Pages
Jadi saya baru lihat film Terlalu Tampan di Iflix dan to be honest, film ini melebihi ekspetasi saya bahkan boleh dibilang dari semua film lokal di tahun 2019 ini cuma Terlalu Tampan yang bisa saya nikmati selebihnya pengen muntah. Mulai dari cinematografi, acting pemain dan segala rupanya mengingatkan pada film-film remaja Thailand walaupun, dari segi plot dan storyline memang kedodoran tapi harus diingat, Terlalu Tampan ini adaptasi komik bukan novel dan kalau kalian baca sendiri komik Terlalu Tampan di Line, menurut saya adaptasinya sudah baik.
Sayang seribu sayang jumlah penonton Terlalu Tampan ini nggak terlalu menggembirakan bahkan, kalau nggak salah kurang dari 500 ribu orang, yang dimana angka segitu untuk big budget film adalah sangat mengecewakan dan saya sendiri punya beberapa alasan namun, ini murni sunjektif saya sebagai seorang pecinta film.
Marketing Yang Salah
Waktu pertama kali keluar saya susah banget ngajak orang buat nonton Terlalu Tampan sebab, banyak yang bilang kalau Terlalu Tampan film bocah. Padahal film Dilan 1991 juga film bocah bukan? Dari trailer sampai iklan yang terlalu ditujukan buat kaum abg ini, bikin penonton di luar target market males nonton sekalipun cuma iseng. Ujungnya baru nyesel nggak ke bioskop pas lihat di Iflix
Promo film ini juga menurut nggak kenceng dan wah, saya merasa production housenya terlalu yakin dengan embel-embel based on famous webtoon, mungkin dikira Terlalu Tampan ini bakal booming sendiri karena sudah terkenal di webtoon makanya nggak butuh promo dan marketing yang out of the box.
Saya juga benar-benar bingung dengan marketing dan promo Terlalu Tampan ini sebab, dia nggak menyasar penonton di luar target market tapi kenapa semua review dari orang-orang di luar target market? Saya sama sekali nggak lihat para pembaca webtoon kasih review, kalau di googling semua review dari orang-orang berumur? Kalau begini gimana mau viral? Kenapa fans webtoon nggak dikasih tiket gratis dan disuruh bikin review di sosial media mereka, dari pada ngundang media dan yang dateng wartawan berumur 30 ke atas yang bahkan belum pernah baca webtoon?
Storyline Yang Kedodoran
Salah satu faktor utama yang membuat Terlalu Tampan kurang laku adalah storyline yang kedodoran dan dipaksakan banget untuk bisa hampir dua jam. Padahal untuk sebuah film remaja komedi, apa lagi adaptasi komik, durasi sepanjang itu menjemukan terlebih, premis Terlalu Tampan sendiri simple namun seolah dari novel 400 halaman lebih. Kalau memang ingin memasukan semua unsur dari komiknya kenapa nggak dibuat jadi dua film dari pada maksa hampir dua jam.
Nikita Willy Dan Geng Sinetron
Hemm, kenapa juga Nikita Willy dkk jadi alasan film Terlalu Tampan kurang laku? Sebenarnya saya juga heran Nikita Willy mau sebagai peran pembantu karena, biasanya dia jadi peran utama dengan film-film you knowlah. Menurut saya Nikita Willy sebagai Amanda salah besar, fans Nikita sudah pasti alay dari sinetron dan mereka nggak baca webtoon. Lagi pula penggemar Nikita yang biasa nonton sinetron, mana bisa di kasih film seperti Terlalu Tampan!
Hal ini juga berlaku untuk Ari Irham dan kawan-kawan, nggak ngerti kenapa maksa banget pakai pemain sinetron? Soalnya 8 juta orang yang baca komik Terlalu Tampan di webtoon, bukan tipe yang nonton sinetron, mereka gen millenial internet jadi, lebih baik seorang selebgram atau youtubers. Hal ini berimbas pada malesnya para pengemar webtoon Terlalu Tampan, sudah mukanya jauh dari pada komik (kecuali Iis Dahlia) isinya geng sinetron pula.
Sayang banget film sebagus ini kurang diapresiasi, malah kalah sama film sampah semacam Dreadout dan Kuntilanak bahkan Preman Pensiun pun sanggup tembus satu juta penonton.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
aku tim yg ngikutin webtoonnya dari awal dann jujur filmya agak bikin kecewa sihh.. kayak ga sesuai ekspetasi aja gitu
ReplyDeletetapi gapapaa aku masih bakal support terus film-film indonesia
semoga kedepannya semakin jaya!
oiya mampir ke web kampus aku yuk! di walisongo.ac.id