Pages
Sekadar mau sharing saja 5 bulan lalu, saya didera batuk selama dua bulan sampai akhirnya harus ke dokter karena tak kinjung sembuh. Awalnya sih batuk berdahak biasanya, tapi kok lebih dari seminggu, bahkan obat mujarab OBH combi yang biasa saya pakai pun tak mempan. Sampai akhirnya saya harus ke dokter 24 jam, memang setelah minum obat sembuh tapi selang beberapa hari kambuh lagi batuknya. Sampai akhirnya saya datang ke dokter langganan dan divonis gejala bronhitis, bahkan diberi surat dokter untuk istirahat selama 5 hari. Setelah itu batuknya berkurang tapi sama sekali nggak berhenti?
Akhirnya saya kembali ke dokter untuk konsultasi, kenapa sampai batuk terus? Bahkan hasil rontgen pun nihil kalau saya bronhitis atau TBC. Kecurigaan saya timbul karena batuk tak kunjung sembuh ini tiba-tiba mendera saat saya pergi kerja dengan moda transportasi baru, karena kebetulan dengan moda transportasi ini, saya bisa duduk dan tidur, pokoknya nyamanlah sepanjang perjalanan. Saya pun berinisiatif untuk kembali menggunakan commuterline dan simsalabim, batuk saya berhenti bahkan sampai sekarang sudah nggak ada batuk lagi.
Kecurigaan saya benar, ternyata saya batuk tak kunjung sembuh karena tertular dari penumpang lain. Sebab lima bulan lalu saya kerap menggunakan bus ber-AC dari terminal baranagsiang Bogor ke Cilandak. Lalu apa hubungan antara bus ber-AC dengan batuk yang tak kunjung sembuh? Jadi selama 1 jam saya berada dalam bus-AC yang tertutup rapat, sementara banyak penumpang lain (mohon maaf ya, tapi tahu sendirikan orang sini macam apa) batuk atau pilek, bahkan ada yang buang ingus, terus tissuenya dibuang ke bawah. Padahal bus-AC yang saya pakai ini bagus dan tarifnya 16 ribu sekali jalan, tapi kelakuan penumpangnya yassalam.
Apa Bahaya Bus Ber-AC?
Sebenarnya banyak penumpang lain yang pakai masker, tapi saya nggak pernah ngerti kenapa dalam bus ber-AC pakai masker? Kalau di commuterline sih wajar, karena berdesak-desakan dan belum tentu orang di samping kita nggak bau badan, tapi ternyata commuterline jauh lebih sehat karena tidak tertutup rapat seperti bus ber-AC. Sementara bus ber-AC sudah pasti tertutup, jendela cuma terbuka saat sopir bayar uang tol saja, sisanya selama satu jam, virus dari penumpang lain yang batuk maupun pilek, berterbangan dalam bus, mending kalau yang batuk atau pilek cuma seorang, ini seringnya beberapa orang. Dan saya pun kesal kenapa orang yang batuk atau pilek, nggak pakai masker sih, biar nggak nularin orang lain?
Padahal biaya berobat akibat batuk yang tak kunjung sembuh ini mencapat 800 ribu, saya tiga kali datang ke dokter. Pertama, dokter 24 jam, lalu PMI dan terakhir dokter langganan yang memvonis saya gejala bronhitis. Jadi kalau naik bus ber-AC setiap hari, amat disarankan memakai masker, karena kita nggak bakal tahu ada virus penyakit yang terjebak selama perjalanan pulang-pergi setiap hari. Awalnya mungkin tubuh masih kuat menolak virus-virus ini, tapi setiap hari diterjang virus, bisa melemah tubuh dan akhirnya terkena batuk yang tak kunjung sembuh.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment