyline Dengan Hamparan Plot Hole
Setengah jam pertama After masih bisa saya nikmati, kisah Tessa gadis dari kampung nan lugu datang ke kota buat kuliah terus ketemu sama fuckboi bernama Hardin. Secara produksi After ini tergolong amat sangat baik namun, dari segi storyline saya langsung tepok jidat karena banyak banget plot hole di film After ini, belum lagi ceritanya langsung drop setelah setengah jam pertama. 

Begitu adegan dimana pacar Tessa datang dan mereka datang ke party di hutan, mulai kerasa janggalnya. Sebab, pacar Tessa yang masih SMU langsung diberi coke bukan bir dengan alasan dia masih di bawah umur. Terus semua orang di party itu tahu dari mana? Pacar Tessa masih SMU, secara dia baru pertama kali begaol ke kampus Tessa.

Masih di scene party tengah hutan, ketika adegan kiss and blow dan Tessa dipaksa buat ciuman tetiba Hardin ngamuk padahal ada pacar Tessa disitu. Ini apaan sih? Janggal dan kerasa maksa banget, saya sampai geleng-geleng. Setelah itu Tessa diminta tolong buat tenangin Hardin yang ujug-ujug ngamuk di rumahnya. Saya di sini pengen nabok si Hardin dah, soalnya adegan pas dia lepasin botol Jack Daniel terus jatoh dan hancur berkeping-keping. Anying! Kalian semua pernah mabok nggak sih? Botol Jack Daniel itu tebal banget, nggak mungkin cuma lepas dari tangan dalam keadaan duduk terus hancur berkeping-keping, itu botol kudu dibanting atau digiles traktor keleus! Terus gobloknya si Tessa malah mulung itu serpihan botol Jack Daniels pake tangan kosong, set dah! Pake logika napa? Dipikir mau maen debus kali. Lagian ngapain mulung beling botol Jack Daniels, faedahnya apa?

Selanjutnya ketika Tessa kepergok sama emaknya pas lagi wik-wik di kamar asrama, mereka berdua terus ribut di bawah tangga. Emak sama anak ribut ini, benar-benar nggak kerasa seperti cuma adegan tambalan aja padahal inikan salah satu klimak konflik. 

Ending Dengan Anti Klimak
Ending film After ini juga bapuknya minta ampun dah, ternyata rahasia kelam si Hardin cuma taruhan truth or dare dong! Mana si Hardin cuma dipaksa sama temen buat jujur, buset dah! Si anying, saya pikir Hardin jadi fuckboi punya masa lalu yang kelam atau rahasia apa getuh. Terus kalau benci sama bokapnya, ngapain juga ikut bokap? Mending tinggal sama nyokap sekalipun kismin di London. Terus emak tirinya kenapa punya anak kulit item dah? Sumpah saya pengen nabok yang bikin.

Karya Mirip, Penulis Bentuknya Mirip
Memang kualitas wattpad itu cuma bisa menyenangkan kaum abg yang nggak punya duit beli buku dan nongkrong di wattpad. Film After ini sumpah mirip banget Dear Nathan dari premis sampai alur, sudah begitu saya penasaran dengan sosok Anna todd, and you know what? Ternyata bukan cuma karya saja yang sama karena, Anna Todd mirip sama Erisca Febriani. Sepertinya tipikal perempuan seperti ini memang rajin ngayal perihal hubungan super hot sama fuckboi yang supah dupah good looking.

25.6.19

Review Brightburn : Horor Murah dan Mengecewakan

Awal kemunculan trailer Brightburn lumayan bikin hype dan bikin semua orang nunggu-nunggu film yang dilabeli sebagai film horor ini. Pastinya kita semua bakal mikir kalau film Brightburn ini something different di tengah belantara Marvel dan DC comic. Keraguan saya mulai muncul saat minggu pertama Brightburn release sebab, film ini nggak hype dan nggak terlalu sukses di box office dengan perolehan $28 juta saja kendati begitu, Brightburn tetap berhasil meraih keuntungan besar karena budget produksi yang cuma $6-12 juta saja. 

review brightburn indonesia

Plot yang klise
Brightburn mempunyai plot cerita yang amat sangat klise bahkan, plot Brightburn ini sama dengan film sejenis yakni Chronicle cuma beda threatmen saja. Apa lagi memanfaatkan premis anti hero superman dimana semua orang sudah tahu kisah superman maka dari itu, we want something different tapi nggak ada sama sekali di Brightburn sehingga yang muncul hanya kekecewaan.

Banyak Plot Hole
Plot yang klise ini pun diperparah dengan munculnya beragam plot hole, betul saudara-saudara Brightburn ini punya banyak plot hole. Misalkan:  

Ketika pesawat yang membawa Brandon pertama kali crash ke bumi, masa cuma tokoh utama yang sadar ada benda dari luar angkasa jatuh? Padahal getarannya kerasa sekali sementara, kota Brightburn ini merupakan kota kecil, nggak mungkin orang lain nggak merasa getaran ketika pesawat Brandon jatuh ke bumi. Belum lagi penampakan yang bakal dikira sebagai komet di angkasa, masa nggak ada satupun warga kota yang lihat? Plot hole ini diperparah dengan adegan Ibu Brandon googling perihal meteor yang jatuh di Brightburn, ini gimana sih? Kalau sampai ada di google dan semua orang tahu ada meteor yang jatuh di Brightburn, masa satu kota nggak ada meriksa? Masa pemerintah Amerika nggak turun tangan atau kirim Men In Black atau militer?

Terus adegan dimana sherif yang lihat lambang Brandon di dua lokasi pembunuhan, bisa langsung ngeh, kalau lambang berbentuk huruf BB yang saling berlawanan arah itu, ternyata inisial dari Brandon Breyer? Padahal kalau dilihat sekilas lambang itu terlihat seperti anagram. Belum lagi, mana mungkin bisa nuduh anak umur 12 tahun sebagai dalang pembunuhan tanpa disertai bukti-bukti kuat. 

Media aja nggak tahu kalau lambang itu singkatan dari Brandon Breyers
Pas adegan klimak dimana Tori Breyer nelpon suami dan sherif pun janggal banget sebab, layar iphone yang dipake nelpon sama sekali nggak nyala. Dipikir penonton nggak bakal ngeh kali yah? Waktu telepon selesai pun, itu layar iphone sama sekali nggak nyala.

Buat saya Brightburn tertolong berkat acting para pemainnya dan durasi yang cuma 1 jam 30 menit saja. Selebihnya Brightburn nggak kerasa seperti film layar lebar, malahan Brightburn ini cocoknya jadi konten di Netflix. 

Brightburn Universe


Betul saudara-saudara, Brightburn punya universe sendiri. Layaknya Marvel, film ini punya post scene di ending walaupun bukan habis credit title. Seperti terlihat pada gambar di atas (perhatikan super hero yang pakai baju merah) bakalan ada lima manusia super baru, dimana salah satunya berasal dari film terdahulu sang produser James Gunn yakni film indie, berjudul Super tahun 2010. 


Perkenalkan Crimson Bolt dan Boltie yang dipastikan bakal muncul di Brightburn universe. Mereka berdua merupakan superhero dari film Super tahun 2010. Kalau kalian pikir Crimson Bolt dan Boltie punya super power kalian salah karena, mereka berdua ini versi murah dari Kick-Ass dan Hit-Girl.