Pages
Long weekend ini gue memutuskan untuk pulang ke Bogor dari pada bermacet-macet ria di jalanan tol. Yang ada di otak gue ketika memutuskan pulang ke Bogor adalah istirahat, tenang, dingin dan jauh dari segala hirup pikuk kota Jakarta. Namun, siapa sangka begitu pulang gue mendapati sebuah kipas angin tornado di ruang tamu, pikir gue buat apa di Bogor pakai kipas angin? Kan selalu hujan dan dingin.
Nggak butuh waktu lama sampai gue merasa kegerahan di malam hari, spontan bingung dari mana ini panas datengnya? Kaya di Jakarta aja, malem-malem kerasa gerah dan panas, perasaan dulu nggak pernah segerah ini dah. Besoknya gue memutuskan untuk jalan-jalan ke rumah temen lama dan pemandangan yang ada bikin gue rada kesel, sebab Bogor yang dari kecil gue inget sudah tidak ada. Sekarang Bogor lebih mirip Bekasi, panas, macet dan semerawut!
Macetnya gilak, kaga ketolong dah! Udah gituh panasnya minta ampun! Amsyong sebelas dua belas sama Bekasi ini mah. Benar-benar kota Bogor yang seharusnya cuma untuk tempat tinggal dan sebagai daerah suburban ini sudah hancur lebur nggak karuan. Gue nggak inget dulu waktu kecil Bogor bisa sepanas ini, harusnya tetap adem sekalipun siang hari.
Bahkan saking ademnya dulu, gue sama temen-temen suka pulang jalan kaki tanpa harus berkeringat. Kerusakan kota Bogor bisa disinyalir karena semakin bertambahnya penduduk dan tidak tertampung. Jalanan hanya segituh tapi angkot dan mobil terus saja membludak. Belum lagi banyak daerah serapan air yang sekarang berubah jadi komplek tempat tinggal. Sebab Bogor merupakan tempat favorit bagi kaum Indoners untuk mencari tempat tinggal, selain lebih murah dari pada Jakarta. Rumah di Bogor pun dianggap lebih nyaman. Maksudnya nggak panas dan semerawut kaya Jakarta tapi kenyataannya malah sama sekarang.
Saking macet dan panasnya gue sampai nggak kuat dan turun buat jalan, sementara orang lain sepertinya nggak ada masalah. Malah pada heppy abis di long weekend ini, nggak peduli Bogor makin macet dan panas, sebab buat Indoners yang penting itu bisa kawin! Kalau soal kerusakan alam dan kota yang semakin hancur mana mau peduli! yang penting bisa berkembang biak ria. Mungkin kalau nanti Bogor sudah panas sekali sampai hasil perkembangbiakan (anak-anak) pada nggak tahan dan sakit semua, orang baru mau sadar kalau sekarang kota Bogor sekarat dan udah nggak bisa nampung orang lagi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment