Pages
Buku kedua dari Under The Never Sky trilogy ini akhirnya bisa juga terselesaikan dan jadi buku pertama di tahun 2020 yang saya review. Menyelesaikan Trough The Ever Night lumayan lama karena Trough The Ever Night termasuk buku yang membosankan menurut saya, sekalipun hanya degan 390-an halaman Trough The Ever Night gagal membawa sensasi dan plotingan cerita menarik seperti buku pertama Under The Never Sky.
Sinopsis
Under The Never Sky melanjutkan kisah dimana Aria sudah ditendang dari pod dan Perry harus melanjutkan untuk memimpin sukunya. Belum lagi hubungan asmara mereka yang rada-rada renggang setelah Perry mengira Aria mengkhianatinya dan keadaan diperparah saat keponakan Perry diculik olah orang-orang dari pod. Saat melarikan diri dari pod, Aria berhasil mendapatkan informasi bahwa masih ada daerah yang bersih dari badai aether. Dari sinilah keduanya bahu membahu membantu untuk mendapatkan letak lokasi dari wilayah yang disebut still blue.
Dalam pencarian still blue keduanya menemukan banyak hal, mulai dari kenyataan bahwa Aria nggak sepenuhnya penghuni pod dan mempunyai darah tikos mondok dan kemampuan sebagai audile sementara Perry harus bertarung dengan kakanya dan akhirnya harus memimpin suku. Kedua sepakat untuk berpisah dan mengambil jalan masing-masing dalam mencari informasi mengenai letak still blue sekaligus menyelamatkan keponakan Perry.
Resensi
Buku pertama Under The Never Sky terlihat amat murahan sementara Trough The Ever Night, terlihat mewah sekali dengan cover ciamik, mungkin karena Under The Never Sky jadi best seller. Sementara untuk plotingan yang mempunyai benang merah mencari still blue, Trough The Ever Night termasuk membosankan! Banyak banget sempilan cerita yang kerasa dipaksakan masuk, pencarian letak still blue, jadi nggak fokus karena ternyata pencarian lokasi still blue cuma seiprit saja, sisanya 90% adalah kerusuhan nggak jelas dalam mencari informasi letal still blue.
Saya juga merasa novel young dystopia ini seperti nggak kearah sama sekali, mau kemana sama sekali nggak jelas. Kita bakal diajak muter-muter cuma demi secuil informasi tentang lokasi still blue? Dan hampir nggak ada plot twist karena semua yang biasa ada di novel young dystopia, muncul di Trough The Ever Night. Saya rasa Trough The Ever Night merupakan versi menjemukan dari Divergent sebab, banyak banget elemen Divergent di Trough The Ever Night.
Trough The Ever Night gagal memberikan rasa baru dan sama sekali nggak berhasil menarik saya untuk masuk ke dunia yang hancur karena badai aether. Padahal buku pertamanya Under The Never Sky termasuk ciamik.
Baca Juga : Resensi Under The Never Sky
Baca Juga : Resensi Under The Never Sky
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment