Pages
Sebenarnya punya anak berapa pun
juga itu adalah urusan pribadi, setiap orang punya keputusan sendiri. Ada
mementingkan kualitas banyak juga yang lebih memikirkan kuantitas. Saya melihat
sebuah fenomena unik di lingkungan saya, dimana punya anak tapi otak nggak
dipake. Kok bisa? Seperti ini kasusnya, ada beberapa anggota keluarga yang
bunting dan melahirkan. Terus yang bikin saya heran, mereka ini datang ke Papih
untuk minta uang untuk biaya persalinan, terus salahnya dimana?
Tapi Nikah Mehong?
Pertama mahluk-mahluk primitif
ini, dulunya kawin mehong dan biaya dari siapa? Bisa kawin mehong tapi nggak bisa
mikir kalau nanti melahirkan harus keluar duit banyak, aneh bukan? Saya sudah
kerap bilang dari pada gengsi dan pakai alasan nggak enak sama orang tua dan
masih banyak hal, padahal memang pengen kawin mehong dan prestise saja. Dasar
mindset dubur!
Bukan Anak Pertama
Saya masih bisa toleran kalau untuk
anak pertama, anggap saja keluarga baru yang ekonominya belum stabil. Tapi, kalau
sudah anak kedua dan ketiga bahkan seterusnya kerap minta uang untuk melahirkan
ke Papih pastinya, rada-rada gimana getuh. Memang apa yang dipikirkan mahluk-mahluk
primitif ini? Tentunya selain enak wikwik sampai jadi anak. Nggak malu tuh,
semua anaknya minta biaya melahirkan ke orang tua? Lain padang lain belalang
pula, memang lingkungan rendahan seperti itu. Bisanya wikwik begitu dihajar realitas,
bukan usaha malah lari ke orang tua.
Mikir Nggak Sih?
Dari anak pertama saja, pastinya
sudah tahukan berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk persalinan. Terus
kenapa otaknya nggak jalan, pas mau bikin anak kedua dan seterusnya? Harusnya
otaknya dipakai bukan cuma penisnya saja. Nanti biaya melahirkan dapat dari
mana? Apa saya punya tabungan atau memanfaatkan BPJS serta asuransi lainnya.
Kenapa Saya Sewot?
Yang bunting siapa tapi yang
sewot saya, terus ada juga yang bilang “kan itu bakal jadi ponakan.” Bitch!
Kalau si Papih milyuner bisa hambur-hambur duit sih, ngapain juga sewot. Lah
ini, pensiunan yang saban bulan ambil uang pensiun di Taspen, masih mau
dibebanin sama biaya persalinan? Dan si Papih sudah bayar enam kali!! Empat
cucu dari anak pertama dan dua cucu dari
anak terakhir. Mikir nggak sih itu duit bertahun-tahun kerja yang harusnya
mungkin bisa dipakai untuk naik haji, malah dialokasikan buat lahiran cucu. Hitung saja sendiri, kalau sekali lahiran
keluar 5 juta berarti sudah 30 juta melayang cuma demi brojol cucu dari orang
tua pemalas.
Kultur Sampah
Ada banyak hal yang bikin
manusia-manusia sampah ini bisanya cuma wikwik tanpa usaha. Kalau yang saya
lihat dari lingkungan adalah faktor kultur, tahu dong kalau kaum kodrun nggak
boleh pakai KB, jadinya nggak bisa merencanakan keluarga dan mikirnya kalau
duit si Papih itu rezeki si anak yang sudah dijamin sama yang di atas. Padahal
Papih juga punya kepentingan lain yang belum terwujud seperti naik haji, tapi
anaknya kejebak mindset dari kultur sampah. Sehingga duit pensiun terus saja
tergerus habis untuk biaya kawinan dan melahirkan.
Sekarang tuh banyak banget
milenial yag seperti ini, kawin mehong tapi setelahnya nggak tahu harus
ngapain, nggak bisa modal dari nol harus selalu dibiayain sama orang tua. Sama halnya
seperti manusia sampah di lingkungan saya, sudah nikahan mehong dari Mamih dan
Papih, lahiran juga dari Mamih dan Papih bisanya cuma shared aja ke sosmed,
foto-foto lucu anak.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment