Pages
Film Disney pertama yang menyuguhkan konten LGBT ini sempat menjadi perdebatan hangat, namun kembali meredam karena banyak orang yang nggak ngeh mengenai keberadaan konten LGBT dalam Beauty And The Beast, bahkan versi live action dari satu-satunya film animasi yang pernah masuk nominasi best picture ini lolos 100% badan sensor nasional tanpa ada satupun pemotongan adegan, terlebih adegan yang menyuguhkan konten LGBT. Kok bisa? Usut punya usut ternyata konten LGBT dalam Beauty And The Beast implisit alias terselubung, jadi jangan heran mengapa film ini mampu lolos dari badan sensor nasional.
Tokoh LeFlou Adalah Konten LGBT
Pastinya sudah membaca jika yang ditekankan pada hampir semua berita adalah tokoh LeFlou, si tangan kanan antagonis Gaston. LeFlou sendiri digambarkan sebagai pria flamboyan yang rada-rada kemayu dan ngefans berat dengan Gaston, tapi anehnya ada beberapa adegan dimana LeFlou pada akhirnya insaf dan berdansa dengan perempuan, sebelum akhirnya LeFlou berdansa dengan laki-laki.
LeFlou sendiri merupakan penggambaran dari seorang biseksual atau di paman Sam sana dikenal dengan istilah fase biseksual, dimana awalnya gay bingung antara mengagumi atau jatuh hati pada sesama jenis, sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang gay. Padahal pada versi animasinya LeFlou digambarkan sebagai seorang yang bodoh dan picik.
Madame De Garderobe
Adegan yang menginterpretasikan terms kaum gay, In The Closet |
Dalam versi animasi tokoh lemari pakaian atau Madame De Garderobe hanya muncul sekilas, namun pada versi live action Beauty And The Beast tokoh Madame De Garderobe menjadi penting karena Madame De Garderobe menyampaikan konten LGBT tersembunyi. Pastinya bingung dengan hubungan tokoh berbentuk lemari ini sama konten LGBT tersembunyi? Di Amrik sana ada istilah in the closet (bersembunyi di dalam lemari) yang artinya adalah orang-orang gay tapi belum come out, atau berterus terang pada sekitarnya, bahkan ada sebuah adegan implisit untuk terms in the closet ini, dan tujuannya agar orang-orang gay berani memproklamirkan diri mereka, serta tidak lagi bersembunyi. Adegan pertarungan Madame De Gardrobe dengan tiga pemuda, sejatinya adalah konten LGBT tersembunyi. Masih ingatkan ketika Madam De Gardrobe menghalau tiga pemuda dengan mendandani mereka jadi perempuan? Dua diantara pemuda langsung lari, sementara satunya lagi malah tersenyum. Adegan ini berfungsi sebagai interpretasi dari in the closet, agar kaum gay tidak lagi bersembunyi dan menunjukan jati diri mereka, karena kalian beautiful. Bahkan ketika si pemuda yang bahagia didandani sebagai perempuan ini pergi, Madam De Gardrobe langsung berkata "Go Be Free!..Be Free!"
The Last Dance
Dari semua konten LGBT dalam film Beauty And The Beast, ini adalah yang paling jelas alias tidak implisit, sekalipun adegan dimana LeFlou berganti pasangan dansa dari perempuan ke lelaki nggak sampai satu menit, tapi jelas sekali ini merupakan konten LGBT.
Memang amat disayangkan film Disney secara tiba-tiba mendukung konten LGBT, terlebih ini adalah konsumsi keluarga yang pastinya ditonton oleh anak-anak, di beberapa negara karena konten LGBT tersembunyi ini, Beauty And The Beast dilabeli untuk 16+ dan di Malaysia terdapat pemotongan adegan selama 4 menit, namun akhirnya film ini batal rilis di sana. Nah, sementara di Indonesia film Beauty And The Beast malah dapat rating R atau 13+ dan lebih parahnya, banyak orang tua khas Indonesia, yang malas untuk membaca review dan riset terlebih dahulu menjadikan Beauty And The Beast sebagai tontonan bagi anak-anak mereka.
Sebagai fans Disney, rasanya kecewa dengan perubahan ini terlebih Disney yang lekat dengan image family dan friendly ini nggak pernah membawa-bawa masalah SARA dalam semua filmya, tapi kenapa Beauty And The Beast tiba-tiba mau membawa konten LGBT? Usut punya usut sutradara film ini yang bernama Bill Condon adalah seorang openly gay, jadi jangan heran mengapa secara personal dia nekat untuk memasukan unsur LGBT ke dalam fim Disney.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment