Pages
Topeng monyet sudah resmi dilarang di Jakarta semenjak 2012 silam, lantas para romusha seni yang dipaksa menari untuk kaum pribumi ibu kota ini kemana? Selidik punya selidik mantan pekerja topeng monyet ini telah mengalami rehabilitasi di balai karantina ikan dan ternak jalan RM Harsono 28. Tercatat sekitar 60-an ekor monyet yang dibagi menjadi tiga kelompok mendiami tiga buah kandang karantina.
Bukan perkara mudah merehabilitasi monyet bernama latin Macaca Fascicularis ini, sebab ketika pertama kali tiba di balai karantina kondisi mereka jauh lebih menyedihkan dari pada TKW korban penyiksaan. Hampir semua monyet-monyet ini gigi taringnya terpaksa dicabut. Bukan untuk menghindari gigitan namun karena gigi taring mereka sudah rusak dan membusuk, belum lagi 70% monyet ini positif mengidap TBC plus beberapa ekor stress berat hingga terlihat seperti orang mabok.
Menyatukan monyet eks topeng monyet tidak bisa sembarangan karena harus dipantau selama 24 jam. Bukan tanpa sebab monyet-monyet ini harus dikelompokan, karena hanya dengan berkelompok monyet ini bisa survive di alam liar. Dalam kelompok secara otomatis setiap monyet akan memegang peranan, ada yang menjadi alpha atau leader, masalah akan timbul jika ada monyet yang tidak diterima dalam kelompok atau terdapat dua alpha dalam satu kelompok.
Kembali meliarkan mantan penari jalanan ini juga butuh kesabaran, salah satu caranya dengan menjauhkan semua barang yang berhubungan dengan pekerjaan lalu mereka. Jadi dalam kandang monyet ini tidak boleh melihat bahkan menerima barang-barang buatan manusia, juga disedia beragam stimulus agar monyet ini bisa kembali liar dan tidak kembali cong atau lemah gemulai. Para mantan penari ini pun disterilkan karena mereka bukan satwa yang terancam, hingga ketika dikembalikan tidak akan menambah populasi.
Salah satu stimulus yang dilakukan adalah dengan menciptakan hujan buatan, hujan ini memaksa para monyet untuk bergerak dan aktif. Maklum biasa pakai payung dan pergi ke mall eh pasar.
Meskipun topeng monyet resmi dilarang di ibu kota bukan berarti pelanggaran hidup bagi monyet telah berhenti. Salah satu yang masih berjalan adalah membeli monyet untuk hewan peliharaan. Seperti contoh digambar, anak monyet berusia dua bulan ini adalah sitaan dari sebuah rumah. Sementara lutung pada gambar di atas milik seseorang yang telah dipelihara selama 24 tahun.
Para primata ini dipelihara karena terlihat lucu ketika kecilnya namun ketika besar akan terlihat menakutkan sehingga umumnya pemilik akan merantai atau mengurungnya di kandang kecil. Paling parah adalah para pemilik primata kerap memberikan makanan manusia, hingga seperti disebutkan tadi banyak monyet yang gigi taringya busuk serta mengalami masalah kesehatan seperti penggumpalan lemak.
Bahaya Memelihara Primata
Pas gue berkunjung, diharuskan memakai masker dan tidak boleh dekat-dekat bahkan diperingatkan untuk segera mengganti baju setelah sampai rumah. Bukan apa-apa menurut dokter hewan yang bertugas, satwa liar terlebih primata, rentan akan menularkan penyakit apalagi morfologi mereka mirip manusia. Jadi bisa dengan mudah saling bertukar penyakit dan dipastikan akan lebih cepat menular jika ada anak kecil di rumah.
Fakta Mengerikan Topeng Monyet Jakarta
Nah, ada fakta yang mengerikan perihal topeng monyet Jakarta. Tadi diatas saya sudah menyebutkan bahwa ketika sampai balai karantina sebanyak 70% monyet ini positif mengidap TBC!!! Mau tidak mau dinas kesehatan Jakarta mengambil sampel penduduk di kampung topeng monyet (tempat dimana hampir semua monyet di Jakarta diambil) semua warga diperiksa termasuk tes darah. Namun hasilnya dirahasiakan dinas kesehatan Jakarta, entah karena alasan apa hingga dinas kesehatan tidak mau mengungkap hasilnya. Bahkan penyelidikan lebih lanjut terhadap warga kampung topeng monyet dilarang!!
Kalian sudah tahukan bagaimana penyakit TBC menyebar? Jadi bayangkan kalau satu wilayah didiami oleh satwa yang membawa penyakit TBC, belum lagi monyet ini bekerja keliling daerah dimana mayoritas yang menonton adalah anak kecil. Jadi sudah berapa anak yang tertular TBC di ibu kota hanya karena secuil receh???
Adopt-A-Mongkey
Buat kalian yang mau berpartisipasi dalam menyelamatkan mantan penari topeng ini, bisa dengan mengikuti program adopt-a-mongkey. Walaupun judulnya adopsi bukan berarti kalian bisa bawa pulang monyet ini, tapi kalian yang telah berpartisipasi akan dikirimi gambar monyet adopsi kalian. Juga kalau ada waktu kalian bisa berkunjung untuk melihat monyet adopsi.
Jadi masih mau pelihara monyet? Kalau kalian lihat ada yang pelihara, jangan segan untuk memfoto dan melaporkannya pada polisi karena sudah ada perda yang melarang monyet untuk dipelihara. Termasuk lutung dan oa ya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Hati-hati, kalo digigit monyet bisa rabies lho...*pengalaman pribadi*
ReplyDeleteKalau itu semua orang udah pasti awas, tapi yang bahaya penyakit yang nggak menular lewat sentuhan. Btw ngapain juga ya, ampe bisa kegigit monyet?
DeleteWah kasian ya gan, semoga ada langkah bijak dari pemerintah menangani masalah monyet ini ya mas..
ReplyDeletedan semoga mereka bisa bebas lagi..
Udah diatasi kok, tinggal orang-orang yang diam-diam pelihara saja. Kalau lihat ada yang punya jangan segan untuk melaporkan
DeleteLokasi rehabilitasi monyet ekor panjang di Jl.Harsono RM, Ps Minggu masih ada Tdk ? Msh bisa terima penyerahan monyet lagi kah ? Terima kasih
ReplyDeleteKalau gak salah masih tapi, coba telpon dulu saja.
Delete