Pages
Ok, gue memang pecinta fantasi,
fiction and dark story jadi waktu nemu buku dengan judul Vandaria Saga : Masa Elir
di sebuah bazar buku, ekspetasi gue
cukup tinggi. Sebab di tengah selera lokal dengan cerita cinta mehe-mehe
berbackground luar negeri, kisah inspirational atau kisah hijabers tralalala
bin trilili, ada juga orang Indonesia yang otaknya keren punya. Jadi gue ambil
buku Vandaria Saga : Masa Elir ini.
Sinopsis:
Kisahnya dibuka oleh lima orang
dari ras berbeda terdampar di masa lalu (sial ternyata gue dapet bukan seri
pertama) Ada Rozmerge seorang gadis frameless (semacam elf), Liarra gadis
pemanah framless, Sigmar separuh frameless separuh manusia, Althor seorang raja
muda dan Xaliber seorang raja juga. Nah, kelima ras ini berpetualang di benua
Elir pada masa lalu yang bernama Masa Elir, tujuan mereka ke Masa Elir adalah
untuk mengetahui fungsi dan kekuatan dari empat senjata pamungkas yang dipegang
oleh masing-masing jagoan dan untuk menemukan senjata kelima milik Rozmerge,
sebab hanya dia yang belum menemukan senjata pamungkasnya.
Di Masa Elir ini kelima jagoan
ini berpetualang melalui berbagai daerah ketika masa itu dikuasai oleh dua
kerajaan besar, serta situasi yang tengah berkecamuk pada saat itu, perjalanan
ke masa lalu di benua Elir ini menguak berbagai pertanyaan mengenai apa yang
terjadi di tanah utama Vandaria pada masa depan.
Kelima jagoan bukan hanya menguak
misteri namun juga ikut bertarung dalam peperangan melawan kaum Deimos (kalau
di Lord Of The Ring mungkin ini urug hai dan org) dibalik misi menguak kekuatan
dan menemukan senjata pamungkas kelima, kelima jagoan ini pun dikejutkan dengan
intrik politik mengapa mereka bisa terlempar ke masa lalu, sebab penggunaan
sihir ruang dan waktu tentunya membutuhkan seseorang yang berkekuatan tinggi.
Overall:
Gue memang nggak riset dulu kalau
ternyata Vandari Saga bukan murni sebuah cerita fantasi namun sebuah proyek
sampingan dari sebuah game kartu dan kickstarter game rpg. No wonder, cover dan artworknya sangat game
sekali. Karena ini based on game mau nggak mau memang kita dipaksa
mentah-mentah untuk menerima apa itu dunia Vandaria tanpa ada korelasi dengan
dunia kita seperti halnya Lord Of The Rings, Narnia, Harry Potter, The Big Friendly
Giant, Where The Wild Thing Are etc.
Untungnya gue memang suka maen
game rpg jadinya nggak terlalu berat dan pusing untuk bisa mengikuti Masa Elir
namun sebagai avid reader dari novel fantasi, Masa Elir itu sejujurnya lumayan
failed untuk bisa membuat gue larut dalam dunia Vandaria.
Pertama semua tokohnya serasa tak
berjiwa, sebab karakter mereka nggak bisa ketahui dari gaya bicara namun dari
deskriptif penulis. Misalkan Althor yang kolot dan dewasa berbicara: “kita
belum tahu itu!” Balas Althir dengan menaikan volume suaranya. Atau Sigmar yang
rada-rada culun, pas ngomong penulis harus menambahkan deskriptif “Sigmar
beceletuk” tapi gaya bicaranya sama sekali nggak berceletuk malah datar, apa
lagi tokoh yang lain seperti Liarra dan Xaliber yang nggak bisa kebaca sifatnya
seperti apa dari penuturan gaya mereka bicara, sebab semuanya berbicara dalam
gaya yang sama dan terkadang gue suka loss siapa bilang apa? Ini sebabnya di
awal buku terdapat gambar kelima tokoh lengkap dengan biodata dan sifat mereka.
Menurut gue penokohan yang
soulness ini parah banget, coba ingat kalau baca Lord Of The Ring kita bisa dengan
mudah mengenali karakter Bilbo Baggin yang aktif dan selalu bersemangat tanpa ada deskriptif “kata
Bilbo Baggins dengan penuh semangat” atau Gandalf ketika berbicara “kata
Gandalf dengan bijaksana” Semua karakter dalam Masa Elir ini seperti zombie,
they all dead! I could not felt their emotions! Seperti semua kekuatan penulis
habis oleh riset dan segala detail untuk dunia Vandaria Saga dan melupakan
penempatan emosi dan tehnik penokohan.
Kedua, sorry tapi sebagai sebuah
novel fantasi bukan based on game ada juga beberapa hal yang mengganggu banget,
misalkan fact kalau Vandari Saga ini mostly based on erope focklore and legend
terus ada Griffon yang dikasih nama Cakar Elang! I was like wha? Kenapa nggak
Sky Strike atau ama eropa lain yang lebih masuk?
Seperti yang udah gue tulis di
depan bahwa untungnya gue pecinta game rpg jadi bisa mengikuti cerita Masa Elir
ini, kalau nggak mungkin dari 25 lembar pertama udah tutup buku. Vandari Saga
ini lebih mirip Star Wars atau Final Fantasy dari pada sebuah novel fantasi.
Untungnya dunia benua Elir cukup detail dan nggak membosankan dari satu benteng
ke hutan, ke medan perang dan masih banyak dungeon eh tempat dengan detail
memukau.
Ketiga soal plot cerita, shame
there no twist or OMG moment? Everything felt so flat. Just like play rpg game. Kita cuma pindah dari satu tempat ke tempat lain dan yang memukau adalah tempat
itu sendiri bukan ceritanya. Bahkan pertarungan dengan Gottfried bukan terasa
seperti buku fantasi, malah yah kaya maen game. I don’t know, kalau baca Lord
Of The Ring, Harry Potter pas klimak pertarungan pasti ada twist or something
yang kita nggak duga, but this… I was like meh, I knew they gonna win.
Sayang sekali Vandari Saga : Masa
Elir ini tak punya jiwa dan aura magis namun masih mampu memberikan petualangan
yang lumayan memukau. I’m expecting too much tapi kalau game rpgnya beneran
bisa jadi gue pasti maen but as a book, well I’m end up here.
Kalau mau berpartisi pasi dalam gamenya : winterflame-the-other-side-an-epic-puzzle-adventur
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
👍👍
ReplyDelete