Facebook Me

download untuk Gramedia digital best romance novel

NET TV Bangkrut! Apa Kabar TVRI?

Sebelumnya saya sudah pernah menulis tentang kabar PHK NET TV dan bagaimana saya pernah berada di lingkungan  televisi dengan manajemen dinausaurus sehingga terjadi PHK untuk departemen entertaiment. Berita  NET TV ini pun tiba-tiba mengingatkan saya terhadap salah satu tv di Indonesia yang performanya acak kadut namun, simsalabim nggak pernah ada pemangkasan karyawan alias PHK. Yeah i know punya negara, mana mungkin ada pecat pecut tapi kalau nggak guna, bukannya lebih baik dirumahkan dari pada jadi beban negara secara gaji mereka pun dari APBN loh.



Siapa sih yang nggak kenal dengan TVRI tapi siapa juga yang nonton TVRI? Media milik pemerintah ini semenjak zaman reformasi gaung semakin tenggelam bahkan, boleh dibilang mati suri. Keadaan TVRI mirip sekali dengan PT POS dimana sekumpulan ve-en-es yang nggak bisa dipecat, malas untuk mengikuti perkembangan zaman.

TVRI meskipun sudah disokong oleh pemerintah tetap saja tertinggal dalam segala hal. Para ve-en-es yang harusnya jadi orang kreatif malah nggak mau berubah dan asik dengan kesantaiannya. Ketika semua orang jelas-jelas meninggalkan channel TVRI bahkan, sudah nggak perlu ada channel TVRI di televisinya, tetap saja tv tertua di Indonesia ini tak bergeming sampai  pada tahun 2017 barulah terjadi perubahan.

Jauh sekali dengan NET TV dalam tujuh tahun sudah harus berbenah demi efesiensi, sekarang sedang menggodok strategi demi kelangsungan perusahaan.

Urusan Dengan TVRI

Tahun 2018 lalu, saya pernah berurusan dengan TVRI untuk sebuah acara, maklum waktu itu ada program pemerintah yang butuh media. Waktu pertama kali datang ke TVRI pusat di senayan rada-rada kaget, soalnya mirip banget sama kantor kelurahan. Sumpah sepi banget dan nggak ada aura perusahaan televisi getuh. Saya juga jarang-jarang lihat anak muda yang notabenenya mayoritas pekerja televisi, bahkan produser untuk program yang berurusan dengan saya terlihat seperti kakek-kakek.

Sebagian besar waktu saya di TVRI senayan, dihabiskan dengan berkeliling karena tempatnya besar sekali tapi, banyak banget ruangan kosong atau ruangan yang nggak terpakai, berisikan peralatan broadcast dari zaman Soeharto. Beneran dah, TVRI di senayan nggak ada modernnya. Setelah program tayang, saya kontak produser yang bersangkutan untuk copy dalam bentuk dvd dan kena charge 250 ribu! OMG masa bayar? Dulu saya jadi creative officer kalau ada narsum yang butuh copy tayang, tinggal burn di dvd dan kirim nggak perlu bayar apalagi sampai 250 rebu! Najong dah.

TVRI Mencoba Berubah

Bukan berarti TVRI nggak mencoba bangkit loh, sejak 2017 mereka menghire konsultan untuk rebranding dan nggak main-main, mereka sampai rekrut Helmy Yahyah sebagai head LPP. Ini kabar gembira sekaligus bingung karena untuk maju saja sampai harus rekrut orang luar, terus yang selama ini di dalam ngapain? Helmy Yahya pun lebih memilih untuk membawa berbagai talenta dari luar seperti Gilang Dirga dan Tina Talisa dari pada memberdayakan human resource yang sudah ada.

Sekarang kita bisa lihat ada perubahan, mulai dari logo baru sampai susunan acara yang nggak jadul lagi, sekarang berbagai dokumenter bermutu bisa kita lihat di TVRI bahkan liga Inggris pun nongol loh di TVRI. Aplikasi TVRI klik pun sudah ada di google play bagi generasi millennial yang mau nonton kapan pun dan dimana pun. Sekali lagi untuk membuat berbagai perubahan ini, harus bawa orang luar loh dan yang di dalam selama ini ngapain?

Kebetulan salah satu konsultan yang dihire untuk project rebranding TVRI adalah mantan head saya di tempat dulu dan menurut kabar, sebenarnya hal tersulit dari rebranding TVRI adalah para karyawan negara itu sendiri,  mereka sulit diupgrade dan nggak mau berberubah dari kenyaman ala ve-en-es. Padahal ini media loh yang notabenenya harus selalu mengikuti perkembangan zaman.

Berikut Foto-Foto di TVRI Senayan


Kalau mau nostalgia ke zaman 90'an datang saja ke TVRI Senayan, bisa sekalian shooting film horror loh.

Jadi?

Kebayang kalau NET TV dengan acara-acara bermutunya disokong oleh pemerintah, dari pada menyokong sekumpulan orang yang jelas-jelas nggak mau upgrade dan cuma pengen santai. PHK terhadap pekerja kreatif yang benar-benar mau kerja mungkin bisa dihindari dan, kita bisa punya televisi nasional yang benar-benar efektif dalam menjadi media umum untuk masyarakat luas. Bahkan kalau perlu dimerge saja NET dengan TVRI, dengan jangkauan TVRI dan acara bermutu NET saya yakin Indonesia bisa punya channel nasional yang bermutu. Yeah i know, pasti pada bilang NET kan swasta sedangkan TVRI punya negara. Hello! Hari gene, demi sebuah kemajuan apa sih yang nggak mungkin?
  
Baca Juga : Tentang PHK NET TV
Related Post

8 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ente bisa baca nggak? Itukan ditulis ada perubahan semenjak 2017 rebranding segala macam. Bacanya yang bener coba, jangan gegabah lagian LPSE kan buat pengadaan, adik mau ikutan tender yah, lagian apa hubungan sama produksi? Sekolah aja yang bener biar bisa keluar gresik, terus liat produksi TV yang baik dan bagaimana.

      Delete
  2. sorry to say, masalah gak bakal bisa selesai hanya dengan gabungkan NET dgn TVRI atau dengan pemerintah, akar masalahnya disini sebenarnya payung hukum yaitu RUU yg digodok DPR komisi 1 mengenai penyiaran gak kunjung rampung, salah satunya mengenai siaran digital. Kita tau TV sekarang masih pada betah di analog, mereka sebenarnya mau pindah ke digital tapi terganjal UU yg masih belum jelas. Bahkan yg baru2 ini yaitu pemberhentian Helmy Yahya oleh Dewas, sebenarnya di peroleh dari whistleblower DPR yg kita tau sendiri katanya liga inggris dan discovery channel gak berguna cuma ngabisin duit yg berujung pemecatan beliau. Sekarang tau kan akar masalahnya dari mana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini tulisan lama sebelum kasus Helmy Yahya. Lebih fokus ke masalah kenapa TVRI puluhan tahun nggak berkembang, tapi adem saja sama sekali nggak ada perubahan.

      Soal analog, nggak masuk akal. Karena TV swasta yang di analog pun bisa survive secara perusahaan dan menghasilkan program yang sesuai dengan kebutuhan market sementara TVRI, sebelum Helmy Yahya ngapain? Pake alasan nggak bisa pindah ke digital kenapa program serasa tahun 60an? Dan ditinggal oleh penonton setanah air?

      Delete
  3. Memang pns tu mentang mentang digaji pemerintah jadi kerjanya juga leha leha. Kalo mau maju, saran saya ya rombak semua departemen di tvri, banyakin anak muda yg kreatif, pasti bisa keren

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah dilakukan dengan merekrut Helmy Yahya tapi, orang dalemnya gerah, soalnya biasa santai, jadi Helmy ditendang biar mereka bisa, YOU KNOWLAH! Gak kerja tapi, teteup dapet duit.

      Delete

Blog Archive

VIVA ID

Popular Artikel

Total Pageviews

Ini Baru Loh

Dari mana Energi Negatif di Rumah Kamu Berasal?

  Disclaimer Kali ini saya mau bikin rangkaian artikel tentang energi negatif di rumah sebab, punya pengalaman tentang hal ini dan ini ada...

Powered by Blogger.

.

.

Search This Blog

Protected by Copyscape Online Plagiarism Scanner

Subscribe Us

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

About

Newsletter

If you like articles on this blog, please subscribe for free via email.

Subscribe Us

Facebook