Pages
Akhirnya sampai juga ke seri
terakhir Red Queen yakni War Storm buat penggemar seri dari Victoria Aveyard
ini pastinya udah nggak sabaran, termasuk saya yang udah kadung jadi fans berat
Mare Barrow. War Storm sendiri saya dapatkan di awal tahun 2019 ini namun
sayangnya, seri penutup Red Queen jauh dari pada harapan sebab, saya sudah
lumayan lelah untuk membaca War Storm setebal 792 halaman ini, pada saat menulis
ini baru sampai halaman 541. Jadi apa sih yang sebenarnya bikin War Storm jauh
dari pada harapan?
Sinopsis
Setelah Glass Sword yang memukau
Victoria Aveyard meneruskan petualangan Mare si gadis petir yang sudah
bersekutu pada kerajaan Norta milik Cal sementara Maven, bersekutu dengan Iris
putri kerajan Lakelands dari klan cygnet. Sepanjang cerita kita bakal
disuguhkan intrik politik dari kedua kerajaan dalam memperebutkan wilayah dan
saling menjatuhkan, disertai peperangan kecil yang saya sendiri nggak bisa
ingat ada berapa.
Review
Sama seperti Glass Sword pada
seri terakhir War Storm ini kita masih disuguhkan POV dari banyak karakter bahkan Maven yang di Glass Sword nggak ada, muncul di
sini. Nggak seperti seri kedua, di War Storm cerita yang diangkat dari berbagai tokoh ini justru jadi boomerang yang
membosankan, saya sampai lelah baca Iris
yang menurut saya nggak terlalu penting dan seru, terlebih karakter Iris
sendiri tergolong biasa.
Sudah begitu, berbagai peperangan
kecil yang kerap kali muncul juga lumayan menjemukan, sebab nggak terlalu seru,
lebih baik dua atau tiga peperangan saja tapi memukau dan heboh dari pada ini
bertaburan namun garing bahkan, dalam peperangan tokoh utama dan darah baru,
nggak terlalu ditonjolkan. Kemampuan Mare dan para darah baru sama sekali nggak
terlibat dalam aksi yang seru.
Bayangkan dalam 500 halaman kita
disuguhin intrik politik, yang rata-rata dari kerajaan Lakelands yang mana saya
sama sekali nggak tertarik tuh, apa lagi Lakelands sama princess si Iris
tergolong datar dan membosankan. Saya lebih berharap sama Maven yang sayangnya cuma secuil saja di War
Storm ini tapi, kita jadi bisa tahu isi pikiran si raja muda yang otaknya sudah
dirusak sama emaknya.
Mare juga nggak seseru Glass Sword maupun King
Cage karena di War Storm si Gadis Petir udah nggak hidup susah lagi, jadi Mare
lebih banyak ceritain soal hubungan sama Cal tapi, saya sama sekali nggak
keberatan dari pada baca Iris yang
garing banget.
Kesan mengulur-ngulur pun, kerasa
banget di War Storm ini, sepertinya Victoria Aveyard sengaja dengan niatan melebihi
500 halaman dari King Cage. Kesannya kita seperti diseret-seret baca War Storm,
bayangkan beli dari awal tahun sampai bulan ini belum kelar juga, biar pun saya
paksain paling cuma dua bab, terus nyerah karena bosan. Jauh beda dengan Glass
Sword dan King Cage yang ngebut banget, saking penasaran sama plot twist dan
nggak bisa ditebak perbabnya.
Sementara War Storm datar banget,
kejutan Maven yang diserahkan oleh Iris pun hambar karena, dari awal cerita sudah dijelaskan
dengan gamblang bakal tuker guling Maven dengan pembunuh ayahnya. Niat kata mau
detail, mungkin malahnya jadi nggak ada kejutan yang berarti sampai 500 halaman.
Buat saya, War Storm ini penutup yang gagal memenuhi ekspetasi dan dipaksakan
supaya terlihat lebih tebal dari seri pendahulunya. The magic is gone in War
Storm!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment