Pages
Novel young adult, Simon VS The Homosapiens Agenda memang nghype banget, saking hypenya buku karya Becky Albertalli sampai diperebutkan oleh major studio hollywood dan nggak perlu waktu lama sampai jadi sebuah film. Temanya yang sedikit kontroversial yakni LGBT atau lebih tepatnya tentang seorang remaja 17 tahun yang belum coming out sebagai gay. Plus direkomendasikan sama Joko Anwar dan mau nggak mau, saya pun tertarik untuk melihatnya. Simon VS The Homosapiens Agenda yang berubah menjadi Love Simon ini pun jadi watch list saya minggu ini.
Film Love Simon sendiri bersentral pada remaja 17 tahun bernama Simon atau lebih sering disebut Si oleh teman-temannya yang pada suatu waktu menemukan postingan di website rahasia, semacam Whisper tentang remaja lain yang in the closet atau belum coming out sebagai gay. Mulailah dari sini Simon berkorespondasi via email dan berbagai masalah mulai muncul karena, Simon lengah dan isi emailnya dibaca oleh anak lain.
My Though
Saya memang baru sepintas-sepintas saja membaca Simon VS The Homosapiens Agenda sebab, tema ini bukan mine cup of tea plus tone buku ini nggak dark. Tapi terus terang Love Simon adalah sebuah epic failed untuk saya, semua yang ada di dalam film Love Simon seperti versi mudah dicerna. Saya merasa Love Simon sengaja membuat semuanya agar simple dan praktis, pergulatan batin Simon sebagai seorang gay pun sama sekali nggak tergambarkan sulit di film ini. Bahkan ketika emailnya dibocorkan dan situasi menjadi kacau, i was like.... lah kok cuma segini sih? Kok di bullynya nggak kejam sih? Simon malah lebih banyak terlihat santai dari pada frustasi atau down.
Reaksi bokapnya juga cuma segitu aja, apaan sih ini film? Levelnya jauh banget sama Call Me By Your Name, saya langsung drop dan bosan nunggu sampai end titles. Love Simon begitu membosankan! Saya sama sekali nggak rekomen Love Simon bahkan, saya cukup bingung dengan finalisasi Simon yang akhirnya menerima dirinya, cukup bikin geleng-geleng kepala. Masalahnya yang jadi pokok adalah kenyataan coming out Simon nggak spesial. Jadi coming out sebagai gay untuk Simon jauh lebih penting dari pada pergulatan dirinya sebagai gay? Dari pada penerimaan dirinya sebagai gay? Simon merasa coming out adalah hak spesial dirinya sebagai gay dan kenyataan semua orang tahu dirinya gay bukan dari dia langsung, adalah merusak hidupnya bikin saya mau salto dan guling-guling.
Semua Momen Hambar!
Ada momen dimana Simon ngobrol langsung dengan sesama anak gay dari sekolahnya, waktu diruang tunggu wakil kepala sekolah. Simon bilang, `why everything seem so easy for you?` terus ini momen penting, dimana Simon yang lagi bingung kenapa temennya yang banci, bisa coming out mudah sementara dia malah ribet dan jadi masalah. Ini momen hambar banget dah, kek adegan nggak penting dan cuma sepintas lewat aja, pas temennya yang banci kasih tahu bahwa semuanya nggak terlihat mudah. Dari musik sampai angle kamera biasa aja, nggak didramatisir apa getuh? Terus pas Nyokapnya ngomong dari hati juga, yassalam itu Jennifer Garner udah mewek tapi scoring datar begini, tepok jidat dah.
Ending yang Simon nunggu di bianglala juga apa sih, gaje banget nggak ada feelnya. Sebenernya ini sama kek film Never Been Kissed dimana Drew Barrymore nunggu di lapangan baseball bahkan, Never Been Kissed lebih baik karena dapet banget feelnya sementara, Love Simon datar banget!
Gambar diambil dari Love Simon |
Beruntung sebagian castnya berasal dari serial netflix favorite saya, 13 Reason Why bahkan, si Hanna Baker pun nongol jadi BFF Simon. Sama satu lagi yang saya rasa Love Simon ini berusaha mati-matian untuk menggambarkan bahwa Gay can look normal, sebagian dari kita pasti beranggapan kalau gay itu ngondek, suka yang girly-girly. Love Simon justru sebaliknya, menggambarkan gay yang look so stright secara nggak langsung bilang kalau gay itu cuma orientasi seksual aja, look at Simon yang terlihat laki bahkan, si Blue ternyata seorang atlet.
But as a film, Love Simon ada sebuah selingan kalau lagi nggak ada kerjaan saja.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment