Pages
Ceritanya seminggu yang lalu gue datang ke JCC buat liat pameran perumahan dan singkat kata berhasil menemukan beberapa rumah bersubsidi di lokasi yang strategis. Rumah murah bersubsidi ini terletak di suburban Jakarta sekitaran Tangerang, Parung dan Depok dan type yang ditawarkan standar paling type 27 dan 36 dengan dua kamar tidur dan satu kamar mandi, tentunya lingkungan cluster. Karena cluster ini terletak di daerah yang jauh dari ibu kota tadinya gue pikir nggak bakalan laku. Belum lagi rumah murah bersubsidi dengan KPR rendah ini tidak menawarkan fasilitas cluster apapun semisal, keamanan, kolam renang dsb. Jadinya gue santai nunggu sabtu dan minggu buat survey ke daerah tersebut.
Pas hari minggu barulah gue beraksi dengan mengunjungi dua daerah tersebut dengan santainya datang siang-siang, memang setelah sampai di daerah yang dituju nggak seperti yang tertera di brosur, misalkan! 15 menit dari statiun, nyatanya 15 menit itu kalau kita ngebut pake motor dari komplek tersebut, kalau santai 30 menit itupun kalau nggak macet dan segala tetek bengek yang disebutkan dalam brosur sialan macam, dekat mall, dekat rumah sakit, dekat pukesmas etc. Sebetulnya cuma bahasa dagang aja, kita nggak mungkin bisa ngesot ke berbagai fasilitas itu karena lumayan gempor kalau jalan kaki.
Setelah sampai
di cluster sempat beberapa jam gue
keliling dari satu blok ke blok lain sambil tanya sana-sini perihal keamanan
dan berbagai hal mengenai hidup di sini. Pas keliling komplek gue juga nemuin
banyak banget rumah-rumah yang kelihatannya sih kosong dan rusak! Menurut gue
ini adalah rumah yang nggak laku, jadinya dianggurin sampai ancur. Setelah dua
cluster gue sambangin dan tanya sana-sini ke orang situ, barulah gue datang ke
bagian pemasaran.
Baru nemplokin
pantat yang jaga stand pemasarannya bilang “maaf pak, cluster tahap duanya sold
out!”
Alamak! Gue ampe
bengong, kok bisa? Dalam jangka waktu
seminggu semenjak pameran, rumah murah bersubsidi ini laris manis bak kacang
goreng? Seharusnya sih nggak! Karena umumnya orang pasti nggak mungkin survey
hanya ke satu tempat, dan banyak pertimbangan lain. Jadi pasti nggak mungkin
dua cluster sold out hanya dalam satu minggu.
Gue ampe nggak
abis pikir sepanjang perjalanan balik bisa begini, sampai akhirnya contac salah
satu temen kontraktor dan sales property. Rencana gue sih mau cari ada rumah
murah bersubsidi lain yang masih kosong? Dari dia gue dapet di daerah depok
sawangan, type dan semuanya sama tapi harga melonjak dari 120 juta ke 200
sampai 300 juta dan itu masih KPR! Lah kok bisa apakah karena lokasi? Bisa jadi
tapi depok bukan lokasi strategis kalau cibubur baru gue ngerti kenapa bisa
mahal. Ini sawangan jauh dari mana-mana dan rumah bersubsidi, kok bisa lebih
mahal dari yang gue dapet di pameran?
Setelah gue
ngobrol lebih lanjut ternyata memang harga asli rumah bersubsidi hanya sekitar
120-190 jutaan dengan KPR bisa 800 ribu sampai 20 tahun. Ternyata
cluster-cluster rumah bersubsidi ini di borong oleh agen property begitu dilepas
pengembang, lalu dijual kembali di internet dan sebagainya dengan menaikan
harga sampai 50% ASEM nggak tuh. Dan ini pulak yang membuat dua cluster yang
gue sambangi langsung ludes dalam jangka waktu seminggu, ternyata diborong agen
property untuk dijual lagi dengan harga yang lebih tinggi!
Terus
harus Bagaimana?
Beruntung
setelah bas bis buk dengan bagian pemasaran, gue di suruh menghubungi marketing
resmi dari pengembangnya dan disuruh ngobrol sama dia. Setelah gue telpon,
marketing resmi ini menawarkan cluster tahap tiga dengan harga sesuai di brosur
tapi harus inden selama enam bulan sampai satu tahun masa pembangunan! Sedih
nggak tuh!
Jadi gue amat
menyarankan untuk langsung menghubungi pengembang atau marketing yang ditunjuk
langsung oleh pengembang, kalau memang ingin dapat harga semiring mungkin. Tapi
ini harus secepat mungking karena marketing resmi sudah pasti dikuntit oleh
agen-agen properti sialan. Jadinya memang siapa cepat dia dapat, kalau begini
mana bisa pikir-pikir dulu, telat sedikit hilang sudah rumah murah. Jadi
sekarang mengertikan kenapa harga rumah bisa naik dalam sekejap.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Saya habis mengajukan KPR Subsidi secara online di www.btnproperti.co.id, setelah itu harus membayar booking fee sebesar 1 juta ke developer dalam jangka waktu 3x24 jam. Keesokan harinya saya survey ke lokasi dan bicara dengan bagian pemasaran mengenai uang muka. Saya diharuskan membayar uang muka dan biaya lainnya total 41.000.000 padahal yang uang muka tercantum di surat pengajuan btnproperti hanya 1.335.000.
ReplyDeleteApakah memang semahal itu rumah subsidi?
Bagaimana orang dengan gaji pas-pasan bisa punya uang buat DP 41juta?
Terima kasih.
Agung,
Bogor
0816868316
RUmah subsidi nggak mungkin DP sampai 41 juta, itu bukan rumah subsidi, paling mahal aja 25 juta untuk rumah subsidi.
Deletesubsidi bro... udah di check di www.btnproperti.co.id juga...
DeleteWah, mungkin sekarang ditingkatkan sampai segitu aja jadi subsidi, cuma bingung aja harga segitu, KPR perbulan berapa?
DeleteKlo boleh tau beli rumah subsidi di daerah mana bro?
ReplyDeleteDeket-deket serpong yang masih kejangkau sama kereta
DeleteMemang hidup ini penuh tipu daya dan muslihat. Sedihnya jadi masyarakat kelas bawah.
ReplyDeleteSy pun seperti itu sy cek dan langsung mengajukan di online, besok nya sy datang ke marketing office. Info dr marketing sudah tidak menggunakan web btn properti itu. Malah marketing bilang jangan hub no yg tertera disitu, dr dev punya bag sendiri untuk pengurusan kpr. Untuk harga di btn properti dan harga real memang harganya berbeda, tp tidak terlalu jauh selisih harganya. Menurut sy wajar, mungkin harga itu adalah harga awal.harga rumah semakin hari semakin naik ga mungkin turun. Hehe
ReplyDeleteInfo dr marketing untuk proses pengajuan bank, dibantu oleh pihak dev
Sy tinggal menunggu sp3k
Semoga lancar
Mohon doanya kawan 🙏