Pages
Buat yang baru pertama kali baca, ini ditulis jauh (2014) sebelum Koh Ahok, keselibet lidah di pulau seribu
Untuk pertama kalinya dalam sejarah Jakarta punya Guberur yang non Muslim dan non pribumi. Dan saya termasuk orang yang beruntung dapat undangan makan siang bersama Basuki Tjahaya Purnama atau Koh Ahok. Sebenarnya ini semacam acara open house, jadi isinya Cuma ditraktir Koh Ahok sama ngalor-ngidul kemana-mana.
Kesan pertama
yang didapat waktu maksi bareng adalah, Koh Ahok itu ternyata tinggi dan
besar! Selama ini saya lihat di TV, Ahok terlihat kecil atau seukuran average
orang Indonesia umumnya. Orangnya pun ceplas-ceplos nggak jaim dan kaga banyak
basa basi busuk, dengan bebasnya kita bisa tanya apapun termasuk urusan pribadi
mengenai keluarganya.
Karena bebas
tanya dan suasana santai, ada beberapa orang yang emang sengaja tanya rencana
Koh Ahok kedepannya pas jadi Gubernur nanti.
Dari sini saya tahu kenapa Jokowi pilih Ahok, karena Jokowi untuk
birokrasi sementara Ahok untuk praktisi bisnis. Mungkin karena basicnya Chinese
Ko Ahok jago banget mengatasi permasalahan tanpa mengorbankan nilai ekonomi.
Satu hal yang
ditekankan sama Koh Ahok waktu maksi bahwa dia udah nggak bakalan keluarin ijin
lagi buat mall baru. Karena Mall di Jakarta sudah terlalu banyak dan terlalu
mewah, bahkan orang bule pun sampai bengong. Setiap kebijakan yang akan
dilaksakan buat gue terdengar amat rasional, karena nggak hanya mencakup satu
aspek aja, semua aspek sudah dipikirkan dari aspek lingkungan, sosial sampai
ekonomi. Soalnya setiap membuat kebijakan atau rencana buat Jakarta, Koh Ahok
ternyata mengundang profesor dari berbagai bidang.
Satu lagi
keuntungan punya Gubernur Chinese. Koh Ahok ini bisa berantem sama para pemilik
Jakarta yang rata-rata orang Chinese berduit. Jadi setiap ada pembangunan
apartemen atau mall yang salah guna, atau melobi pembebasan lahan dari
pengembang, enak ngurusnya. Ahok tahu jelas cara pikir para penguasa Jakarta tersebut,
walaupun memang win-win solution.
Cuma satu yang saya rada kuatir, cara Koh Ahok ini menangani kaum pribumi terpinggirkan Jakarta
yang tanpa ampun. Maksudnya untuk orang-orang bantaran kali, pendatang gelap,
kaum miskin ibu kota. Emang jelas banget dah, nggak ada raut belas kasihan.
Mungkin ini yang dibilang tegas, dan mungkin juga selama ini saya terbiasa liat
Gubernur pribumi yang pake kopiah dan rajin hadir diberbagai
acara keagaman setempat. Tapi saya sih serem banget, kalau nanti banyak yang bilang Koh
Ahok raja tega dan ujung-ujungnya bilang “dasar Cina.”
Terus terang
antusias banget ngelihat kinerja Koh Ahok ke depan nanti, benar nggak semua
yang Koko ini bilang di acara makan siang mampu diwujudkan. Cuma waktu yang
bisa membuktikan apakah Jakarta akan lebih baik ketika dipimpin oleh seorang
Cina non muslim, atau malah sebaliknya.
Meanwhile
silahkan lihat ruang kerja Koh Ahok di balai kota, ada satu pemandangan unik
yang nggak pernah gue lihat di balai kota seumur-umur ke sono. Apa coba? Baru
kali ini gue lihat staff balai kota Jakarta rata-rata Chinese, mungkin ke
depannya PNS Jakarta bakalan banyak yang non pribumi juga? Who knows, kalau chinese bisa masuk PNS, kinerja para pegawai sipil yang you knowlah mereka kerja seperti apa, mungkin bisa di boost jauh lebih baik lagi.
Koh Ahok suka banget sama aquarium, tapi nggak ada waktu buat ngurus. Jadinya terpaksa pasang aquarium 3D, padahal kenapa nggak suruh staffnya urus aquarium aslinya aja ya? |
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment