Pages
Malam-malam nggak sengaja nemu sebuah kotak berwarna emas di gudang dan langsung ingat kalau saya pernah membuat tulisan "nikah mewah terus pulang ke rumah orang tua" kotak berwarna emas yang saya temukan membusuk di gudang ini adalah milik, salah seorang yang sudah saya buatkan tulisannya di atas. Sejatinya kotak ini adalah wadah mahar berupa buntalan uang yang dibuat menyerupai wayang dan berfungsi sebagai mahar dan tentu saja mahar ini dibiayai oleh orang tua.
Selang dua tahun, kotak mahar berwarna emas ini membusuk di gudang, kehidupan abg pasutri setelah nikah dengan mahar mewah dari orang tua bagaimana? Setelah kembali membawa istri kemudian anak ke rumah orang tua, kehidupan mereka ya begitu saja. Sang istri membuka warung kecil-kecilan sementara suaminya entah bekerja apa? Tentunya ini kontras sekali dengan saat mereka menikah bisa di baca di "nikah mewah terus pulang ke rumah orang tua"
Saya cuma bisa geleng-geleng lihat kotak mahar yang membusuk di gudang, sebegitu prestisenya sampai berani menggelontorkan uang banyak. Sekarang kehidupan mereka jauh pasak dari pada tiang, untuk biaya melahirkan saja masih minta ke orang tua lalu bikin warung makan di depan rumah. Andai saja semua orang waras tentunya uang yang di pakai untuk mahar dan nikah mewah ini bisa dipakai untuk nyicil rumah, maupun modal usaha atau biaya melahirkan.
Pingin sekali, saya sandingkan keadaan mereka berdua dengan kotak mahar ini. Memang gengsi kerap melahap kewarasan namun, mental pribumi pun nggak bisa dikesampingkan. Orangnya saja nggak ada malunya menumpang dan bikin warung makan di depan rumah, lebih malu kalau nikahan murah meriah dari pada hidup kismin dikemudian hari.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kasian banget ya, demi prestis kehidupan dipertaruhkan
ReplyDelete